Santi Nurmalahayati

Guru Bimbingan Konseling di SMAN 15 Surabaya. Penulis buku berjudul Guru (Harus) Ke Luar Negeri! dan Jejak Emas di Olimpiade Guru Nasional. Pernah terpilih seba...

Selengkapnya
Navigasi Web
GARA-GARA 'GURU (HARUS) KE LUAR NEGERI!'
Gara-gara buku Guru (Harus) Ke Luar Neger!

GARA-GARA 'GURU (HARUS) KE LUAR NEGERI!'

Siapa yang menyangka, dari sebuah pelatihan literasi, akan menjadi pintu bagi lahirnya prestasi-prestasi di kemudian hari. Saya tak pernah lupa, pertemuan pertama mengenal literasi penulisan buku bersama Media Guru, medio 2017 lalu. Atas undangan dari PPPPTK Penjas BK, saya memulai tantangan baru menulis buku untuk pertama kalinya. Sebelumnya, saya harus bersusah payah menulis artikel 700 kata pertama saya. Artikel ini merupakan prasyarat mengikuti pelatihan. Namun ajaibnya, dalam 3 hari, sebuah layout buku, sinopsis, dan beberapa tulisan berhasil saya wujudkan. Saya tak akan lupa pada Mas Eko dan Pak Ihsan, yang berhasil memprovokasi hingga lahir keyakinan diri, bahwa saya akan mampu menulis sebuah buku.

Menulis buku menjadi kesempatan untuk mengabadikan pengalaman pelatihan pertama saya di luar negeri. "Guru (Harus) Ke Luar Negeri! Catatan Perjalanan Penuh Inspirasi dari Busan, Korea Selatan" menjadi judul buku pertama. Kemudian, menjadi tiket saya untuk masuk dalam sebuah komunitas berisi guru-guru penulis hebat dan berprestasi. Temu Guru Penulis 2017 di Kemdikbud menjadi momentum berharga. Menyaksikan Mendikbud mengapresiasi guru-guru berprestasi menghadirkan sebuah tekad dalam diri. Suatu hari, saya juga ingin bersalaman dengan Pak Menteri. Melalui grup Guru Penulis ini juga, saya mengenal aneka kompetisi guru di tingkat nasional. Dan pada akhirnya, mencoba peruntungan pertama saya di awal tahun 2018.

Qadarullah, akhirnya saya mencicipi hingar bingar apresiasi bagi guru berprestasi di negeri ini. Duduk di kursi VIP, dan melangkah dengan percaya diri untuk disalami Pak Menteri. Disaksikan orang-orang dari penjuru negeri melalui siaran langsung di TVRI. Alhamdulillah, sebuah medali emas di Olimpiade Guru Nasional tak hanya menjadi pembuktian diri. Namun menjadi momentum berharga untuk mengasah diri dan terus mengembangkan kecakapan literasi. Dari kisah ini, lahirlah buku kedua saya, sebuah memoar berjudul "Jejak Emas di Olimpiade Guru Nasional."

Saya tak percaya kebetulan. Namun skenario Allah memang tak pernah mengecewakan. Dari 2 judul buku saya, terbentang kesempatan untuk kembali mencicipi pelatihan di salah satu universitas bergengsi. Alhamdulillah, saya berkesempatan menjadi salah satu peserta dalam program “1000 Guru Ke Luar Negeri.” Kali ini, The University of Queensland di Australia menjadi tempat mendulang ilmu tentang bimbingan dan konseling berbasis HOTS. Lagi, kesempatan belajar ini saya abadikan dalam aneka tulisan untuk dibukukan dengan judul "Menyemai Makna di Bumi Jacaranda." Sayangnya, hingga kini belum sempat diterbitkan.

Bagi saya, literasi dan prestasi bak dua sisi mata uang. Tak terpisahkan. Bersifat resiprokal. Dan, persis 2 tahun setelah perayaan Hari Guru Nasional pertama saya bersama Media Guru, saya kembali mencicipi panggung apresiasi bersama Mas Menteri. Kali ini, bersama 8 orang guru jenjang dikmen. Para pemenang pertama lomba guru nasional yang telah melalui seleksi berbulan-bulan. Tanda kehormatan Satyalancana Pendidikan, akhirnya dianggap layak disematkan. Sebuah penghargaan tertinggi bagi pendidik di Indonesia dari Presiden RI. Lencana yang tak hanya menilai prestasi dan kompetensi, namun juga integritas dan dedikasi. Berkah luar biasa yang saya rasakan dalam perjalanan 9 tahun saya sebagai guru. Lagi-lagi, momen ini saya abadikan dalam sebuah buku antologi berjudul: "Prestasi dan Dedikasi, Sumbangsih untuk Negeri." Maka, nikmat Tuhanmu yang mana lagikah yang engkau dustakan?

Kini, lima tahun sudah saya mengenal dunia literasi menulis. Mungkin saya tak lagi produktif menelurkan karya tulisan. Namun bibit literasi dalam diri terus bertumbuh, dan menjelma dalam aneka wajah. Termasuk bertransformasi dalam jejak digital. Buku pertama yang saya tulis 5 tahun lalu, tanpa sadar menjadi cetak biru dalam kehidupan. Bisa jadi gara-gara buku pertama saya berjudul "Guru (Harus) Ke Luar Negeri!" Insya Allah, tak lama lagi, saya akan mencicipi petualangan baru sebagai guru di Sekolah Indonesia Luar Negeri. Dan, kecakapan literasi menjadi salah satu modal berharga saya untuk melalui rangkaian seleksi.

Para guru di Media Guru, terima kasih telah memperkenalkan saya indahnya berliterasi. Telah membuka jalan dalam jejaring yang haus prestasi. Telah memberi ruang untuk berbagi inspirasi. Tabik.

Surabaya, 2-9-2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen ulasannya, Bunda. Sukses selalu. Salam literasi

03 Sep
Balas

Luar biasa karya literasi yang mengguncang dunia, Barokallah , sehat dan bahagia selalu

03 Sep
Balas

Keren bunda... Prestasi hebat dan luarbiasa inspiratif... Semoga sehat dan bahagia selalu...

03 Sep
Balas

Saya ngefans Ibuuuuu

03 Sep
Balas

MasyaAllah keren.Akhirnya terseleksi ke Korea Selatan jugakah Bu?Kasih contekan tesnya bu

06 Jan
Balas



search

New Post