Santi Nurmalahayati

Guru Bimbingan Konseling di SMAN 15 Surabaya. Penulis buku berjudul Guru (Harus) Ke Luar Negeri! dan Jejak Emas di Olimpiade Guru Nasional. Pernah terpilih seba...

Selengkapnya
Navigasi Web
ANTARA BUSAN DAN BRISBANE : PELAJARAN TENTANG ZONASI SEKOLAH
Saat Kunjungan Sekolah di Busan High School (2014) dan Marsden State High School (2019)

ANTARA BUSAN DAN BRISBANE : PELAJARAN TENTANG ZONASI SEKOLAH

Ramainya pemberitaan tentang zonasi, banyaknya keluhan orangtua, beragamnya sikap masyarakat mengenai sistem zonasi, membuat saya tergelitik untuk urun pendapat. Berangkat dari pengalaman mengikuti pelatihan guru dan kunjungan ke beberapa sekolah di Busan, Korea Selatan (2014) dan Brisbane, Australia (2019), membuat saya menaruh harap terhadap kebijakan zonasi dalam penerimaan peserta didik baru. Setiap kebijakan pasti menimbulkan pro dan kontra. Daripada hanya mengeluh dan menjadi bagian dari masalah, saya berharap para guru dapat membulatkan tekad, berbuat, dan menjadi bagian dari solusi.

Selama berada di Busan di bulan Juli-Agustus 2014, saya dan rombongan delegasi Pendidikan Kota Surabaya berkesempatan mengunjungi sekitar 5 sekolah jenjang SMP, SMA, dan SMK. Di Brisbane pada bulan Maret 2019, saya bersama rekan-rekan guru dan widyaiswara dari PPPPTK Penjas BK berkesempatan mengunjungi 3 sekolah level SMP-SMA (di Australia tidak ada SMK, dan level SMP-SMA biasanya menjadi satu). Dari kunjungan sekolah di negara maju ini, ada beberapa pelajaran berarti terkait sistem zonasi sekolah. Mudah-mudahan sudut pandang subyektif seorang guru BK SMA ini mampu menghalau kegelisahan terkait penerapan sistem zonasi dalam PPDB yang telah dilaksanakan beberapa tahun belakangan ini.

Saat kunjungan pertama kalinya ke Busan High School, saya teringat kata-kata penerjemah kami Lee Sang Jun, “Sekolah ini DULUnya adalah sekolah terbaik di Busan. Tapi sekarang, semua sekolah di Busan SAMA BAIKnya.” Menghapus stigma sekolah favorit telah dilakukan Korea jauh sebelumnya. Pada saat saya berada disana, orang Korea dapat mengatakan dengan bangga bahwa semua sekolah sudah sama baiknya. Sebagai mantan sekolah terbaik di Busan, Busan High School di tahun 2014 masih mampu menunjukkan kualitasnya sebagai SMA bidang sains yang bermutu. Hampir setiap tahun, karya-karya penelitian sains siswanya berhasil memenangkan penghargaan di level nasional dan internasional. Jadi, meskipun tidak lagi menyandang predikat sekolah terbaik, Busan High School masih menjadi sekolah berkualitas dengan pencapaian prestasi yang dapat dibanggakan. Jadi, sekolah-sekolah favorit yang telah berpengalaman menjadi sekolah unggul tak perlu khawatir akan mengalami penurunan kualitas. Sekolah-sekolah ini tentunya memiliki bekal untuk mendorong siswa-siswinya yang beragam untuk melejitkan potensi demi menjadi bagian dari keunggulan sekolahnya.

Saat mengunjungi Busan High School (21-8-2014)

Apakah SMA di Busan juga menerapkan sistem zonasi? Sayangnya di tahun 2014 isu zonasi belum santer seperti sekarang, jadi saya tak pernah menanyakannya. Namun yang pasti, rata-rata sekolah di Busan memiliki asrama bagi siswanya. Jadi, jarak dari rumah ke sekolah bukanlah masalah yang berarti, karena hanya dihadapi seminggu sekali. SMA-SMA negeri di Korea memang dikenal memiliki jam belajar yang panjang, mulai pagi hingga malam. Seperti boarding school atau pesantren di Indonesia. Fenomena ini juga dijumpai ketika menyambangi Busan International High School (BIHS). Berbeda dengan Busan High School yang memiliki spesialisasi di bidang sains dan seluruh pesereta didiknya laki-laki, BIHS memiliki spesialisasi di bidang sosial humaniora. Peserta didiknya kebanyakan perempuan, namun masih ada yang laki-laki. Kegiatan harian di BIHS dimulai dengan olahraga sejak jam 6 pagi, dan diakhiri dengan belajar mandiri sekitar pukul 10 malam. Sebagai sekolah internasional, BIHS memiliki keunggulan di bidang bahasa dan memiliki jaringan internasional. Setiap tahunnya, sekolah ini mengundang sekolah-sekolah dari berbagai penjuru dunia untuk memberikan pengalaman menjadi bagian dari komunitas global bagi peserta didiknya. Jadi, sejak tak ada lagi sekolah favorit, SMA dan SMK di Busan pada akhirnya mengembangkan kualitas keunggulannya masing-masing. Busan High School dan Busan International High School tidak perlu lagi “berebut” calon peserta didik berkualitas. Peserta didik pun memiliki pilihan sekolah yang lebih sesuai dengan minat, bakat, dan arah kariernya.

