Mampir ke salah satu warung disisi jalan Kapten Patimura Jambi, masih ada waktu sebelum menuju ke SMAN Titian Teras HAS mendampingi peserta didik untuk mengikuti Tirasfest 2018 , kami memesan nasi gemuk. Nasi gemuk di Sumatera bukan nasi yang ukurannya tambun. Jangan bayangkan Kenta komedian asal jepang itu, nasi gemuk cuma nama lain dari nasi uduk.

"Pakai telor?" tanya yang punya warung, kami mengangguk. "Dadar atau bulat?" pertanyaan pilihan yang harus kami jawab berikutnya. Jadilah kami memesan tiga nasi gemuk dua dengan telur bulat-maksudnya telur rebus- dan satu dengan telur dadar plus satu gelas teh dan satu gelas kopi.

Selama menunggu saya memperhatikan ada sebuah meja yang penuh dengan kue-kue. Ada risol, pisang goreng, bakwan, ada bolu kojo yang sudah diiris dan banyak lainnya. Kue-kue dan gorengan itu diletakkan dallam wadah plastik tupperware tapi yang KW, atau dengan bentuk dan warna berbeda meskipun ada juga yang sama.

Dalam beberapa waktu sebelum nasi gemuk kami dihidangkan datang beberapa orang, ada laki-laki, ada perempuan yang mengantar kue dalam wadah plastik. Tanpabanyak bicara meletakkan wadah kue atau gorengan itu diatas meja. Lalu berteriak ke pemilik warung. Lalu pergi. Begitulah semuanya.

Selama masa itu banyak pembeli datang dan pergi. Mereka cukup menarik kantung-kresek- plastik bening, mengambil sendiri jenis kue dari dalam wadah platik itu, dan menghitung sendiri jumlah yang harus dibayar. Karena harganya cuma seribu rupiah maka pembeli cukup menyebut jumlahnya dan menyodorkan uangnya. Uang diambil penjual dan menyerahkan kembalian jika ada kembalian.

Karena penasaran sambil menyeruput kopi AA (produk kopi paling popular di Jambi) saya bertanya kepemilik warung. Kenapa penasaran? Penjual tidak menghitung jumlah kue yang dititipkan dan tidak menghitung ulang kue yang diambil pembeli, percaya saja. Hasil tanya jawab saya dengan pemilik warung membuat saya takjub (itulah sebabnya saya buat tuisan ini).

Pemilik warung selalu percaya baik pada si penitip kue maupun pembeli. Kue diantar,pagi-pagi siangnya diambil.Jumlah kue yang terjual itulah yang dibayar, sisanya dibawa pulang si pemilik kue. Dari harga seribu rupiah si pemilik warung memperoleh duaratus rupiah, jadi dia hanya membayar delapan ratus rupiah perkue..

Mau tahu berapa penghasilannya? Pemilik warung menyebut rata-rata menjual sekitar lima ratus potong kue perhari itu artinya keuntutngannya dua ratus dikali lima ratus alias seratus ribu rupiah. Dia menyebut penjualan bisa lebih banyak lagi pada waktu-waktu tertentu. Maka jika rutin berjualan sebulan (dengan asumsi sebuan tiga puluh hari) setiap pagi maka keuntungannya sebulan mencapai tiga juta rupiah… woooww!

Kenapa Wooow,? Sebab, sipemilik hanya pakai modal meja plus kepercayaan. Percaya sipenjual menitipkan kue dengan jumlah yang sesuai dengan jujur dan percaya bahwa pembeli membayar sesuai jumlah kue yang diambil.

Setelah membayar nasi uduk yang harganya sepuluh ribu rupiah perporsi saya sempat berpikir, jangan jangan penghasilan satu meja itu lebih besar dari penjualannya yang lain (nasi goreng, mi goreng, nasi uduk, kopi, teh dll ) yang butuh diolah dan tentu menggunakan modal. Sampai disini saya percaya bahwa bisnis dengan modal kepercayaan bahkan bisa dimulai ditingkat bawah.

Ternyata Jujur itu menguntungkan..

Oh iya… Soal Kopi AA Jambi,khusus penikmat kopi, itu beneran enak, coba saja kalau ke Jambi pesan kopi hitam ini, saratnya diseduh dari air panas yang menggelegak, bukan dari air termos.

Muara Bungo 11-10-2018 ditulis ulang 28 November 2019