Sepsusilawati,S.Si

PROFIL PENULIS Sepsusilawati, S.Si adalah penulis kelahiran 11 September 1980. Tamatan S1 kimia Universitas Negeri Padang tahun 2004.Sekarang men...

Selengkapnya
Navigasi Web

TANIA part 1

Tania

Episode 1

Dengan langkah gontai Tania melangkah menuju rumahnya. Dari tempat kerjanya, pikirannya tidak bisa fokus. Apa yang terjadi siang tadi seperti hanya sebuah mimpi. Setelah berbulan bulan Tania mendapat telpon dari seseorang, saat dia angkat telponnya di putuskan. Tania merasa aneh dari mana orang itu mendapatkan no telponnya. Pada hal baru satu minggu yang lalu dia menganti kartu telponnya.

Tania selalu bertanya dalam hati siapa gerangan yang selalu menganggunya. Tania sering bertanya kepada suaminya karena biasanya suaminya suka usil dengan mengunakan nomor lain. Tapi kali ini suaminya benar benar tidak tau. Tania berusaha untuk tidak peduli dan tetap fokus dengan pekerjaannya. Tania bekerja di sebuah perusahaan sebagai seorang analis.

Sudah lima tahun Tania menikah dan di karunia satu orang anak. Dia merasa sangat bahagia dan memiliki keluarga yang sempurna. Suaminya sangat perhatian terhadapnya dan juga putranya. Sangat lengkap sekali kebahagiaannya sejak kehadiran buah hatinya. Anaknya sekarang berusia 4 tahun

Dalam lamunannya siang tadi, dia sangat ingin tau siapa  yang mengusik ketenangnanya. Akhirnya kesabaran Tania pun sudah berakhir, dia memutuskan untuk tau siapa yang selalu miscal ke nomornya. Diapun menelponnya, diseberang sana terdengar suara seorang wanita. Sejenak dada Tania bergemuruh,dalam benaknya muncul berbagai pertanyaan. Kemudian terdengar suara wanita itu bertanya kamu ini siapa. Tania pun bingung dengan dahinya yang terangkat. Kamu yang selalu menelpon saya dan saat saya angkat telponnya kamu matikan. Seharusnya saya yang bertanya siapa kamu kata Tania. Apa maksud kamu meneror saya kata Tania memburu dengan pertanyaan.

Tiba tiba telepon terputus, Tania semakin kesal dan ingin tau siapa dia. Tania berusaha menghubungi nomor tersebut tetapi tidak di angkat. Hal itu membuat Tania semakin jengkel. Sore itu setelah menyelesaikan pekerjaannya Tania kembali menelpon nomor tersebut. Kali ini telponnya di angkat. Bagaikan tersambar petir rasanya mendengar pernyataan wanita tersebut. Tania tidak percaya bahwa suaminya sudah pernah menikah dan memiliki anak.

Tania tidak mudah percaya begitu saja. Dia menghubungi suaminya dan bertanya tentang pernyataan wanita tadi. Selama lima tahun Tania sangat percaya dengan suaminya. Begitupun kali ini. Tania lebih percaya suaminya dari pada penyataan orang yang tidak dikenalnya. Suaminya meyakinkan bahwa itu hanya orang iseng yang iri dengan keluarha kita. Tania pun memilih percaya dengan kata kata suaminya.

Keesokan harinya Tania malah di telpon oleh wanita itu. Dengan kepercayaan terhadap suaminya Tania berkata,jika kamu istrinya. Apa kamu punya surat nikahnya. Karena saya menikah dengan suami saya statusnya masih perjaka. Terdengar suara dari seberang telepon. Jika saya punya surat nikahnya, apa kamu akan melepaskannya. Tania pun terpancing emosi. Jika kamu punya buktinya maka saya akan pergi dari hidupnya. Dengan sangat yakin Tania membuat pernyataan.

Dalam lamunan selama perjalanan pulang akhirnya Tania sampai di rumahnya. Dia di sambut buah hatinya yang selalu bisa membuatnya tersenyum. Saat melihat senyuman anaknya hilang sudah segala permasalahan. Tania mengakak putranya untuk mandi kemudian jalan jalan sore untuk menikmati waktu bersama anaknya.

