Kadang hati Rati tak terima melihat gelagat Sri yang kadang seenaknya saja. Sudah dua tahun Sri keponakan suaminya ikut mereka. Awalnya memang tak ada masalah, Sri cepat berbaur dengan keluarganya, anak-anaknya, saudara, sampai tetangga. Suami Rati sangat membutuhkan bantuan Sri untuk menjaga toko kelontong milik mereka. Alhasil jadilah Sri bagian dari anggota keluarga pamannya.

Memasuki tahun kedua ini, Rati menilai perubahan sikap Sri. Tak segan Sri membentak anak-anaknya karena hal sepele. Misalnya malam ini si bungsu Aisyah selesai mewarnai, tiba-tiba berlari ke kamar kecil. Tentunya buku gambar dan pensil warnanya masih berserakkan. Bak nyonya besar Sri berkacak pinggang marah melihat ulah Aisyah. Rati mencoba memberi pengertian pada Sri. Gadis 20 tahunan itu malah memprotesnya.

Rati sebenarnya kasihan juga dengan Sri, berasal dari keluarga sederhana yang memiliki cita-cita mulia yaitu ingin meringankan beban keluarganya. Rati pernah mengutarakan pada suaminya bagaimana kalau Sri dikuliahkan saja. Suaminya malah meragukan niat Rati. Alasannya karena Rati dan Sri sering beradu argumen dalam berbagai hal. Sejak pembicaraan itu Rati tak mengungkit masalah kuliah itu. Nah, sekarang datang isu tak sedap dari pihak suami Rati bahwa dirinya mempekerjakan Sri tanpa digaji..Ditambah dengan tuduhan Sri sudah seperti pembantu di rumah pamannya sendiri. Padahal kenyataannya Ratilah yang sering memasak dan membereskan rumah karena dia tahu itu tugasnya sebagai ibu rumah tangga.