"Menyempatkan diri di waktu yang sempit". Kalimat ini sesuai untukku dan sefrekuensi yang sedang bersemangat ikut kelas pelatihan menulis buku kreatif. Usai subuh di hari Sabtu kemarin pasukan ini sudah bergegas menuju depan Masjid Agung dengan pernik-pernik di tangan dan bahu. So pasti, perlengkapan menginap semalam dan laptop teman menulis. Saat yang tepat, Maya si penulis Diamond Cooking berbaik hati mengajak kami duduk manis ke tempat tujuan.

Hari yang menyenangkan mendapatkan ilmu, meningkatkan kemampuan menulis, dan memanaskan mesin diesel yang mulai mendingin. Terima kasih Mas Eko yang sudah membakar semangat para peserta pelatihan. Ssstttt...ada yang istimewa, kawan. Di tengah keasyikan mengerjakan tugas dari narasumber yang ngangenin ini, sefrekuensi dari Tebing Tinggi berencana nonton film Buya Hamka. Kog sefrekuensi? Ini istilahnya Bu Supartik untuk para penulis yang suka pelatihan menulis.

Akhirnya, harus diwujudkan. Studio XXI Thamrin jadi sasaran terdekat. Jangan ceritakan kisahnya, nanti mengurangi penasaranmu untuk menikmati film bagus ini. Testimoni yang kudapat dari Maya, yang sudah memiliki buku kedua,TTS IPA Asyik mengatakan, "Filmnya buat haru," sambil menutup wajahnya karena matanya sedikit basah dengan air mata. Bu Atik kami memanggilnya juga berkesan sekali dengan film ini apalagi saat Hisyam berpulang, "Jadi ingat anakku yang sudah pergi." Lain lagi dengan Bu Gultom, "Pemainnya watak, buat penonton hanyut dalam ceritanya."

Wes, nikmati pelatihan nikmati film Buya Hamka, lengkap sudah. Cover bukupun tayang sebelum mengakhiri pertemuan pelatihan. Terkadang apa yang tidak direncanakan sangat mudah mendapatkannya sementara penuh perjuangan menyusun jadwal belum tentu terjadi. Yoi, kita nikmati saja dengan berbeda-beda komunitas.,