Pensiun adalah masa berakhirnya kontrak kerja. Banyak orang yang mengalami syndrome menghadapi masa pensiun. Kekhawatiran yang berlebihan sehingga dapat menyebabkan sakit yang berkepanjangan.

Orang Islam tak seharusnya mengenal kata “pensiun”. Karena dalam Islam, selalu melaksanakan ibadah. Ibadah yang dilaksanakan kapan saja, dimana saja, dan sampai akhir hayat. Jadi, sepanjang hidup seorang muslim hanya beribadah saja disemua lini. Seperti yang disampaikan dalam Al Qur’an surat Adz-Dzariat (surat ke-96) ayat 56.

“Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia, kecuali untuk beribadah kepada-Ku,” demikian firman-Nya.

“Kalau selesai dari satu aktifitas, maka kau cari kerja lain,” kata ustadz Abdul Shomad dalam sebuah ceramanya.

Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam surat Al Insyirah, ayat 7: Fa-idzaa faroghta fan-shob, yang artinya: “Maka apabila kamu telah selesai satu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain.”

Banyak kita jumpai, dulu diangkat pimpinan, banyak yang mengucapkan selamat.

“Selamat yaa pak, sudah diangkat menjadi pimpinan,” banyak yang mengucapkan demikian.

Dengan rendah hati mengucapkan, “Doa’akan saya, agar saya tetap dapat melaksanakan amanah ini.”

Dulu pakai supir, sekarang tak bisa menggaji supir. Dulu datang ke masjid disambut rebana, sekarang satupun tak ada yang menyalaminya. Bila hanya puji-pujian yang diharapkan, maka setelah tak ada yang memujinya dan meng-elu-elukan orang seperti ini akan mengurung diri di dalam rumah. Setress dan mudah datang penyakit, serta segera masuk liang kubur.

Jadi seseorang itu tak seharusnya bersedih saat pensiun. Tetaplah bergerak dan berbuatlah agar bernilai sebagai ibadah.

Wallahu a’lam. Tabik.

Depok, 12 Februari 2022