Sandi Yulianto Samah

Sandi Yulianto Samah, lahir 11 Juli 1975 di Sungai Penuh, Jambi Merupakan anak kedua dari 5 orang bersaudara dalam keluarga Samah Sari Ilyas dan Maiyurni Sham....

Selengkapnya
Navigasi Web
Sang Pembaharu (90)

Sang Pembaharu (90)

Suasana haru juga melanda keluarga Sanip, Danto dan Saman. Mereka semua disambut seperti pahlawan perang yang baru pulang. From zero to Hero. Mungkin itu kata yang cocok untuk mereka berempat ini. Pergi dengan sumpah serapah dan disyukuri masyarakat. Sekarang di sambut dengan luar biasa. Tak terpikirkan oleh Meraka. Mereka hanya rindu kampung. Ternyata kampung mereka pun rindu dengan mereka.

Masyarakat kerinci dan sungai penuh belum tahu siapa mereka. Mereka adalah pemilik Sakti Alam Kerinci Group yang membawahi semua perusahaan di sungai penuh dan kerinci. Bahkan Kebun teh di Kayu Aro sudah ada saham mereka di sana. Bahkan penampung besar hasil alam kerinci, seperti kulit manis, cengkeh, teh dan kopi adalah anak perusahaan Mereka di Eropa, Asia dan Amerika. 

Rencananya mereka sebulan di Kerinci sesuai dengan visa yang diberikan oleh negara. Karena memang keempat orang ini telah memilih menjadi warga istri mereka masing-masing. 

Bermacam-macam acara dibuat oleh masyarakat kerinci, terutama masyarakat sungai penuh, tiga dusun. Dusun baru, sungai penuh dan pondok tinggi. Semua sangat antusias. 

Pertemuan pengusaha berkumpul di Hotel Grand Sakti Alam Kerinci. Semua pengusaha diharapkan partisipasinya dalam membangun kerinci. Karena APBD Kerinci dan Kota sungai penuh sangat sedikit dari penghasilan asli daerah. Itu tugas pengusaha untuk membuat lapangan kerja dan menghasilkan devisa bagi Kerinci dan sekitarnya. Pariwisata masuk sekali tinggal pembangunan bandara dan pelabuhan terdekat. Pelabuhan terdekat adalah pelabuhan muara sakai. Bandara terdekat adalah bandara Depati Parbo. Hanya butuh keseriusan dalam pembebasan lahan. Hanya butuh itu. Untuk jangka panjang adalah mengaktifkan kembali pelabuhan muara sakai di Indrapura. Untuk mempersingkat jarak antar barang. Hanya 80 Km. Dibandingkan ke Padang 250 km. Efektifitas sangat dibutuhkan. Tinggal eksekusinya lagi. Memang harus melibatkan stakeholder di Padang.

Perencanaan ini yang belum terfikir oleh pengusaha di sungai penuh dan Kerinci. Bukankah haji dulu lewat sana? Lalu bandara kita tingkatkan menjadi bandara internasional yang dapat menerima langsung pesawat luar negeri. Perencanaan yang harus matang. Jika mereka inginkan per meter 5 juta. Apakah tidak bisa para pengusaha memberikan semeter untuk negeri? Empat Depati alam kerinci libatkan untuk masalah ini. Pengarah dan mengajun suatu daerah. Kembalikan kedaulatan 4 Depati alam kerinci dalam mengambil keputusan untuk masyarakatnya. Walaupun terpisah oleh kota dan kabupaten tetapi adat kita tetaplah satu. 

Semua Ninik mamak dan Depati terdiam. Selama ini mereka terlena dengan status paling tua dan paling dulu sehingga tidak mengakomodir kehendak masyarakat. Anak jantan dan anak batino.

"Saya serahkan kepada kayo-kayo paro Depati yang memutuskan semua. Terima kasih!"

Salut mereka dengan empat orang ini walaupun jauh dirantau dan terkenal bengal dan tidak kenal ampun. Tapi adat negeri dia tidak lupa. Kenapa mereka yang dekat lupa dengan adat mereka hanya karena rupiah. Sungguh pukulan telak untuk mereka.

Akhirnya empat Depati kerinci duduk bersama malam itu Depati Hatur bumi, Depati Biang Sari, Rencong telang dan Depati muara langkap. Kejujuran yang dibutuhkan dalam hal ini. Sebagai yang punya arah, Depati atur bumi mengambil inisiatif untuk memanggil semua yang punya sawah yang ada. 10 hektar sangat luas. Mereka membutuhkannya untuk mencari makan. Maka ada solusi menukar tanah mereka dengan tanah sawah yang selama ini tidak tergarap di daerah dalam dan mereka membuat jalan ke sana. Mudah-mudahan mereka mau.