Apakah SMA-SMA di Busan hanya mengandalkan potensi akademiknya? Ternyata tidak juga. Salah satu narasumber, Kepala Sekolah Busan Nam High School, membagikan ceritanya tentang pengalaman menerapkan pendidikan kreatif yang berbasis humanis. Pendekatan ini merupakan salah satu keunggulan Busan Nam High School, karena sebagian besar peserta didiknya berasal dari kalangan golongan sosial ekonomi menengah ke bawah dengan berbagai problematikanya. Untuk bersaing secara akademik dengan sekolah-sekolah yang input siswanya berasal dari golongan sosial ekonomi yang lebih tinggi tentu tidak mudah. Untuk itulah, sekolah ini mengembangkan sisi pendidikan yang kreatif dan humanis sebagai keunggulan sekolahnya. Karena itulah yang lebih dibutuhkan oleh siswa-siswi dan komunitas sekolahnya. Dengan sentuhan humanis, sekolah dapat merangkul seluruh elemen masyarakat untuk mendukung pencapaian akademik peserta didiknya. Jadi, sekolah-sekolah dengan input siswa yang bukan “A-grade” pun tetap bisa mengunggulkan kekhasan sekolahnya.

Jadi, jika sistem zonasi di PPDB terus berjalan, pengkategorian SMA bukan lagi hanya sekedar dinilai dari rata-rata nilai UN atau berapa jumlah siswa yang diterima di PTN saja. Bahwa sekolah A siswanya pintar-pintar. Sekolah B siswanya agak pintar. Sekolah C siswanya kurang pintar, dan sekolah D siswanya tidak pintar-pintar amat. Dengan sistem zonasi dimana input siswa menjadi lebih merata, setiap sekolah justru memiliki kesempatan untuk mengembangkan keunggulannya masing-masing, di berbagai bidang. Sekolah yang pencapaian akademiknya tidak berada di level teratas pun tetap mampu menjadi kebanggaan dengan keunggulan di bidang-bidang non akademik.

Lain Busan, lain Brisbane. Antara Korea Selatan dan Australia memang berbeda benua dan budaya. Di Brisbane, negara bagian Queensland, memang telah menerapkan kebijakan zonasi. Dari 3 sekolah yang kami kunjungi, ketiganya menunjukkan ciri khas yang sangat berbeda. Karena berada di wilayah yang berbeda. Sekolah pertama yang kami kunjungi adalah Milpera State High School, sekolah transisi bagi para pengungsi dan imigran. Proses pembelajaran di sekolah ini mempersiapkan siswa-siswinya untuk memiliki kemampuan Bahasa Inggris, matematika, dan dasar-dasar menjadi warga negara agar mampu bergabung di sekolah umum di Australia. Saat pulang sekolah, siswa-siswi tampak berjalan bersama-sama menyeberangi jalan. Tak banyak kendaraan menjemput. Tak tampak siswa-siswi menunggu bus. Sebagai sekolah bagi anak-anak pengungsi yang mengalami konflik di negaranya, sekolah ini memiliki fasilitas khusus untuk terapi psikologis dengan pendekatan seni dan meditasi melalui yoga bernama HEAL. Mengingat kemampuan dasar siswanya sangat beragam, sekolah ini juga menyediakan fasilitas pendampingan satu per satu bagi siswanya untuk mengejar ketertinggalan akademik. Siapa yang melakukannya? Kalau hanya guru, tak akan sanggup mengatasi ratusan siswa. Relawan dari komunitaslah yang mengisinya. Hal ini berlaku bagi layanan pendampingan akademik dan psikososial bagi siswa. Di sekolah ini, saya mendapatkan kesempatan untuk mengamati proses belajar matematika di kelas selama 30 menit. Dalam waktu 30 menit, guru kelas menunjukkan kecakapannya memanfaatkan berbagai media dan metode untuk menjadikan pelajaran matematika dan Bahasa Inggris menjadi menyenangkan bagi siswanya. Kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil, guru memutar sebuah video, dilanjutkan dengan permainan menggunakan gelas kertas seperti di video. Setelah itu, permainan berhitung menggunakan kartu remi dilaksanakan secara berkelompok. Sambil bermain, siswa belajar melafalkan angka, mengingat, menjumlahkan, mengoreksi temannya, berbagi peran, bertanggung jawab, bersosialisasi, sambil mendapat pengetahuan baru. Jujur saja, saya benar-benar kagum akan kelihaian yang ditunjukkan sang guru hanya dalam 30 menit. Seumur hidup, saya belum pernah mengalami proses belajar seatraktif ini. Jadi, meskipun siswanya memiliki dasar kemampuan akademik yang sangat kurang, ditambah dengan permasalahan trauma dan sosioemosional, setiap guru tetap menunjukkan dedikasi yang tinggi dan kecakapan paedagogik yang mumpuni. Bagaimanapun input peserta didiknya, sepanjang gurunya mampu memberikan pelayanan secara optimal, maka hasil pembelajarannya pun akan bermakna.

