Setiap orang yang ingin menikah ( menggenapkan setengah dien) tentu mendambakan pasangan yang baik hati dan selalu setia menemani dalam segala suka dan duka. Ketika Allah mentakdirkan pangeran impian hadir dalam kehidupan. Angan yang bersusun dilangit yang tinggi perlahan turun membumi. Menghadirkan cinta yang menentramkan seluruh jiwa.

Terucaplah janji setia dan lantunan doa menambah harumnya bunga yang sedang bermekaran.

Bunga yang mekar tidaklah selamanya. Bunga yang meluruh sebuah niscaya. Aroma yang harum menguap oleh hujan dan panas yang menerpa. Namun apakah bunga yang layu tidak bermetafosa?

Bunga itu akan terus tumbuh dan berganti pada setiap musim.

Begitulah rasa cinta dan kasih sayang dalam rumah tangga. Kebahagiaan dan kesedihan datang silih berganti menerpa kehidupan. Jika sebuah rumah tangga diumpamakan dengan sebuah pohon. Pohon yang kuat mempunyai akar yang menancap ke dalam tanah.

Semakin tinggi dan besar pohon tentu akar nya akan semakin kuat. Begitu juga dengan sebuah rumah tangga. Akar pohon diibaratkan rasa cinta antar pasangan. Cinta yang mengejawantah dalam pengertian, tolong menolong dan saling menanggung beban dalam setiap keadaan. Itulah sejatinya cinta.

Pohon yang besar tentu mempunyai daun yang rimbun. Menjadi peneduh bagi seluruh anggota keluarga. Bahkan orang-orang yang berinteraksi dengannya. Bermanfaat bagi siapa saja.

Pohon yang besar tentu menghasilkan buah terbaik pada setiap musimnya. Buah yang manis dan menyegarkan.

Begitulah hendaknya hubungan yang terbangun dalam rumah tangga kita. Itulah sejatinya cinta.

Semoga cahaya cinta selalu menerangi rumah tangga kita. Menjadi penerang saat pendar gelap mulai menyapa.