Samsul Azwar

Guru IPA di SMPN 1 Muara Bungo, Kabupaten Bungo Provinsi Jambi.Jebolan Pendidikan Biologi FKIP Universitas Sriwijaya. SD sampai SMP di Selesaiksn di Metro Lampu...

Selengkapnya
Navigasi Web
Gambar : Woman Female Archer: Pixabay License : Free for commercial use No attribution required

"Peluru Beracun " Media Sosial

Seorang Pemburu yang menembakkan pelurunya pada seekor rusa mungkin tidak bisa langsung mengenai sasaran. Bahkan mungkin jika terkenapun seorang pemburu membutuhkan peluru lain untuk benar benar melumpuhkan buruannya.

Seorang pemburu tahu betul apa yang ia bidik dan apa yang diharapkannya. Membidik rusa untuk mendapatkan daging yang mungkin sangat ditunggu-tunggu oleh keluarganya.

Bayangkan sebuah peluru yang ditembakkan satu kali tapi dapat mengenai sasaran yang berbeda dan berkali-kali. Bisa jadi kita tidak menyadarinya tetapi kita “menembakkannya’ setiap hari.

Peluru itu sebuah status yang kita buat untuk tendensi pada seseorang. Dua status berikut bisa jadi contoh.

Contoh pertama; “ Sok-sok menasihati, ngaca dulu dong, untuk yang merasa” (emoticon Tinju, wajah marah, wajah seram, wajah setan, gergaji dan lain lain)”.

Coba perhatikan kata-kata diatas bisa tepat sasaran kalau langsung diposting ke lini masa orang yang dimaksud. Tapi ini dibagikan ke publik!

Contoh kedua; sambil membagikan postingan tentang riya, dicaption tertulis “Untuk apa sedekah kalau minta pujian, di majelis taklim, dimasjid, dimana-mana. jangan baper!”

Dua contoh diatas adalah dua peluru yang ditembakkan yang sasarannya tak terbatas. Selama status itu ada di lini masa public siapapun bisa tertembus, minimal terserempet, paling apes desingannya memekakan telinga.

Peluru itu bahkan bisa beracun ketika kemudian komentar-komentar dibawahnya bermunculan. Si ‘A’ komentar “ Bener banget tuh, dasar sok bijak”, ataukomentar si ‘B’ “biasalah baru jadi orang kaya”. Maka peluru itu bisa berbelok-belok kemana mana tanpa berhenti. Bahkan ketika ada yang meneruskan status ini semakin banyak yang terkena.

Jadi biasakanlah berpikir sebelum membuat status atau caption. Atau jika ingin share, biarkan orang yang menilainya tidak perlu kita tambahi caption. Jika tidak jangan heran jika kita bertemu dikehidupan nyata mereka menatap sinis atau menghindar.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Itu (gambar) analogi atau Metafora ya ...hehehe

20 Mar
Balas

saya GAGAL FOKUS dengan pilihan gambarnya... hehehee

14 Mar
Balas



search

New Post