Dua , itu angka pertama yang tertera dalam kartu penyerta gantungan kunci. Di ujung segitiga taman yang hampir tak terjamah lagi. Bisa dua sisi untuk mencapai ruangan ini. Tapi kami memilih lorong lurus agar bisa langsung mendapatkan pintu. Gelap, sejuk, kesan pertama yang kudapat. Berdua kami menuju kamar yang diberikan, "klek" pintupun terbuka. Masukkan kartu ke dinding samping kamar mandi, alhamdulillah lampu menyala. 

   Letakkan koper dan printilan lainnya duduk sebentar di ujung kasur sambil menatap setiap sudut ruangan. Hasrat hati ingin ke kamar mandi namun tak ada penerangan yang menyala. Gelap, mulai merinding. Gusar, gelisah, ingin ganti kamar. Bayangkan, kawan, jika tiga hari tanpa lampu di kamar mandi. Sulit untuk diungkapkan.

   Keluar masuk temanku yang satu itu berharap ada petugas yang melintas. Sebenarnya kami telah mencoba memanggil resepsionis lewat telepon di sisi tengah kedua tempat tidur, namun alat itu tak menunjukkan respon aktif. Ups! Seorang lelaki muda berseragam petugas hotel. "Bang, boleh nanya? Kog lampu kamar mandi nggak hidup, ya," gaya si kawan Medan betul. Dipenjet si Abang tombol di samping tombol yang menunjukkan nyala hijau. O..o.. rest room itu terang benderang. Dasar emak-emak, bawaannya takut terus.