Salma

Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Sorkam Barat....

Selengkapnya
Navigasi Web
Minyak Goreng

Minyak Goreng

Aku baru saja membuka tudung saji. Ada tiga macam masakan yang tersedia di sana. Oseng-oseng kacang panjang dan tempe, ikan bakar, dan sambal kecap.  "Lagi-lagi ikan bakar," gumamku.

"Kenapa tidak langsung makan?" tanya Ayah heran.

"Nanti, Yah, Alif belum lapar," jawabku berbohong. Perutku sebenarnya sudah minta diisi sejak pelajaran terakhir di sekolah tadi. Hari ini aku juga tidak jajan, karena uang jajanku aku pakai untuk sumbangan sosial di sekolah tadi.

"Jangan suka telat makan, kalau waktunya makan, kamu makan aja!" ujar Ayah lagi. 

"Ayah sudah makan?" tanyaku. Pertanyaan yang tak penting sebenarnya, karena aku tahu Ayah sudah makan saat aku sampai di rumah tadi.

"Sudah," jawab Ayah singkat.

 "Mak ke mana, Yah?"

"Makmu ikut ngantre minyak goreng di toko grosir depan pasar. Sejak pukul sembilan tadi makmu berangkat, tapi belum juga pulang. Ayah sempat melihat ke sana tadi, antreannya masih panjang," jelas Ayah dengan nada sedikit kesal. Aku tidak tahu apakah Ayah kesal pada Mak atau kesal pada keadaan. Aku pun tidak tahu harus berkata apa. 

"Di zaman yang serba modern seperti ini, bisa-bisanya minyak goreng langka," gerutu Ayah lagi.

Aku segera ke dapur. Aku periksa semua tempat yang biasa digunakan Mak untuk menyimpan minyak goreng. Betul-betul tidak aku temukan minyak goreng. Yang ada sedikit minyak jelantah dalam toples kecil. Itu pun warnanya sudah pekat. 

Aku tercenung, pantasan sudah hampir seminggu Mak tidak pernah mengolah lauk goreng. Aku baru sadar sekarang. Segera aku buka lagi tudung saji, dan aku pun makan. Lidahku sekarang mengerti bahwa tanpa minyak goreng pun makanan ini tetap enak.

 Hampir pukul tiga Mak baru pulang. Wajahnya amat lusuh. Keringat mengalir di pelipisnya. Bahkan jilbab Mak pun terlihat basah oleh keringat. Anak-anak rambutnya pun berkeluaran.  Segera kuambilkan segelas air putih hangat untuk Mak.  Mak pun menyesap air itu hingga habis.

"Mak pasti lapar," kataku sambil memijat pundak Mak.

"Mak tadi makan roti dan mie di warung dekat Mak ngantre."

"Jadi, giliran Mak diambil orang saat Mak makan?" tanyaku menduga-duga. Itu juga yang menyebabkan Mak telat pulang menurutku.

"Tak ada yang mau curang, semua yang ngantre tertib."

"Kalau begitu, siapa yang menggantikan Mak ngantre?" 

"Sandal. Setelah lama berdiri, kaki kami mak-mak tidak tahan. Akhirnya kami meninggalkan sandal pada barisan antrean itu. Jadi semua sempat makan, minum, dan duduk di tempat yang teduh," jelas Mak sedikit tersenyum.

"Banyak dapat minyaknya, Mak?" tanyaku lebih lanjut.

"Kamu lihat sendiri dalam kantongan itu! Hanya satu liter!" jawab Mak sambil menunjuk sebuah kantongan kresek hitam yang terletak di atas meja makan.  "Ada juga kue sisa Mak tadi, kamu makan aja!" kata Mak lagi.

Mendengar ada kue, aku segera membuka kantongan itu. Tetapi mataku lebih fokus pada minyak goreng. Tidak seperti minyak goreng yang biasa Mak beli, kali ini merek dan kemasannya berbeda. Baru pertama aku melihat kemasan seperti ini. Bahkan pada iklan di televisi pun aku belum pernah melihat produk ini. Kuteliti lagi, tertulis di kemasan itu isinya 825 ml. Setahuku, yang satu liter itu 1000 ml. Itu yang aku pelajari di sekolah. Tapi, aku tidak bicara apa-apa tentang itu dengan Mak. Aku kembali mengeruk kantongan plastik itu, kemudian memgambil roti isi coklat yang sudah dibuka Mak terlebih dahulu.

Akumeninggalkan Mak yang sedang makan, menuju ruang keluarga. Aku hidupkan televisi ingin menonton film kartun kesukaanku. Sepotong kue sisa Mak cukup nikmat sebagai teman nonton. Begitu aku nyalakan tv, gambar pertama yang aku lihat adalah orang-orang berkerumun mengantre minyak goreng.  Berati bukan hanya di kampungku minyak goreng sulit didapatkan. Aku sedikit heran, bukankah di mana-mana ada kebun sawit. Itu artinya bahan mentah minyak goreng itu banyak. Kenapa minyak goreng jadi langka? 

Berita pun beralih pada soal politik. Terlihat pimpinan partai berbicara tentang masalah pemilu.

Aku jenuh sendiri dengan berita-berita yang sulit aku mengerti itu. Akhirnya aku mencari 'Upin dan Ipin' saja sambil menikmati kue sisa Mak.

      ***

      

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post