Malam Qadar

Saifi

_

Ribuan malam semua kelam kecuali dirimu yang diburu untuk sebuah keyakinan yang tanpa itu semua tidak akan tahu maksud perjuangan dan arti pengorbanan merengkuh satu tujuan hidup di sini dan di sana nanti.

_

Ribuan malam semua kelam kecuali dirimu yang menjelma bulu perindu bagiku, sebutir pasir yang terhampar di mana saja dan kapan saja tanpa ada yang peduli selain mereka yang berilmu, yang menggunakan akal untuk melihat wujudku, pasir atau bukan.

_

Malam dari ribuan malam yang gulita tanpa cahaya mentari, meski bohlam-bohlam karya temuan menerangiku. Apa aku pasir atau bukan? Tanpa cahaya di atas cahaya, semua tentu bungkam atau bahkan dibuat diam. Bisa juga terpaksa menutup mulut. Karena emas juga diriku, perak pun diriku, apalagi nikel sama pula. Itu aku. Seharga material bangunan rumah laba-laba.

_

Malam dari ribuan malam yang gulita tanpa bias rembulan yang purna menjadi sabit atau lebih tipis dan sedikit rupanya dari penglihatanku. Berias dengan wudu untuk tetap menjadi sebutir pasir yang menahan nafsu perut, lapar dan dahaga, dan termasuk nafsu bawahnya, syahwat. Biar tahu apa yang dirasakan tetangga seribu hari atau lebih, bahwa tidak makan dan tidak minum itu menu utama yang tersaji sebagai jadwal rutin.

_

Malam Qadar, aku masih pasir yang terserak di ujung mihrabnya. Lalu, bagaimana menemuimu?

_

T365+2

GubuGBendo, 9-5-2021