Setelah magrib mereka pulang, selesai sholat magrib Tania berdoa, kali ini Tania berdoa lebih kusuk dan panjang. Kemudian dia mengajak anaknya mengaji. Belum sempat  Tania menyimpan al quran nya. Tiba tiba suara telpon berdering. Tania deg deg kan, dalam hatinya apakah telepon dari wanita tadi siang. Dengan persaaan gugup di angkatnya telpon tersebut. Ternyata benar suara seorang wanita. Dengan hati hati Tania bertanya, maaf buk ini siapa. Suara di seberang telpon menjawab. Saya adalah guru ngaji suami mu waktu masih SD. Mendengar pernyataan wanita itu Tania merasa sangat aneh. Sejak menikah dia tidak pernah mengenal keluarga suaminya. Karena suaminya bilang dia tidak punya keluarga dekat. Dia hanya sebatang kara. Tania berusaha untuk mengenal sosok suaminya sebelum menikah. Tidak ada hal yang aneh. Karena calon suaminya itu orang yang penyayang dan selalu jujur kepadanya. Tetapi dengan mendapat telpon seperti ini dalam hati Tania berkata. Rahasia apa yang disembunyikan suaminya di balik semua kebaikannya.

Ternyata wanita itu tidak sendiri ada suara laki laki di dekatnya. Kemudian Tania memberani kan diri untuk bertanya. Siapa laki laki yang suka menyela pembicaraannya. Wanita itu berkata kalau laki laki itu adalah guru olah raga suaminya. Tania semakin bingung. Kemudian berkata. Maaf buk rasanya tidak mungkin jika semua ini adalah kebeltulan. Tolong jujur ibu ini siapa sebenarnya.

Tania menuggu jawaban dari wanita di seberang telpon. Wanita dan laki laki itu tetap bersikukuh kalau mereka adalah guru suaminya waktu SD dan ingin bersilaturahmi. Namun Tania tidak percaya dan terus mendesak dengan pertanyaan. Akhirnya setelah beberapa saat wanita itu berkata. Bahwa mereka adalah bibi dan paman suaminya. Rasa tidak percaya Tania mendengar semua itu. Semakin banyak pertanyaan dalam hatinya. Kebohongan apa yang telah di simpan suaminya selama lima tahun ini.

Akhirnya merekapun mengakhiri telpon. Setelah telpon ditutup Tania langsung menghubungi suaminya. Karena 1 tahun terakhir ini dia tinggal beda kota dengan suaminya. Suaminya meyakinkan bahwa mereka pasti hanya iseng. Karena tidak mau berdebat Tania pun memilih untuk diam. Karrna  jika dilanjutkan bisa membuat mereka beradu mulut dan itu tidak baik untuk anaknya.

Keesokan harinya dengan hati yang masih berkecamuk Tania berangkat ke tempat kerjanya. Dia merasa tidak nyaman, dalam hatinya bertanya apa dia harus percaya pada suaminya tetapi untuk apa kedua orang itu mengaku kalau mereka keluarga suaminya.

Dengan berbagai pertanyaan yang muncul dalam pikirannya, Tania bingung harus mencari jawaban kemana untuk semua pertanyaannya. Hari itupun berlalu dengan ketidak nyamanan hati Tania. Dia mulai meragukan kata kata suaminya.

Hari itu Tania berusaha menahan semua perntanyaannya. Karena dia tidak ingin bertengkar dengan suaminya. Tania hanya hisa berpasrah dan berdoa kepada Allah supaya apapun itu yang tersembunyi dapat diketahuinya. Tania yakin kalau suaminya punya rahasia yang selama ini di simpannya dalam bentuk kebaiakannya.

Tania serasa tidak berpijak di bumi ini, semua bergetar. Tulang tulangnya tidak kuat untuk menopang tubuhnya. Taniapun akhirnya jatuh di lantai. Telingganya terasa sangat panas semua kata kata yang di dengarnya bagaikan sambaran petir yang menyambarnya. Seorang wanita malam itu menelponnya dan menanyakan keberadaan suaminya. Suara wanita paro baya yang mengaku adalah orang tua suaminya, yang membuat Tania tidak berdaya adalah pernyataan wanita itu. Bahwa suaminya sudah pernah menikah dan memiliki anak.

