#Tantangan Guru Siana Hari ke 69

Menulis disaat demam dan migrain kumat itu rasanya luar biasa. Nuraniku berbisik "sudahlah rehat saja dulu, ndak apa apa terjun di hari 69 . Biar merasakan adrenalin saat terjun bebas" . Tp sebelah nuraniku menguatkan . " Aduuuh , baru juga demam , baru juga migrain, ayoo lanjutkan menulis . Jangan patah arang . Sudah di hari 69,sayang loh "

Aku pun jadi teringat beberapa jajaran penulis yang aku kenal, mereka tetap berkarya dalam sakit dan segala keterbatasannya .

Sebut saja Pipiet Senja. Ibu kelahiran tahun 1957 ini sangat produktif melahirkan karya sastra baik puisi , novel , biografi dan lainnya . Thalasemia yang menghingga di tubuh beliau sejak usia 17 tahun tak mnegurungkan niatnya untuk bisa berdakwah meamlui literasi.

Atau Syekh Sayyid Qutbsorang inteletual sastrawan dari Mesir . Beliau mampu menulis dua karya paling monumental, kitab tafsir Alquran, Fi Zilal al-Qur'an (Dalam Naungan Alquran), dan Ma'alim fi al-Tariq (Tonggak Sejarah) dalam sel tahanan saat rezim Gamal Abdel Nasser . Buku-buku itu saat ini telah diterjemahkan ke dalam puluhan bahasa, temasuk bahasa Indonesia.

Sakit dan keterbatasan tak boleh membuat kita mundur dari melakukan hal baik untuk sesama. Meski melalui sebuah coretan . Seperti yang pernah Rasululloh sabdakan “Sebaik baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain” ( H.R Ahmad )

Semoga aku bisa belajar dari kedua tokoh diatas .