saiful abdullah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
DUA RIBU EMPAT BELAS

DUA RIBU EMPAT BELAS

DUA RIBU EMPAT BELAS

Kota Betun, Malaka Tengah, Kabupaten Malaka, Pantai Selatan Kabupaten Belu. Seandainya ia tidak lahir di sini, mungkin aku pun tak pernah tau ada daerah ini. Aku mengenalnya hanya lewat Negeri Para Bedebah, Negeri Di Ujung Tanduk, Rindu, Bumi, dan berjejer belasan judul lainnya dalam sederet situs website. Ia begitu memikat lewat ulasan kata, kedalaman makna, dan tutur cerita. Ia mampu menghadirkan canda, pun air mata dalam imaji tiap pembaca. Jika ia mampu menghafal 26 abjad dalam tatanan Bahasa Indonesia, aku pun Kombinasi dan permutasi dari tiap abjad menjadi kata, tiap kata menjadi kalimat, tiap kalimat menjadi alinea, lalu indah begitu ssaja ketika disusur mata, itulah perbedaan aku dengannya.

Aku yang lahir dari keluarga yang hidupnya biasa saja, mempunyai penglaman hidup seperti orang kebanyakan. Apalagi riwayat pendidikan yang tidak mewah seperti orang lain hingga tidak ke Singapura, Inggris, atau Amerika. Setelah lulus dari SMA Negeri 1 Kalabahi, saya meneruskan kuliah ke salah satu Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan di Jawa Timur. Jalan pendidikanku mungkin hampir mirip dengan Andrea Hirata tanpa Sorbonne. Siapa yang mengira sebuah desa (Alor Kecil) terpencil di Kabupaten Alor di tahun 1987, tepatnya pada bulan Maret hari ke tiga puluh satu melahirkan seorang laki-laki dengan talenta pengembara ulung. Siapa yang mengira SD Negeri Alor Kecil dan SMP Muhammadiyah Ekosari akan menjadi salah satu bagian penting bagi diriku belajar menjadi sekarang, aku pun mungkin tidak mengira. Probabilitas kehidupan terlalu kompleks untuk kombinasi pada satu titik waktu. Kadang, keberkahan memang hadir dari pelosok.

Manggarai. Masih di tahun 1979, hari kedelapan belas bulan Juni. Lahir seorang anak Indonesia yang sering dikatakan bodoh kala pelajaran Matematika. Dari tiap ceritanya yang mengundang tawa, kita semua tau, ia tak jauh berbeda dengan kita. Di sekolah mungkin dia biasa saja, tapi mimpinya yang luar biasa. Entah profesinya apa, ia penulis, penyanyi, penyiar, presenter, aktor film, juga tidak komedian. Ia mungkin juga tidak di barisan belakang Soekarno ketika proklamasi, seandainya masa-masa itu ia sudah hadir di dunia. Tapi inilah masanya. Kini, banyak yang suka rela di belakangnya, mendukung tiap gerakannya. Tiap ucapannya seperti titah, panutan bagi generasi muda.

Ia adalah salah satu contoh sukses dari sekian banyak manusia yang merasakan pendidikan. Ia memang tidak lahir dan besar di pelosok, tapi contohnya terasa di tiap manusia yang mengenalnya. Bukunya menanamkan keyakinan, usahanya menumbuhkan kepercayaan, dan kepeduliannya menebar kasih sayang. Ia menjadi jawaban di tiap pertanyaan “ aku dan kamu tak boleh berhenti di sini?”. Aku tak berlebihan dalam menutur tentangnya, hanya saja kadang keberkahan memang hadir untuk suatu sosok.

Kabupaten Malaka. Daerah yang di penghujung tahun 2000 lalu terkena bencana banjir. Daerah yang ketika itu tidak pernah disiarkan dukanya ke penjuru Nusantara oleh hampir seluruh stasiun televisi, tapi pada pertengahan 2014 stasiun televisi lebih memilih menyiarkan langsung penyanyi Ashanty melahirkan. Bukan cuman itu sampai awal 2016 salah satu stasiun tv masih menyiarkan kegiatan sehari-hari keluarga Rafi Ahmad mulai dari masalah bernafas sampai dengan buang anginnyapun disiarkan. Benar-benar negeri para bedebah.

Kembali lagi ke kabupaten yang masih suci ini, aku kini hadir dinegeri ini sebagai seorang perjaka muda, lewat teriakan tes cat yang diselenggarakaan oleh istana BKN diseluruh nusantara. Hadir dengan posisi terakhir kemudian ditempatkan oleh penguasa ring kesebuah desa yang jauh dari bisingan kanalpot force one. SMK Negeri Wewiku Badarai adalah sekolah yang dengan tangan terbuka dan senyum ramah para pendidik menerimaku untuk siap merubah pola pemahaman serta karakter anak-anak. Sekolah yang hadir dengan senyum tawa para pendidik walau hanya dihargai dengan Rp. 0 – Rp. 100.000, senyum tawa walau berjalan dibawah terik matahari dan memanjat pohon penyebrangan dikala banjir, semua hanya karena merubah tingkah laku dan pola pikir anak bangsa, sempat terlintas di otak kecilku apakah para pendidik ini rela menjalankan semua ini sesuai dengan apa yang saya pikirkan di atas? Atau sekedar hoby?? so pernahkah para penguasa negeri yang matang pola pikirnya mengingat pendidik-pendidik berhati mulia ini? Tidak…tidak kalau ia pasti sudah aku temukan berjejer hailux, inova atau xenia depan gedung sekolah ini. Kini aku sudah berada di tengah-tengah orang-orang berhati mulia ini bersama-sama berjuang demi bangsa yang dikuasai para bedebah.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Saya suka dengan kalimat terakhirnya pak saiful.

02 Jun
Balas



search

New Post