Segara murnia

Nama saya Segara Murnia, lahir di Padang Panjang lebih dari setengah abad yang lampau. Sejak tahun 1974, ayah dan bunda memboyong kami sembilan putra putr...

Selengkapnya
Navigasi Web

Tidak Ada Alasan Untuk Aku Tidak Menulis

Menulislah, menulislah...... Begitu selalu hatiku bwrkata. Diusiaku yang sudah seabad lebihnya banyak ini, tentunya banyak yang bisa aku ceritakan. Misalnya tentang perjuangan orang tuaku membesarkan kami anak-anaknya, tentang anak-anak kami yang kini sudah dewasa, tentang cucu kami yang mulai tumbuh balita lagi lucu-lucunya bahkan bisa menulis tentang murid-muridku yang membuatku merasa selalu muda. Begitu juga mengenai hubungan manusia dengan manusia.. Malam ini niat menulisku sudah tak terbendung lagi. Aku langsung membuka gurusiana tempat dulu pernah menulis. Aku membayangkan suatu hari nanti punya buku karya tulisanku sendiri. Kelak anak cucu, cicitku pasti senang membacanya. Dari cerita teman-teman dan orang-orang yang sudah punya buku hasil karya mereka, mengatakan bahwaenulis pasti ketagihan. Aku ingin juga merasakan ketagihan itu. Ya Allah, panjangkan umurku dalam ketaatan, beri kesempatan aku untuk ketagihan dalam menulis. Aamiiin ya Allah. Pada kesempatan ini aku ingin menulis tentang adikku yang bungsu. Namanya Wiwin Binadibu, baru pulang dari Jedah setelah tiga setengah tahun bertugas di sana sebagai guru penjas di Sekolah Indonesia Luar Negeri (SILN). Sebelum ke Jedah, Wiwin mengajar di salah satu MTs negeri di Jambi. Mengapa Wiwin di Jambi, sedangkan kami kakak-kakaknya yang 8 orang serta orang tua kami ada di Jakarta dan Jawa Barat, karena awalnya Wiwin merupakan atlit senam tuk daerah Jambi. Kini Wiwin sedang menunggu surat persetujuan kepala kemenag kanwil Jabar untuk mutasi ke MTsN 1 Depok. Wiwin walaupun dia adik bungsuku, tapi aku banyak belajar dari keshalehannya. Aku melihat vidio acara pelepasan Wiwin pulang ke Indonesia. Sangat mengharukan sekali, tampak para siswa dan guru-guru di Jedah berat melepas Wiwin, mungkin sama ketika kami dulu tiga setengah tahun yang lalu sedih melepas kepergian Wiwin dan anak istrinya ke Jedah, walaupun kami juga bangga dan senang Wiwin berhasil diterima bertugas mengajar di Jedah. Hanya saja, aku sangat merasakan betapa sedihnya adikku Wiwin disaat-saat menjelang berakhir tugasnya di Jedah, ibu kami dipanggil Allah Yang Maha Kuasa. Sebelum ibunda tercinta kami wafat, Wiwin sempat mengajak beliau ke Jedah dan sempat juga mendampingi ibu melaksanakan umroh. Ketika saat ibunda kami dalam keadaan sakaratul maut, Wiwin bahkan turut mentalkqinkan kalimat tahlil dengan vidio call, malah sebaliknya aku yang dekat tidak dapat melepas kepergian ibuku karena sedang dirawat di rumah sakit. Dengan melepaskan infus dari tangan aku pulang, namun ibu sudah dipakaikan kain kafan, hanya muka beliau yang terbuka, menunggu kedatanganku. Aku hapus air mata, aku rapatkan mulut ibu pelan-pelan, aku cium ibuku dengan lembut untuk yang terakhir kalinya. Kini, ketika aku melihat Wiwin, seketika itu pula aku menyaksikan sosok ibuku. Lembut, penyabar, selalu bagus ucapanya, jujur apa adanya, hampir setiap perilakunya adalah nasehat untukku.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post