Pentigraf (2)

Hari ini Laila merasa bersemangat . Bagaimana tidak ? Saat yang dinanti akhirnya akan segera tiba. Sejak usianya menginjak 17 tahun ia mengidamkan segera memiliki SIM C. Tapi apa daya, kata orang mekanisme pembuatan SIM C itu yang berbelit belit dan memakan waktu lama. Ditambah tempat mengurusnya juga jauh dari tempat tinggalnya . Maka akhirnya ia enggan untuk mengurus pembuatan SIM C tersebut.

Pucuk dicinta ulam tiba, beberapa hari lalu ia mendapat berita di WAG bahwa akan ada pembuatan SIM kolektif di kecamatan dekat rumahnya . Maka kesempatan ini tidak akan ia sia siakan. Laila akan mengurus pembuatan SIM. Betapa bahagianya jika ia bisa segera memiliki SIM C ini . Ia akan bebas bepeegian kemanapun ia mau tanpa menunggu orang yang mau mengantarnya seperti yang selama ini ia lakukan . Sudah terbayang dalam benak Laila , ia akan puncak bersama teman-temannya tanpa rasa khawatir akan ditilang polisi.

Maka hari itupun tiba . Laila sudah berdandan rapi sejak pagi . Memakai pakaian terbaik, karena momen itu akan terabadikan dalam foto closeupnya. Tak.lupa ia memoles bibirnya dengan lipstik kesayangannya. Bergegas Laila menuju kecamatan . Setiba disana ia segera menyusup ke dalam antrean pendaftaran . Beberapa orang tampak menatap heran. Laila jadi serba salah karena tatapan heran dari para pengantre. “Ah biarlah , mungkin karena aku menarik maka mereka memperhatikan diriku “ begitu fikir Laila . Tak berapa lama, tiba giliran Lalia mendekat meja pendaftaran . Seperti halnya yang lain..pak polisi inipun menatap Laila dari ujung rambut hingga kakinya . “ ibu serius mau bikin SIM “ tanya pak polisi . Laila mengangguk. “ Maaf , permintaan Ibu tidaK bisa kami layani . Terlalu beresiko untuk usia ibu yang sudah menginjak 90 tahun mengendarai motor sendiri” . Lailapun menangis histeris . Apa yang diidamkan pupus sudah .

Pamulang, 6 Juni 2020