saiful abdullah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
SENJA DI  LEREBENG  (TANJUNG KUMBANG) OLEH : SAIFUL ABDULLAH

SENJA DI LEREBENG (TANJUNG KUMBANG) OLEH : SAIFUL ABDULLAH

Aku menemukan diriku sendiri terjerembab di kubangan kesedihan sekian lama. Tak banyak usaha yang telah aku perbuat. Justru aku semakin menikmati tiap jeruji penderitaan yang membelengguku. memaksaku terus mendekam dalam kesengsaraan.

Aku berjalan menyusuri jalan raya menuju sebuah tanjung. Merasakan dinginnya hembusan angin yang menerpa wajah dan menerbangkan rambutku.

Kesendirian yang sunyi. Aku duduk bersila di atas batu favoritku. Batu besar yang sambung menyambung satu sama lain mengelilingi tanjung nan megah itu. Mengenang kembali tentang sebuah kisah yang pernah ada dalam sejarah hidupku. Kisah yang terlalu sakit untuk dikenang, namun terlalu berharga untuk dilupakan. Kisah yang membawa aku pada sebuah keterpurukan yang tak tertanggungkan. Kejadian yang terlalu pahit, bahkan teramat pahit untuk tak kurasakan pahitnya. Seakan aku tak mampu bernafas saat mengingatnya.

Kupandangi langit merah diatas pegunungan pantar timur yang tenang. Matahari perlahan mulai menyingsing dibalik gunung tuntuli dan bulan mulai Bersiap menggantikan tugas Sang Dewi Siang. Namun matahari sepetinya enggan beranjak dari tempatnya. Ia masih mengintip tak rela sembari tersenyum tipis melihat dukaku. Seakan ingin menawarkan pertemanan yang tak pernah ada sebelumnya. Aku hanya bisa membalas dengan seutas senyum yang tak sempurna. Hati ini sedikit lebih tenang, seakan telah terlahir kembali. Ya, selama ini aku seperti hidup dalam kematian dan mati dalam hidup. Hanya sekedar menjalani apa yang ada. Tak ada gairah kehidupan sedikitpun. Semua bermula saat aku kehilangan kamu.

Dulu, aku menyandarkan harapanku di tepian cinta yang aku rajut bersamamu. Hanya kepadamu. Aku merencanakan tentang banyak hal denganmu. Tentang indahnya hari esok yang takkan terkata. Tentang wangi rerumputan dan eloknya langit merah yang sakral oleh alam yang mencinta. Tapi kenyataan berkata lain. Semua menguap begitu saja.

"Mudah sekali temuin kamu!" Aku hanya menoleh sekilas. Kulanjutkan menatap langit yang kemerahan. Indah sekali.

"Apa tidak bosan tiap Senin ke sini?" tambah sang mawar, sembari duduk di sampingku. Dan aku hanya menghela nafas.

Tiap Senin, ketika langit berwarna merah, aku selalu di sini, di batu ini, dan di tanjung ini. Membayangkan dirimu kembali hadir di sampingku.

"kakak, sampai kapan kakak akan seperti ini?". Aku tetap tak bergeming. Mataku tetap menatap langit yag kini telah sepenuhnya berubah gelap.

"Kakak...."

"Aku tahu, aku telah menyia-nyiakan hidupku," bisikku lirih.

Mawa berdiri di depanku. Memaksaku menatapnya. "Kamu bukan menyia-nyiakan hidupmu, tapi kamu menghancurkan hidupmu! Lima tahun kamu seperti ini. Sadar, Kak! dia tidak akan pernah kembali."

Mendengar kalimat ini disebut, hati ini terasa teriris.

Kamu adalah cinta pertamaku, dan aku selalu berharap kamu juga cinta terakhirku. Kamu yang mengajarkan aku tentang indahnya hidup. Tentang berharganya setiap detik waktu yang berjalan. Tentang indahnya berbagi. Tentang banyak hal. Kamu selalu ada di sampingku. Menemani setiap langkah dalam hidupku. Aku sangat bergantung padamu. Seperti ikan yang bergantung pada air. Kamu bagai candu bagiku.

"Mawar, kamu pasti menganggap aku manusia paling gila yang pernah kamu kenal, ya kan?" aku mengalihkan kembali pandanganku ke langit. Bintang sedikit demi sedikit saling bermunculan. Menemani bulan yang kesepian.

Mawar menghela nafas. "Kamu bukan gila, Kak. Kamu hanya terlalu yakin akan harapanmu. Harapan yang kamu tahu itu hanya sia-sia. Harapan yang tak akan pernah terwujud. Seberapa keras pun kamu berusaha." Mawa membelai lagi rambutku.

"Kak, dia sudah tiada. Kabarnyapun tidak pernah tedengar, kakak harus bisa terima kenyataan itu...."

