Sanria elmi

Nama yang diberikan oleh ortu Sanria Elmi Tempat tugas sebelumnya:SMP N 3 Lubuk Batu Jaya kab. Indragiri Hulu-Riau Tempat tugas saat ini: SMP Negeri 2 Lubuk B...

Selengkapnya
Navigasi Web
RAHASIA HATI Episode 53
postermywall

RAHASIA HATI Episode 53

29/12/2020

RAHASIA HATI

Episode 53

Oleh: Sanria Elmi

Buncah rasa yang berpadu, bercampur aduk merambah jiwaku. Haru, begitu yang kurasakan. Dengan nawaitu dan penuh khusuk aku bersama melangkahkan kedua kaki ini memasuki masjidil haram, tangisku tak tertahan, air mata mengalir membasahi pipiku yang lelah dalam sandiwara dunia. Begitu damainya hati ini bertemu dengan rumah-Nya yang selama ini hanya dalam hayalku.

Aku dan jamaah lainnya melaksanakan tawaf wajib meskipun berdesakan namun kami tetap melaksanakannya dengan tertib hingga tujuh putaran berakhir dengan shalat sunah di depan Multazam. Kuhadapkan wajahku yang penuh dengan debu dosa shalat dan berdoa, menadahkan tangan memohon keampunan dan keridhoan-Nya atas segala yang telah kulakukan dengan sengaja ataupun tanpa kusadari.

Setelah seluruh jamaah selesai, dengan rasa kebersamaan kami menuju bukit safa untuk melaksanakan sai selama tujuh putaran. Aku seakan merasakan betapa berat dan rumitnya kehidupan ini dalam perjuangan, namun semua menjadi ringan ketika menjadikan Allah sebagai penolong. Ikhlas hati tanpa rasa pongah dan sombong karena semua yang dimiliki di dunia semua tidak seujung kuku dari kenikmatan yang dimiliki-Nya. Lelah dan letih tak terasa, akhirnya semua proses selesai. Tinggallah melaksanakan tahalul, jamaah secara bergantian memotong helain rambut, begitu juga dengan jamaah laki-laki.

“Alhamdulillah, kita sudah selesai melaksanakan ibadah wajib. Segala larangan yang sesungguhnya dihalalkan sekarang sudah lepas. Selanjutnya, perbanyaklah ibadah selama kita masih berada di sini,” ustad Ramadhan mengingatkan seluruh jamaah.

“Alhamdulillah,” bisikku penuh rasa syukur.

Seluruh jamaah berada dalam kondisi sehat sehingga semua berjalan lancar. Hari sudah menunjukkan pukul dua dini hari waktu Saudi, akhirnya kami kembali ke hotel untuk beristirahat.

“Ra, kamu nggak lihat Warso?” tanya Buk Aina ketika kami hendak kembali ke hotel.

“Nggak Buk, kenapa?” tanyaku.

“Kok perasaan Ibuk nggak enak ya,” ujarnya.

“Nggak enak gimana maksudnya Buk?” tanyaku tak paham.

“Ra, Warso janji sama Ibuk ketemu di tempat kita tahalul, tapi kok sampai sekarang nggak kelihatan.”

“Terus gimana? Apa kita tunggu?” tanyaku.

“Gimana ya?” tanyanya ragu.

“Emangnya Ibuk sama Mas Warso ada hal yang sangat penting ya?” tanyaku juga agak ragu.

Buk Aina mengangguk, “Ya Ra, sangat penting.”

“Kira-kira Mas Warso udah selesai belum ya?” tanyaku.

“Ibuk juga nggak tahu Ra, mau dihubungi takutnya dia masih tawaf atau sa’i.”

“Gini aja, kita izin dulu sama Ustad Ramadhan untuk tingggal sebentar,” ujarku.

“Ya, Ra. Ibuk setuju.”

Aku mendekati Ustad Ramadhan yang sedang menunggu jamaah untuk kembali ke hotel. Kusampaikan maksudku kepada beliau.

“Ibuk tahu jalan ke hotel?” tanya beliau.

“Insyaallah Ustad,” jawabku.

“Baiklah, kalau ada apa-apa tolong hubungi saja security untuk bertanya dan tunjukkan tanda pengenal dan kartu hotel.”

“Baik Ustad,” jawabku.

Aku kembali mendekati Buk Aina dan kusampaikan kalau Ustad Ramadhan mengizinkan kami tinggal.

“Mbak Aini, Mbak Misna, aku sama Buk Aina mau tinggal dulu di sini, kalian kembalilah ke hotel sama rombongan,” ujarku pada mereka yang juga menanti bersama kami.

“Kalian gimana?” tanya Mbak Misna.

“Kami mau nunggu Mas Warso, Buk Aina ada janji nunggunya di sini,” sahutku.

“Kenapa nggak di hotel aja?” tanya Mbak Aina.

“Ada yang sangat penting yang sudah kami janjikan,” jawab Buk Aina.

“Gitu ya?”

“Ya, udah terlanjur janji,” jawab Buk Aina.

“Kalau begitu kami duluan ya.”

“O ya, Ra. Kalian tahu jalan ke hotel?” tanya Mbak Aini.

