Sari Mulyani

Duluu, saya tidak suka pelajaran mengarang. Tetapi sejak bergabun di Gurusiana, saya ditantang menulis dan menulis. Enak juga juga jadi penulis.... Hmmmm, Trims...

Selengkapnya
Navigasi Web
LEARNING LOSS. (Tant-82)
Learning loss, (gambar: kemdikbudristek)

LEARNING LOSS. (Tant-82)

Alhamdulillah, … setahap demi setahap pandemi akan berakhir. Pembatasan di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta juga semakin berkurang. Saat ini Pembatasan Kegiatan Masyarakat sudah memasuki level 2. Bahkan ditinjau dari segi imunisasi masyarakat sudah memasuki level 1.

Setelah dua tahun pendidikan dalam masa pembelajaran jarak jauh (PJJ) sangat banyak penelitian yang menunjukkan terjadi Learning loss (Kehilangan Pembelajaran). Contohnya kelas 1 SD ke kelas 2 SD selama setahun pandemi. Kejadian Learning Loss sangat signifikan. Kemampuan literasi (membaca) yang awalnya 129 point turun drastis menjadi 66 point. Sedangkan kemampuan numerasi (hitungan) yang awalnya 78 point turun drastis pula menjadi 34 point. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaraan saat pandemi menimbulkan penurunan kemampuan, baik literasi maupun numerasi.

Dalam berbagai kesempatan wawancara kepada guru pun tersampaikan bahwa, karakter anak selama melakukan pembelajaran jarak jauh juga mengalami penurunan. Bagi kelas yang sempat bertemu tatap muka meski hanya 6 bulan, masih terlihat karakter baik yang ditunjukkan siswa. Berbeda halnya dengan kelas-kelas yang sama sekali tidak bertemu dengan gurunya. Mereka terlihat acuh dan pendidikan karakter kurang kuat terlihat.

Dalam penguasaan pembelajaran pun disampaikan oleh beberapa orangtua dari berbagai sekolah hampir merata. Siswa join di zoom meeting, lalu tutup kamera, dan melanjutkan tidurnya. Orangtua tak dapat berbuat banyak. Menyedihkan.

Ketika akan ulangan harian pun, siswa janjian berkumpul di rumah seseorang teman, lalu mengerjakan bersama-sama soal ulangan tersebut. Akibatnya, hasil ulangan harian ataupun penilaian formatifnya bagus-bagus semua.

Namun, ketika tes diberikan disaat luring (luar jaringan) alias tatap muka, hasilnya sangat mengharukan alias sangat dibawah KKM (kriteria ketuntasan minimal). Dari satu kelas sejumlah 36-40 siswa, yang serius hanyalah 25% - 40% saja. Biasanya, siswa yang berhasil tersebut adalah siswa yang sudah baik kondisinya. Baik keadaan ekonomi keluarganya, baik keadaan rumahtangga orangtuanya, maupun baik kondisi lingkungannya.

Semoga pembelajaran akan semakin lebih baik lagi pasca dua tahun pandemi ini.

Depok, 23 Maret 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen ulasannya, Bunda. Salam literasi

17 Apr
Balas



search

New Post