Seminggu kemudian dibuatlah undangan untuk masyarakat yang mempunyai lahan sawah itu. Semula mereka menolak karena mereka mengira akan habis mata pencaharian mereka. Namun solusi yang ditawarkan sangat menarik mereka. Bahkan mereka mendapatkan tanah lebih luas. Tentu mereka mau. Jarakpun tak begitu jauh hanya 5 Km dari tempat tinggal mereka. Tanah mati yang lebih 100 hektar. Tanah yang tak pernah digarap karena jalan kesana tidak ada. 

Pemda yang diwakili oleh Bupati Adiraksa menyambut baik dan mengirimkan bantuan alat berat. Si hok, Aling dan Sihalohopun ikut memberikan alat berat mereka. Selain itu Evi pasifikpun ikut menyumbangkan semen, arwiyanto, Edmon ikut menyumbang koral. Masyarakat bahu membahu menyumbangkan tenaga. Ibu-ibu menyumbangkan kue dan nasi alakadarnya. Sehingga jalan itu selesai dalam seminggu dengan kualitas yang sangat bagus. Aspal beton yang dibuat. Sangat tangkas. Para arsitek pun turun tangan dan dengan cuma-cuma membangun negeri. Lalu uang pembebasan tanah yang diberikan PT Dirgantara dimusyawarahkan oleh adat dijadikan uang menggarap sawah mereka yang baru karena butuh biaya penggarapan. Sangat bijaksana. Selebihnya disimpan dan dibuatkan koperasi yang berbadan hukum tetap dan para petani yang punya lahan boleh meminjamnya untuk modal penanaman. Sangat bijaksana Depati Atur bumi sehingga pembangunan Bandara dapat dilanjutkan. Selain itu ada perjanjian tertulis untuk pedagang di Bandara nanti ada jatah orang Tempatan untuk berdagang. Namun yang diberi malah lebih. Siapapun anak keturunan yang punya lahan layak untuk bekerja di sana maka akan diterima. Bersuka citalah mereka semua. Negeri yang memang mempunyai kultur budaya yang sangat komplek dan bahasa yang juga kompleks.

Depati atur bumi, Bian sari, Rencong Telang dan Depati Muara langkap tersenyum manis. Para preman telah mengajarkan mereka beradat dan bertradisi. Sang Pembaharu telah datang pada kami. Sang pen garah kami yang selama ini lupa dengan kekuatan diri sehingga mudah diadu domba oleh yang mempunyai uang dan kekuasaan. Lupa jati diri. 

"Alhamdulillah...hari ini kita meresmikan sawah baru untuk seluruh masyarakat Hiang dengan menyerahkan bibit padi dan pupuk gratis serta peresmian jalan baru ke sawah atas swadaya seluruh masyarakat kerinci dari letter W dan Penetai. Kalau kita bersama pasti kita bisa." Bupati Adiraksa berbicara emosional. Tradisi yang selama ini hilang dari kerinci. Untuk pertama kali para pejabat, pengusaha, alim ulama, cerdik pandai, kaum pemuda dan hulubalang bersatu dalam membangun negeri. Sungguh luar biasa.

Keempat sekawan itu tersenyum. Tinggal PR mereka mewujudkan Dermaga atau Pelabuhan Tua muara sakai. Ya mimpi yang akan segera mereka wujudkan. Harus melibatkan seluruh tokoh adat pesisir selatan serta Pemdanya. Harus mereka bicarakan dengan tokoh perantau Pesisir Selatan yang ada. Ini rencana mereka.

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap kisahnyo Wo Kepsek. Lanjuut. Sukses selalu

09 Apr
Balas

Terima kasih kando

09 Apr

Sungguh kisah idaman. Mantap

15 Apr
Balas

Terima kasih bun

16 Apr

Paparan tulisan yg keren, menginspirasi sekali. Salam literasi dan sehat selalu. Mohon maaf lahir batin.

09 Apr
Balas

Terima kasih bu

12 Apr

Loyalitas tinggi unt negeri. Lanjuuutt, mas Sandi.

09 Apr
Balas

Ya Oma...sisi diri yang seharusnya dimiliki oleh bangsa kita

09 Apr

Ini cerpen real life yang keren. Sedikit terkendala di beberapa bahasa yang tidak saya mengerti, tapi membuat gaya bahasa cerpen ini tampak indah. Nama-nama yang unik dan tidak biasa digunakan dalam bahasa daerah kami. Pesan moralnya keren banget. Mantap Pak.

09 Apr
Balas

Terima kasih pak...sedikit mengungkapkan sisi adat kami dari kerinci

09 Apr

Lanjutkan Pak. Dapat menambah khazanah bahasa saya.

09 Apr



search

New Post