Yadi mengingat kembali deretan rumah yang dulu pernah dilewatinya. Itu sudah lama sekali sewaktu dia duduk di bangku SLTP, sekarang anaknya saja sudah tamat MTs. Sudah barang tentu banyak perubahan termasuk di kampung sahabat ini. Berbekal informasi yang diberikan Dahlan tentang keberadaan rumah Yoga, Yadi memberanikan diri mengetuk daun pintu rumah bercat putih itu. Sambil menunggu Yadi memprrhatikan lingkungan sekitar. Dia sudah mengerahkan seluruh tenaganya untuk mengingat tempat ini, tetapi tak ada ysng teringat.

Seorang wanita berhijab putih datang dari arah taman samping, senyum ramah menghiasi wajahnya. Mata beliau meneliti siapa tamu yang datang. Yadi lalu berdiri dan menyalami. Nsmpak wanita itu mengumpulkan semua ingatannya tentang siapa verangan tamu yang datang. Yadi mendekati dan menyalaminya, nampak kerutan dahi wanita itu makin banyak. Melihat hal tersebut membuat Yadi mempekenalkan diri.

Bukannya tambah kenal dengan dirinya. Wanita separuh baya itu membawa Yadi ke dalam rumahnya. Yadi yakin sekali ini rumah sahabatnya. Muncul ide Yadi agar ibu sahabatnya itu membuatkan teh untuknya. Dia ingin menggantikan posisi sahabatnya di hati ibunya. Dia ingin bermanja-manja dengan beliau. Yadi ingin mengembalikan kecerian di rumah ini khusus ibu sahabatnya, dia ingin mengobati kesedihan mereka karena kematian sahabatnya itu. Melihat tingkah laku Yadi, wanita itu merasa risih. Beliau terus bertanya siapa yang di hadapannya. Apa alasan datang ke rumahnya. Yadi tetap yakin ini adalah rumah temannya. Diapun menceritakan tentang kedekatannya drngan anak wanita itu. Wanita itupun terkejut, anak?. Beliau menjelaskan kalau dirinya tidak memiliki anak. Yadi menepuk jidatnya.