Sang Petarung 134
"Sekarang Oom sudah bisa merasa lega dengan kemajuanmu, Him. Oom merasa ngana mampu menjaga semua. Jangan seperti Oom. Disaat diberi kepercayaan malah Oom berkhianat. Oom kehilangan semua yang Oom kasihi. Mulai teman sampai keluarga. Jaga amanah Oom Alber. Oom titip Yaya padamu."
Lirih Arhan berkata. Sangat lirih dan lembut. Senyum manis selalu ada dalam setiap tuturnya. Sangat berubah. Perubahan yang terjadi karena pertemanannya dengan seorang lelaki muslim yang difitnah memperkosa tetangganya dan membunuhnya. Padahal yang membunuhnya adalah kakak iparnya sendiri yang tergila dengan gadis itu. Lantaran ia orang tak punya maka dia dikorbankan oleh istri dan keluarganya. Hanya karena tidak mau menanggung malu. Keluarga mereka terpandang sedangkan ia anak orang tak punya.
Senyum ikhlas selalu ditampilkannya. Jika takdirnya memang begini takkan ada yang mampu menolak. Ia menunggu vonis saat dia dikeluarkan oleh keluarga Richard. Mudah-mudahan keadilan itu ada.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Hmmm...makin menarik ini.
Terima kasih Oma..
Kisah nyata ya Pak
Boleh dikatakan begitu Bu...
Boleh dikatakan begitu Bu...
Kisah sang petarung selalu menginspirasi kita Pak sandi
Terima kasih pak