Samsul Maarif

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Cerita tentang Ibu Tak Ada Habisnya

Cerita tentang lbu Tidak Ada Habisnya

Aku sudah merasa heran saat aku melihatnya

Usianya sekitar lima puluh tahun. Ia tampak begitu sayang pada anak balitanya. Saya sebut anak tapi terasa janggal. Usia lima puluh masih punya balita? Mungkin bukan anak tetapi cucu. Ya lebih layak disebut cucu.

Kejanggalan lain adalah penampilannya seperti tidak nyambung. Anak itu Usianya sekitar 2th. Kulit Putih, rambut kriting. Sedangkan Sang ibu, atau mungkin nenek dan kakeknya berkulit coklat gelap dan rambut Lurus.

Melihat derita sang anak, aku simpan rasa penasaranku. Tiada menit tanpa menangis. Anak itu tampak begitu menderita. Disamping infus ada beberapa selang Alat bantu.

Siang malam terus menangis. Seandainya bisa bercerita . Pasti banyak keluhan yang disampaikan. Tapi dia hanya bisa menangis.

Dari istriku. Aku pun dapat sedikit bocoran tentang siapa mereka?

Anak itu Baru saja menjalani operas kelainan Di kepala. Ada cairan menggumpal di kepalanya. Di damping itu ada juga kelainan Di sekitar lambung. Bisa dibayangkan bagaimana derita anak itu. Sayangnya dia tdk bisa bercerita

Kasihan

itulah kata yang terucap dari semua orang yang melihat mereka. Kasihan untuk sang anak, kasihan untuk sang ibu bapak.

Bayangkan jika kita yg mengalaminya, anak sakit menangis tak henti henti. Siang malam menangis. Tak ada yang bisa menghentikannya. Orang tua, orang pintar dokter, perawat, tak ada yg bisa menghentikan. Bingung dan panik, mungkin itulah yg akan kita rasakan.

Namun setelah tahu Siapa mereka yang muncul tidak hanya kasihan, Tapi juga salut, ka

gum, trenyuh, terbaru, dan entah perasaan apa lagi yang cocok untuk melukiskan keadaan itu.

Bagi mereka anak balita itu adalah anugrah. Rahmat Allah, air penyejuk, oase di tengah kehausan dan kerinduan yang sudah lama terpendam.

Pasangan suami Istri yang luar biasa. Supersabar. Gudang cinta kasih. Samudra kasih sayang.

Terkesan berlebihan mungkin. Namun itulah ungkapan kekagumanku pada mereka.

Bagaimana tidak?. Anak balita itu bukan anak kandungnya sendiri. Anak itu adalah anugrah Tuhan yang diturunkan dari langit yang mendarat di ladang mereka.

Bagaimana tidak bungah? Bagaimana tidak Senang? Bagaimana tidak bahagia? Jabang bayi yang sudah lebih dari dua puluh tahun mereka rindukan, tiba-tiba "gempletak" Di hadapan mereka. Di ladang mereka. Masih utuh dengan tali pusarnya. Masih merah, polos tanpa selembar lain. Hanya diselimuti embun pagi dan dihangatkan sinar mentari pagi. Sungguh, kebahagian tak terkira. Mereka seperti berada di negri dongeng.

Tentu ini bukan cerita tentang Nabi Isa. Bukan cerita tentang anak Tuhan.

Ini adalah cerita warga desa yang berhati mulia, yang menemukan bayi di ladang mereka. Yang harus berjuang untuk sang balita karena banyak penyakit yang menghampirinya.

Ini juga bukan cerita dongeng

Tetapi cerita di dunia nyata tentang seorang wanita yang membuang baginya hasil hubungan gelapnya.

Ingin tahu siapa wanita itu? Ingin tahu bagaimana nasib balita itu?

Ingin tahu bagaimana kelak saat dewasa?

Baca novel yang bejudul 'Aku Ingin membunuh"

Novel yang akan segera ditulis

Wk wk wk

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Dalam tanda petik, he he he

13 Oct
Balas

Ada hawa dendam dalam judul cerita, tak tahu buat siapa,... Atau dari siapa.. Cukup membuat penasaran...

12 Oct
Balas



search

New Post