Ya, aku sadar akan hal itu. Kamu telah tiada.

Aku selalu ingat hari itu. Hari di mana kita terpaksa berpisah. Kamu harus pergi ke kotamu untuk menyelesaikan urusan keluargamu. Dan aku tak pernah menyangka apabila hari itu adalah pertemuan terakhir kita.

Aku mengantarmu ke bandaa el tari, kupang. Kamu akan naik pesawat Sri wijaya air tujuan kupang-juanda, surabaya. Sebelum kamu masuk cek in ke dalam ruangan, kamu menjanjikan sesuatu kepadaku. Aku selalu ingat akan janjimu, "Aku akan kembali untuk pada hari Senin, ketika langit berwarna merah...." Dan sejak itu, aku selalu menunggumu. Bahkan, lima tahun berlalu aku masih menunggumu. Aku masih berharap, suatu sore di hari Senin aku aku menerima kabar kedatanganmu. Dan besamaku lagi. Tapi harapanku sia-sia. Kamu tak akan pernah kembali. Tak akan pernah.

"kamu benar mawar, dia tidak akan kembali. Dia telah pergi. Dia pergi membawa janjinya, serta jiwaku...."

"Sudahlah, ayo kita pulang! Waktunya kakak istirahat." Mawar memapahku kembali ke rumah.

Mawar adalah wanita yang telah aku kenal selama lima tahun ini. Dia sudah seperti adikku, sahabat, bahkan Ibu bagiku.

Kini, aku harus bangkit dari semua keterpurukanku selama ini. Sudah cukup aku hidup dalam bayang-bayang nestapa yang aku buat sendiri. Sekarang waktunya aku memberi warna dalam lembaran-lembaran kehidupanku. Tak ada lagi warna hitam dan kelabu. Yang ada harus berjuta warna kebahagiaan.

Hingga suatu hari aku menelpon mawar mengajaknya betemu. "Mawar, hari ini hari Senin kan??"

"Iya, kenapa?"

"Aku hanya ingin menatap langit senja yang kemerahan di batu favoritku untuk terakhir kalinya. Boleh kan?"

Mawar hanya tersenyum, "Tapi jangan lama-lama...."

Kala itu, langit begitu kemerahan. Menghadirkan sensasi yang menenangkan setiap kali menatapnya. Dan ketika aku menatap batu favoritku, ada seseorang yang duduk di sana. Aku tak mengenalnya. Dan aku rasa, ia bukan penduduk asli di kampungku ataupun pengunjung wisatawan yang bekunjung. Karena hai sudah soe dan mulai gelap.

"Siapa kamu?"

Dan tebak siapa yang aku temukan. Kamu??

"Kak, aku datang untuk memenuhi janjiku...."

Kamu tersenyum kepadaku. Senyuman yang selalu membuat aku jatuh cinta. Senyuman yang menghadirkan gemuruh di dadaku. Senyuman terindah di dunia.

"Hari Senin, ketika langit berwarna merah...." Ketika senja, di tempat ini ya paka futung Tanjung Kumbang.

Aku benar-benar tak percaya dengan apa yang mata aku lihat saat ini. Kamu di sini. Hadir di hari Senin, ketika langit berwarna merah. Kamu memenuhi janjimu. Duduk menatap mmatahari meninggalkan langit ditemani kencang dan gemuruhnya arus kumba futung.

"Tapi... tapi kamu kan...."

"Kak...." tiba-tiba Mawar memanggilku. Aku pun menoleh padanya. Dan ketika aku menoleh kembali padamu, kamu telah pergi, lagi.

"Mawar lihat perempuan tadi, yang duduk di diatas batu itu?" aku betanya sambil ku acungkan jemari telunjuk menunjuk batu besar tempatku biasa menatap merahnya langit.

Mawar menggeleng, "perempuan? Yang mana? Dari tadi yang saya lihat, cuman batu besar dan tiada siapa-siapa disitu."

Kekecewaan merayap dalam dadaku.

"Kita pulang sekarang, Mawar...."

Hari-hari berlalu, aku sudah mulai bisa melupakan kisahku.

Kini mawar sudah menjadi sepruh jiwaku, ia wanita yang selama ini ikhlas menjadi temanku dalam keterpurukan berhasil masuk ke dalam relung hati.

Hingga kami menjalin hubungan asmara seperti muda-mudi pada umumnya.

Tepat di tanggal 22 Juni 2013 kami sepakat menghalalkan hubungan kami pernikahanpun kami laksanakan untuk membangun sebuah mahligai rumahtangga.

Kini aku dan mawar telah dikaruniai seorang anak laki-laki tampan, dan kami hidup sudah mandiri jauh dari keluarga dan sanak saudara. Semoga Janji suci aku dan mawar dapat kami tepati yaitu hanya maut yang memisahkan kami.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post