Sekolah kedua yang kami kunjungi adalah Balmoral State High School. Sekolah ini merupakan salah satu sekolah tua yang berada di wilayah elit Brisbane. Siswa-siswinya kebanyakan berasal dari golongan sosial ekonomi menengah ke atas, meskipun ada juga yang tidak. Sebagian besar siswa di sekolah ini adalah warga negara Australia berkulit putih, meskipun etnis lainnya juga cukup mewarnai. Balmoral SHS yang memiliki sekitar 600 siswa juga menerima siswa Internasional, kebanyakan berasal dari Jepang dan Korea Selatan. Secara akademik, sekolah asal Mrs.Zena, pemenang Queensland’s Teacher of The Year tahun 2018 ini cukup berkembang. Mrs.Zena merupakan penanggung jawab kegiatan literasi di sekolah. Untuk mengakomodir siswa berkemampuan akademik tinggi, sekolah ini menyediakan kelas pengayaan di bidang penerbangan. Sekolah yang motto pengajarannya adalah “Teaching for Thinking” ini juga memfasilitasi peserta didik berprestasi non akademik dengan program pengayaan dan fasilitas yang mumpuni, khususnya di bidang olahraga. Dengan karakteristik peserta didik seperti ini, Balmoral SHS memiliki fasilitas sekolah yang khas juga. Sebuah ruangan khusus bagi siswa internasional disediakan untuk membantu memenuhi kebutuhan siswa yang berbeda dengan siswa kebanyakan. Fasilitas perfilman dan radio sekolah juga sangat lengkap. Untuk membantu siswa yang tidak mampu, sekolah mengelola “sarapan gratis” dengan partisipasi dari siswa yang lebih mampu. Semua sekolah di Australia merupakan sekolah inklusi yang juga menerima siswa berkebutuhan khusus. Oleh karena itu, kemampuan differential learning, memberikan pembelajaran bagi siswa yang beragam dengan variasi metode menjadi sangat penting bagi setiap guru. Pelajaran berarti dari sekolah ini adalah kemampuan mengelola sekolah dengan mengoptimalkan potensi setiap siswanya. Keterampilan guru mengenali, mengelola, dan mengarahkan potensi setiap siswanya untuk berkembang menjadi kunci dalam keberhasilan pembelajaran di Balmoral SHS.

Sekolah terakhir yang kami kunjungi di Brisbane adalah Marsden State High School. Kebalikan dari Balmoral, Marsden SHS berada di pinggiran kota, tepatnya di wilayah Logan. Siswa di Marsden SHS terdiri dari warga suku asli (Aborigin dan Torres Strait Islands) dan warga negara Australia yang merupakan pendatang yang berasal dari 60-an negara (permanent resident). Karakteristik peserta didik yang sangat multietnis menjadi ciri khas sekolah ini. Secara sosial ekonomi, kebanyakan berasal dari golongan menengah ke bawah. Dengan kondisi seperti ini, tantangan bagi sekolah adalah membangun motivasi bersekolah dan mengarahkan siswa-siswinya untuk memiliki skill yang bermanfaat hingga dapat menjadi sumber penghasilan di masa depannya. Untuk itu, sekolah ini menyediakan fasilitas keahlian yang sangat lengkap, ditunjang dengan kerjasama dengan berbagai instansi untuk memberikan kesempatan magang dan penempatan kerja. Dengan keahlian pertukangan, perpipaan, maupun tata boga, warga Australia dapat menghasilkan pendapatan yang sama bahkan lebih besar daripada lulusan sarjana. Prestasi yang menonjol dari sekolah ini adalah prestasi olahraga. Fasilitas olahraga sekolahnya, jujur saja, cukup membuat saya ternganga. Aneka lapangan olahraga indoor dan outdoor yang modern dan terawat seluas berhektar-hektar, masih dilengkapi dengan ruang fitness dan sauna. Fasilitas ini mendapatkan sponsor dari perusahaan, karena prestasi olahraga siswa Marsden SHS telah mampu menembus level nasional.