“Insyaallah Mbak, doakan kami ketemu Mas Warso dan kami bisa kembali ke hotel, mudah-mudahan nggak sesat.”

“Aamiin. Kami pergi dulu,” pamit Mbak Misna.

Rombongan kami sudah pergi meninggalkan kami, aku dan Buk Aina duduk menanti Mas Warso.

Waktu terus berjalan, sudah hampir setengah jam kami menunggu, namun yang ditunggu tak jua datang. Kulihat keresahan di wajah Buk Aina.

“Buk, apa mungkin Mas Warso lupa kalau ada janji sama Ibuk?” tanyaku.

“Nggak mungkin dia lupa, justru dia yang minta Ibuk untuk menunggu,” sahut Buk Aina.

Aku mengerti perasaan dan kecemasan Buk Aina.

“Apa sih sebenarnya yang mau mereka bicarakan, kenapa harus di sini?” batinku.

“Ra, apa kita telepon aja ya? Udah jam tiga.

“Begini aja Buk, Ibuk sehat aja kan? Kita wudhu, trus kita shalat di sini saja sembari menanti waktu subuh, kalau kita kembali ke hotel kita juga nggak sempat untuk istirahat karena sebentar lagi waktunya subuh,” ujarku.

“Begitu mungkin lebih baik,” sahut Buk Aina mengikuti saranku.

Kami pun pergi berwudhu lalu kembali ke tempat semula dan melaksanakan shalat sunat memohon dimudahkan semua urusan dan berharap agar Mas Warso tidak kenapa-napa.

Tidak lama setelah kami shalat sunat, azan pertama pun berkumandang.

“Ya Allah, kenapa Mas Warso belum juga sampai?” bisikku.

Kulihat Buk Aina tertidur di atas sajadahnya. Kuambil sajadahku menutupi kakinya dari dingin yang menusuk. Aku bersandar ke dinding berharap yang terbaik.

Satu jam berikutnya azan kembali berkumandang, sekarang dadaku yang terasa sesak memikirkan keadaan Mas Warso yang tidak juga datang. Aku berinisiatif untuk meneleponnya. Berkali-kali kuhubungi namun tetap tak tersambung. Akhirnya aku mencoba menghubungi Arfan mengabarkan kecemasanku. Buk Aina masih tertidur.

“Ada apa Ra?” tanya Arfan begitu mendengar suaraku.

“Fan, bantu kami, kami nungguin Mas Warso, tapi dia nggak juga sampai di sini.”

“Kalian masih di tempat tahalu tadi?” tanya Arfan.

“Ya Fan,” sahutku.

“Kalian di sana saja, nanti kami ke sana untuk jemput kalian. Kita shalat di dalam nanti. Masalah Warso nanti kutanyakan sama pihak travelnya. Mereka udah dari tadi selesai dan aku memang nggak ngelihat Warso.”

“Ya, Fan. Masalah shalat di mana sepertinya nggak masalah sih Fan, hanya aku bingung aja kok Mas Warso yang dah janji sama Buk Aina kok nggak datang dan handphonenya juga nggak aktif.”

“Ra, kalian nggak usah cemas, insyaallah Warso nggak apa-apa.”

“Makasih ya Fan, maaf jadi ngerepotin.”

“Ya, Ra. Sama-sama.”

Kuputuskan sambungan teleponku kudekati Buk Aina yang masih tertidur dan kubangunkan karena sudah hampir subuh.

“Sudah subuh Ra?” tanyanya setelah terbangun dari tidurnya.

“Sudah hampir Buk,” sahutku.

“Maafkan Ibuk, kamu jadi nggak tidur.”

“Nggak apa-apa Buk, sekarang kita wudhu lagi yuk, trus kita shalat. Aku udah hubungi Arfan untuk nanyakan Mas Warso. Ibuk nggak usah cemas ya.”

“Terimakasih ya Ra.”

“Sama-sama Buk.”

***

“Mas kamu di mana sih? Kasihan Bu de mu nungguin. Aku juga ikut cemas, semoga kamu baik-baik saja,” batinku.

Bersambung.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Moga-moga Warso baik-baik saja.

30 Dec
Balas

terimakasih

30 Dec

Keren tulisannya Bund. Sukses selalu dan barakallahu fiik

30 Dec
Balas

Terimakasih Bu Siti

30 Dec

Warso ditunggu sang bude apa Rara ya?Lanjutkan dengan karya berikutnya agar terwujud buku tunggal RAHASIA HATI. Terimakasih telah setia mengunjungi sriyonospd.gurusiana.id untuk saling SKSS

30 Dec
Balas

Terimakasih ya Pak Sriyono

30 Dec

War kamu dimana... jadi ikutan cemas nih. Sehat dan sukses selalu bucantik

30 Dec
Balas

Terimakasih Bucan

30 Dec

Pengalaman spiritual yang selalu mengharukan. Super keren, Bu...

30 Dec
Balas

terimakasih Bu Yuni

30 Dec

Semoga Warso baik-baik saja

30 Dec
Balas

Terimakasih Bun

30 Dec

Keren banget Bu guru. Baru aku menyapa Bu, maaf sahabat sejatiku, mari SKSS sahabat gurusianer

30 Dec
Balas

Terimakasih Pak

30 Dec



search

New Post