Salma

Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Sorkam Barat....

Selengkapnya
Navigasi Web

AIR MATA FEBI

(Tantangan ke-24)

Berita itu lagi yang ditunggu Febi. Padahal, isi beritanya sudah jelas bahwa korban kecelakaan itu tewas di tempat dan sudah dikuburkan seminggu yang lalu. Apa yang menarik bagi seorang Febi berita seperti itu? Walaupun korbannya seorang artis, bukankah selama ini Febi tidak begitu suka dengan berita tentang artis? Bahkan Febi baru tahu nama artis itu semenjak berita kecelakaan itu disiarkan di televisi. Alya bertanya-tanya sendiri melihat perubahan Febi. Selama ini Febi tidak ambil pusing dengan berita-berita selebritis ataupun artis. Alya mengenal Febi sudah sejak SD. Sekarang mereka sudah duduk di SMA. Tentunya sudah cukup bagi Alya untuk mengetahui sifat Febi.

“Eh, kira-kira anaknya siapa yang ngasuh, ya?” tanya Febi seperti pada dirinya sendiri, tetapi Alya yang sedang sibuk menyelesaikan tugas matematikanya dengan jelas mendengar pertanyaan itu.

“Yaelah, orang pada sibuk mikirin soal matematika, kamu malah mikirin anak artis itu juga!” Alya sepertinya gerah dengan pertanyaan Febi karena kemarin mereka sudah membahas soal itu juga. “Emang tugasmu udah siap, Feb?” tanya Alya lebih lanjut.

“Sudah!” Jawaban ketus keluar dari mulut Febi. Wajahnya merengut karena tidak mendapat sambutan dari Alya. Serta-merta Febi menopang dagunya dengan kedua tangan bertumpu pada meja. Pikirannya menerawang jauh. Ia tidak peduli dengan temannya yang kasak-kusuk menyelesaikan satu soal tersulit yang diberikan Pak Darwin kemarin. Bahkan, ada yang bertanya kepadanya tidak ia hiraukan.

Kelas sedikit ramai begitu Pak Darwin menyampaikan ada rapat dewan guru. Mereka terlihat senang. Bagaimana tidak, mereka diberi banyak waktu untuk menyelesaikan soal matematika yang kemarin beliau berikan. Setelah Pak Darwin keluar, beberapa orang siswa terlihat membentuk kelompok-kelompok kecil. Ada juga yang menulis di papan tulis mencoba menerangkan kepada beberapa temannya. Lain halnya dengan Febi. Dia hanya diam bermenung. Wajahnya terlihat murung. Awalnya Alya tidak memedulikannya. Ia sibuk mengerjakan soal-soal itu dengan Sinta yang duduk di bangku belakangnya. Melihat perubahan di wajah Febi, akhirnya Alya kembali ke bangkunya di samping Alya.

(Bersambung)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post