samlay

Guru biasa yang biasa-biasa saja...

Selengkapnya
Navigasi Web
Franky Sakukurata chapt 1

Franky Sakukurata chapt 1

Franky Sakukurata, pemuda berusia dua puluh tahunan   blasteran  Makasar Tokyo  berperawakan tinggi kurus bermata sipit itu berusaha menguatkan kaki-kakinya untuk menaiki tangga. Dikumpulkannya semua energi yang ada sisa bekerja seharian di sebuah pabrik di pinggiran kota.  Diujung tangga beberapa mahasiswa tampak sedang mendiskusikan sesuatu. Secarik kertas tergenggam di jari-jemari mereka. Seorang pemuda yang mengenakan almamater kampus seperti sedang menginstruksikan sesuatu kepada rekan-rekannya.

Ingin rasanya Franky bergabung dengan mereka, mengutarakan ide maupun gagasan yang berlimpah ruah di otaknya. Namun apa daya, waktu membatasinya. Sebagai seorang pekerja tentu dia harus bisa membagi waktunya dengan baik. Jangankan untuk ikut berorganisasi, untuk mengikuti jadwal perkuliahan saja ia sering keteteran.

 

Selepas mengikuti perkuliahan Franky bermaksud untuk segera pulang. Namun beberapa pengurus organisasi kemahasiswaan tiba-tiba masuk dan meminta waktu untuk menyampaikan sebuah informasi

 

“mohon maaf mengganggu waktunya sebentar” ucap pemuda tambun berkacamata.

“kami dari himpunan mahasiswa bermaksud untuk menyampaikan informasi bahwa bulan depan akan diadakan seminar nasional dan semua mahasiswa wajib mengikutinya sebagai bagian dari prasyarat Ujian akhir semester mata kuliah Pendidikan Organisasi”. Sambungnya.

“biayanya sekitar 200 ribu rupiah” timpal seseorang yang berdiri disampingnya.

 

Franky melihat ke arah teman-temannya, dari mimik wajah mereka tampak ada guratan kekecewaan. Entah karena biaya yang dirasa terlalu berat atau karena merasa dizholimi oleh dosen pengampu mata kuliah tersebut melalui kalimat yang “katanya” wajib sebagai prasyarat UAS.

 

Franky menangkap keresahan itu. Ia berinisiatif bertanya kepada mereka yang sedang berdiri di depan kelas. Setelah meminta izin untuk bertanya ia pun dipersilahkan mengutarakan opininya.

 

“ ada dua poin yang ingin saya sampaikan. Pertama, saya setuju dengan setiap kegiatan yang sekiranya menunjang mahasiswa untuk memperluas wawasannya. Namun  saya kira biayanya terlalu berat buat kami apa tidak ada alternatif lain?”. Ucap Franky

“ kedua, kalimat wajib sebagai prasyarat UAS untuk mata kuliah ini dasarnya dari mana ?? karena dari awal perkuliahan kami tidak mendapat informasi bahwa mata kuliah ini mewajibkan kami untuk mengikuti kegiatan seperti ini. terima kasih.”. sambungnya.

 

Mendengar pernyataan itu seorang pengurus kemudian mencoba menjawabnya.

“ pertama, tempat kita nanti di hotel yang  fasilitasnya  setara bintang 4 jadi wajar ya kalo agak mahal. Sedangkan yang kedua ini merupakan kesepakatan kami dengan dosen yang bersangkutan. Nanti teman-teman bisa bertanya kepada beliau” Ucapnya.

 

Tak ada penjelasan lebih lanjut dari para pengurus organisasi itu. Mereka berlalu pergi masuk ke kelas lain sembari meninggalkan kekecewaan di wajah para mahasiswa termasuk Franky.

 

“ ah itumah kayaknya nyari untung deh, masa segitu mahalnya”. Ucap sari yang sedang memoles pipinya dengan bedak anak cap Johnson kids

“ iya nih, masa pengurus nggak peka sih. Kita ini mahasiswa lho bukannya pengusaha”.celetuk tono sambil tangannya memelintir upil hasil kerja kerasnya barusan.

“lagian setau saya ini hajatan buat angkatan dibawah kita, ngapain juga kita dibawa-bawa”. Ujar sandi  menggaruk-garuk rambutnya yang memang belum keramas seminggu lebih.

“miskin kuota kali” timpal seorang mahkluk yang hanya terdengar suara tapi abstrak rupanya.

"atau bisa jadi ini konspirasi global". suara makhluk astral kembali menggema membuat bulu kuduk seisi kelas merinding.

 

     Franky yang mendengar kegaduhan itu mencoba menenangkan mereka.

“kita tunggu saja penjelasan dari dosen yang bersangkutan. Jika penjelasannya sesuai dengan prosedur ya kita terima. Jika tidak, maka kalimat wajib itu bisa kita abaikan”.

 

Franky pun beranjak pulang, dalam benaknya jangankan untuk biaya pendaftaran yang besarannya dirasa cukup buat ia makan  empat sampai lima hari, untuk membayar uang kuliah saja ia harus puasa senin kamis menghemat anggaran. Maklumlah, pabrik kerupuk tempat Franky bekerja memberinya gaji yang nominalnya hanya separuh dari UMR kota ini.

Saat melangkahkan kakinya dia sempat mendengar seorang dosen dari kelas yang dilaluinya berkata “organisasi itu pengabdian. hidupkanlah organisasi tapi ingat jangan pernah cari hidup dari organisasi!”. Ucapnya tegas

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post