Samsudin athafu

Nama: Samsudin Pekerjaan: Guru, Terapis Bioenergi & Quantum Energi, penyunting naskah/editor buku dan pegiat literasi di Tulungagung. Hoby: Membaca dan...

Selengkapnya
Navigasi Web
TIDAK ADA YANG NYAPLOK ATAU DICAPLOK

TIDAK ADA YANG NYAPLOK ATAU DICAPLOK

“Seorang ilmuan dikatakan pakar dibidangnya, apabila ia berbicara dengan ke ilmuannya, bukan mencaplok ilmu yang bukan disiplinnya. Seorang penulis tidak jauh beda dengan ilmuan tersebut”.

Kutipan yang saya gunakan sebagai paragrap pembuka (lead paragraph) diatas merupakan sebuah komen yang ditulis oleh Pak Kas Pani. Komentar tersebut diarahkan untuk memberi masukan dengan cara mengajak dialog pemikiran dengan argument yang logis, ilmiah dan penuh kedewasaan. Yang pada akhirnya akan mampu menghadirkan pengertian serta pemahaman baru dalam merekonstruksi konsep ranah pikir kita.

Sedangkan artikel yang disorotinya berjudul THE POWER OF LOCAL GENIUS DALAM KEPENULISAN. Yang mana artikel tersebut dalam penulisannya terinisiasi oleh pernyataan Wawan Susetya seorang budayawan yang juga penulis buku dengan berbagi genre dan disiplin ilmu (tinjauan yang beragam). Hal ini mungkin yang melatari tercetusnya pemikiran tentang genius lokal (local genius).

Terus terang saya merasa sangat senang mendapat komentar semacam itu dari Pak Kas Pani. Sehingga kita (saya, pask Kas Pani dan juga para Gurusianer) bisa saling mengingatkan serta melengkapi pemeikiran bersama lewat dialog pemikiran semacam ini. Tentunya hal ini sangat positif bagi kematangan dan kemajuan kita bersama.

Dalam komentarnya pak Kas Pani menyatakan penulis selayaknya atau seperti halnya seorang ilmuan. Kemudian pada tahap berikutnya pak Kas Pani memberikan standard dan sekaligur kriteria pembatasan bahwa Seorang ilmuan dikatakan pakar dibidangnya, apabila ia berbicara dengan ke ilmuannya. Tentu saja statemen semacam ini sangat benar dan siapaun setuju denga terminology yang dilontarkan tersebut. Saya sendiri juga sependapat dengan pernyataan tersebut, karena seseorang baru bisa dianggap pakar/ahli/expert bila pernyataan-pernyataan yang dilontarkan didasarkan pada teori dan logika disiplin ilmunya dalam konteks profesi dan keprofesionalannya. Misalkan dokter spesialis mata pasti akan mendiagonsa pasien sakit mata berdasarkan analisa terori ke mataan (seputar mata). Kan tidak masuk akal kalau doktermata menggunakan analisa penyakit jantung. Dalam batasan ini saya sangat setuju.

Terus bagaimana kalau itu terjadi pada dokter umum, tentu batasan tersebut terasa kurang pas untuk diterapkan karena ini akan membatasi dan sekaligus mematikan keberlangsungan profesi dokter umum tersebut. Terus bagaimana juga dengan guru SD yang harus mengampu seluruh pelajaran yang diajarkan dikelasnya (kecuali agama dan olah raga). Tentunya, kata pakar tidak berlaku dan sebagai akibat penyertanya dokter umum maupun guru SD tidak tergolong pakar atau ahli, walaupun mereka sudah memegang sertifikat profesi. Dengan kata lain, semua sepak terjangnya akan dianggap mencaplok yang bukan disiplinnya.

Terus bagaimana, dengan kita para orang tua saat menasehati anaknya agar berhati-hati dijalan dan harus mengikuti tata aturan berlalu lintas? Padahal kita hanyalah orang tua dan bukan seorang polisi. Bagaimana pula saat kita menasehati anak-anak kita atau mungkin tetangga kita agar menjalankan hidup sehat, toh kita semua tahu kita bukanlah dokter. Apakah itu semua juga dianggap salah, tidak benar dan mencaplok disiplin ilmu lain. Kalau menurut pemikiran saya kebiasaan-kebiasaan positif tersebut bukanlah proses pencaplokan terhadap disiplin ilmu atau profersi yang lain yang dikatakan pakar tadi.

Dalam konteks inilah the power of local genius bekerja. Bekerja untuk mendukung dan melengkapi apa yang dilkukan pakar bisa sukses. Begitu pula dalam hal kepenulisan. Siapa saja boleh nulis apa saja asalkan mengetahui, mengerti, memahami dan menguasai apa yang harus ditulisnya. Terus terang untuk wilayah ini level kepakaran bukanlah sebagai prasarat mutlak yang harus dipenuhi.

Dan prasarat kepakaran itu baru diperlukan bila yanag ditulis terkait bidang yang spesifik dengan penjelasan detail pula. Pada level ini, kepakaran seseorang seperti yang disebutkan pak Kas Pani memainkan urgensinya.

Yang pasti dan harus diingat adalah, proses caplok mencaplok disiplin ilmu lain atau profesi lain itu sangat tidak benar. Karena semua sudah diatur sesuai dari sononya. Mungkin inilah jawaban sekaligus ucapan terima kasih saya untuk pak Kas Pani atas komen supernya sehingga menginpirasi saya untuk menulis artikel ini.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Setuju banget pak.

31 Jan
Balas

Singkatnya, plagiasi itulah yang sebenarnya nyaplok. Seseorang berbicara di luar kepakarannya, tak bisa dianggap nyaplok. Nyaplok itu jika ia nyolong/memplagiasi karya orang lain.

31 Jan
Balas

Setuju banget pak.

31 Jan



search

New Post