Sekolah yang memiliki motto “Dare to Inspire, Make a Difference” ini memiliki beberapa fasilitas tambahan untuk mendukung siswa-siswinya merasa nyaman dan bersekolah dengan baik. Deadly @ Marsden, adalah fasilitas bagi siswa indigineous atau suku Aborigin dan Torres Strait Islands. Ada beberapa staf khusus disana, yang bertugas mulai dari menjemput siswa di rumah untuk berangkat ke sekolah, membantu mengatasi permasalahan akademik, kasus-kasus kekerasan, hingga membantu mencarikan tempat tinggal. Karena permasalahan yang terkait kriminalitas kerap terjadi di sekolah Marsden, seorang polisi pun ditempatkan khusus di sekolah ini setiap harinya, menjadi bagian dari tim pendukung kesiswaan. Bagi siswa yang telah lulus dari SMA, sekolah tetap memberikan pendampingan hingga setahun setelah lulus dari SMA (Year 13). Konselor sekolah tetap memantau dan memberikan bantuan hingga siswa dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, ke politeknik, atau mendapatkan pekerjaan sesuai dengan yang direncanakannya selama di SMA.

Seorang guru di Marsden SHS menyampaikan bahwa peran mereka tidak hanya mengajar dan mendidik siswa-siswinya. Kadangkala mereka harus berperan sebagai orangtua, teman, kakak, mentor, juga babysitter. Para guru tidak segan menyisihkan penghasilannya untuk berpartisipasi dalam pemberian “Makanan Gratis” setiap minggu bagi siswanya yang kebanyakan tidak mampu. Dengan permasalahan siswa yang kompleks, guru bersepakat bahwa tujuan utama dalam proses pembelajaran adalah memastikan siswa berkembang. Tidak mungkin seluruh siswa sempurna pada setiap pelajaran. Kepekaan guru untuk memahami kemampuan setiap siswa dan mengamati perkembangannya merupakan hal penting yang dapat membangkitkan harga diri dan kepercayaan diri siswa dalam belajar.

Berada di sekolah Marsden selama 6 jam, energi dari para guru yang berdedikasi, dan Kepala Sekolah yang penuh inovasi turut menular ke dalam hati. Berbagai permasalahan dapat diatasi dengan keterhubungan antara Kepala Sekolah, staf, guru, siswa, orangtua, masyarakat, dan berbagai institusi. Potensi masalah di Marsden SHS sangt tinggi, mengingat sekolah ini memiliki lebih dari 200 guru dan staf serta lebih dari 2000 siswa yang berasal dari puluhan etnis dari berbagai penjuru dunia. Kesepahaman atas kepentingan yang terbaik bagi siswalah yang turut mendorong keberhasilan. Memastikan bahwa setiap siswa memiliki hak untuk belajar dan berhasil dalam kehidupannya menjadi ruh yang membangkitkan semangat selurh stakeholder yang terlibat.

Apakah sistem zonasi dapat menjadi solusi dalam dunia pendidikan kita saat ini? Sangat mungkin terjadi, jika kita semua, para pemangku kebijakan, para guru di sekolah, para orangtua di rumah, masyarakat, institusi Pemerintah, perguruan tinggi dan dunia industri mau bergandengan tangan, memastikan setiap anak mendapatkan pelayanan pendidikan yang terbaik. Sistem zonasi bukanlah hal yang perlu dicemaskan. Dengan rasa kepemilikan terhadap sekolah, segala kekhawatiran tentang pemerataan fasilitas akan dapat diatasi secara bertahap. Yang terpenting, kesamaan cara pandang terhadap hak pendidikan setiap anak, sebagai asset negara yang sangat berharga. Komitmen setiap guru untuk memberikan pelayanan terbaik untuk memastikan setiap siswa berkembang sesuai kemampuannya. Juga, peran orangtua dan komunitas sebagai mitra sekolah untuk mendukung ekosistem belajar yang kondusif.

Setiap perubahan pasti membawa dampak. Tak ada awal yang mudah. Namun bersabarlah, dan terus berbenah. Insya Allah, pada waktunya nanti akan terlihat indah. Suatu hari nanti, kitalah yang akan berkata : “Sekolah ini DULUnya adalah sekolah terbaik di kota ini, namun sekarang SEMUA SEKOLAH sama baiknya”

Surabaya, 27 Juni 2019

10.57

Saat kunjungan ke Milperra Sate High School :

http://santinurmalahayati.gurusiana.id/article/mengintip-layanan-bimbingan-konseling-di-milpera-state-high-school-brisbane-103629

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Subhànallah Smg qt bs memetik pelajaran berharga

27 Jun
Balas

Saya tunggu buku pengalaman di Brisbane ya

27 Jun
Balas

Sip. On the way. Doakan lancar ya..

27 Jun



search

New Post