Samsul Azwar

Guru IPA di SMPN 1 Muara Bungo, Kabupaten Bungo Provinsi Jambi.Jebolan Pendidikan Biologi FKIP Universitas Sriwijaya. SD sampai SMP di Selesaiksn di Metro Lampu...

Selengkapnya
Navigasi Web
Mengapa Harus Dibantu?

Mengapa Harus Dibantu?

Antara memilih membantu atau mengejar kepentingan? Ada jalan lain. Maka niatkanlah kita membantu sebisa kita. Jika kita memudahkan urusan orang lain, mudah2an urusan kita akan dimudahkan. Keluar dari Pagar Alam aku harus melaui Lahat dan harus tiba di Muara Bungo paling lambat pukul 21.00 WIB. Sebab paginya pukul 06.00 aku sudah harus chek in di Bandara Sulthan Thaha. Berita itu mendadak saja. Saat sedang liburan di Pagaralam kota kecil yang indah di kaki Gunung Dempo, ada panggilan diklat peningkatan kompetensi guru IPA di Bogor. Satu saja perjalanan terhambat, maka bisa mengacaukan rencana. Paling tidak kehilangan uang karena tiket sudah di beli. Pulang ke Muara Bungo tidak bisa tidak harus dilakukan, semua persyaratan ada di rumah, mana terpikir kalau bakal ada diklat saat liburan. Langkah pertama naik bis apa saja ke Muara Bungo berhasil dilewati. Bis itu menuju ke Sumatera Barat berarti pastilah lewat Muara Bungo. Bis bisa dikatakan cukup kosong berisi hanya sepertiga, jadi lumayan bebas memilih tempat duduk. Setelah sesaat melewati terminal, naik bapak tua. Ia memilih duduk disebelah saya. Setelah berbincang bincang ia ternyata punya tujuan yang sama: Muara Bungo mengunjungi putranya. Hanya saja ia belum pernah ke Muara Bungo. Ia mengaku di minta turun di Mesjid Agung, nanti anaknya menjempit. Lucunya walau ia berbekal HP, sayangnya ia belum mahir menggunakan HP. Ia meminta aku menelepon anaknya untuk memberitahu ia sudah berangkat. Begitupun sepanjang perjalanan setiap menerima panggilan, menerima SMS ,memanngil atau mengirim SMS beliau selalu meminta bantuan. Jika sampai di Muara Bungo jam 20.00 WIB berarti beliau akan menuggu sebelum dijemput . Saya khawatir karena umurnya yang sudah sepuh, saya khawatir ada yang berniat jahat. Pada masa itu masih banyak blank spot sehingga tidak seperti sekarang HP mudah dihubungi. Benar Saja, saat mendekati Muara Bungo, jam sudah mendekati pukul 20.00 WIB. HP anaknya tidak dapat dihubungi. Walaupun dia tidak meminta aku bingung sekali. Seandainya aku ikut turun menemani beliau bisa bisa aku harus kehilangan bis untuk mengejar jam enam pagi ke kota jambi. Tidak ditemani ya itu tadi , aku khawatir. Akhirnya kuambil keputusan lain. Kukirin nomor anaknya ke HP-ku dan nanti aku tinggal telepon anaknya kalau beliau sudah menunggu di Masjid Agung. Ternyata cukup bekerja rencana tersebut. Saat beliau turun dari kendaraan, bis sudah melaju. Kuhubungi nomor HP anaknya. Dan terus kupantau. Alhamdulillah akhirnya anaknya mengkonfirmasi bahwa orang tuanya sudah dijemput. Sampai dirumah selesai mandi menyiapkan pakaian dan syarat syarat pelatihan aku kembali untung untungan menghadang bis ke Jambi. Lewat pukul 9 akan amat sulit mendapatkan bis yang ke kota Jambi agar tepat jam enam pagi. Bis lainnya akan lewar sekitar pukul 11 malam itu berarti sulit mengejar untuk chek in jam enam pagi. Alhamdulillah langkah kedua lancar. Bis itu kudapatkan. Sampai ke kota Jambi masalah timbul kembali. Bis itu stop di mesnya, cukup jauh dari bandara. Jam menunjuk setengah empst pagi. Kebetulan ada ojek yang mangkal disekitar itu aku nekat minta diantar ke Bandara. Dengan biaya cukup mahal untuk ukuran ojek, aku meluncur ke Bandara. Sunyi sepi! Bandara belum buka. Sama sekali benar benar sepi. Saat aku mendengar suara speaker masjid mengumandangkan suara merdu lantunan ayat suci menjelang subuh. Aku minta ojek mengantarkan aku kesitu. Ternyata cukup jauh. Masalah muncul lagi setelah shalat subuh hujan turun! Wah selesai sudah. Aku membayangkan menempuh hujan menuju bandara. Diluar semua rencana. Ada seorang bapak pensiunan polisi didekat masjid mungkin melihat aku sedikit kebingungan apalagi membawa koper setelah sholat subuh, mengajak menunggu dirumahnya. Setelah dusuguhi teh dan sarapan pagi ia menitipkan aku ke menantunya yang ternyata berangkat setiap pukul setengah enam dengan kendaraan untuk menuju tempat kerjanya. Alhamdulilah tiba di Bandara chek in tepat waktu. Dan akhirnya sampai di Bogor sesuai jadwal. Lihatlah situasinya. Aku bahkan sama sekali tidak mengantarkan bapak tua itu kerumah anaknya, tapi tuhan membalasnya lebih. Aku bukan hanya diantar gratis ke bandara, terhindar dari hujan, di beri tempat menunggu, sarapan pagi dan teman mengobrol seta dilancarkan perjalanan. Malam itu tidak sulit mencari hubungan dari kedua peristiwa. Sederhana tapi bagiku sangat luar biasa. Aku menyimpan nama putra bapak tua itu, bapak pensiunan polisi itu di nomor HP. Sayangya HP itu hilang dalam insiden pencopetan di sebuah angkot di kota Jambi, sehingga beberapa tahun kemudian aku lupa siapa nama mereka. Walaupun demikian kisah ini selalu ku kenang karena menjadi pelajaran bahwa niat menolong tidak harus meninggalkan kepentingan kita. Membantulah sesuai kemampuan kita. Jangan pernah bertanya: Mengapa harus di Bantu?

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post