Tania tidak bisa berkata kata hanya deraian air mata yang mengalir sangat deras. Buah hatinya datang memeluknya dan menghapus air mata ibunya.Tania merasa tidak percaya dengan semua pernyataan tersebut. Dadanya terasa sejak, seolah udara tidak ada untuknya bernafas akhirnya  Tania malam itu jatuh pingsan.

Saat Tania terbangun, dia merasa seolah semua hanyalah mimpi. Tania berharap bahwa semua yang terjadi hanyalah mimpi. Dengan mengumpulkan tenaga dan kekuatan bathinnnya Tania berusaha meraih telponnya. Di putarnya nomor suaminya. Tania butuh jawaban yang jelas dari suaminya.

Telpon berdering, Tania merasa sangat takut dan deg deg kan. Seolah olah jantungnya berhenti berdetak. Beberapa saat kemudian terdengar suara suaminya mengucapkan salam. Tak ada yang berubah suara suaminya yang selalu membuatnya tenang. Selama 5 tahun ini mereka sangat bahagia. Suaminya sosok laki laki yang penyayang dan sangat bertangungjawab. 

Dengan hati yang bergejolak Tania ceritakan semua yang dialaminya. setelah semua diceritankannya, Tania bertanya. Apakah semua itu benar tolong jawab dengan jujur. Meski kejujuran itu akan menyakittiku kata Tania. Tak ada suara, hanya diam. Suaminya tidak berkata apa apa maka semakin deraslah air matanya mengalir. Semua gejolak di dadanya tumpah seketika. Saat itu semakin sulit untuk Tania brrnafas, buah hatinya yang masih 4 tahun pun menangis di pelukannya. Taniapun kembali pingsan.

Mendengar tak ada suara, suaaminyapun cemas dan bergegas menuju pulang. Jam satu malam suaminya sampai di rumah. Saat itu Tania duduk dalam sujudnya yang panjang. Tania pasrahlan seluruh hidupnya kepada Allah. Hanya diam tak ada pertanyaan yang ingin di sampaikan Tania kepada suaminya.

Setelah dalam diam yang panjang akhirnya Tania berbicara, karena semua gemuruh dalam hatinya sudah tidak tertahan lagi. Teganya dirimu memhohongi ku kata Tania. lima tahun sudah berlalu, apa maksudmu kata Tania sambil memukul dada suaminya. Maafkan aku kata suaminya, semua itu ku lakukan karena aku sangat mencintaimu. Saat ku mengenalmu sebenarnya aku dalam masalah dengan keluarga ku dan dalam proses berpisah. Saat itu kamu berkata bahwa kamu tidak suka dengan laki laki yang berbohong apa lagi sudah menikah. Demi cintaku padamu maka terpaksa ku berbohong. Jika aku tidak berbohong maka kamu akan pergi dari hidup ku dan aku tidak sangup hidup tanpamu kata suaminya. Dasar laki laki egois kata Tania dengan sangat ketus dan sinis. Semua rasa cintanya terhadap suaminya seolah olah menguap begitu saja.

Dengan mengumpulkan segenap tenaga dan kekuatan bathinnya Tania berkata. Tinggalkan aku dan anak kita. kata kata itu membuat suaminya kaget. Suaminya bersujud di hadapannya meminta maaf dan berkata bahwa dia tidak sangup hidup tanpanya. Itu adalah hukuman yang pantas untuk laki laki pembohong sepertimu kata Tania dengan ketus. Kemudian Tania masuk ke dalam kamarnya dan mengunci dirinya.

Tania memeluk buah hatinya dengan air mata yang terus mengalir. Dia harus membuat keputusan untuk dirinya dan anaknya. Tania tidak pernah menyangka hal ini terjadi dalam hidupnya. Dia bukan wanita yang bisa bahagia di atas derita wanita lain. Tania mengingat kembali pernyataannya kepada calon suaminya waktu itu. Saat dia bertanya apa suaminya masih sendiri atau sudah menikah, karena calon suaminya mengakatakan bahwa dia tidak punya keluarga lagi. Saat itu calon suaminya berkata bahwa dia masih perjaka, sehingga keluarga Taniapun merestui pernikahan itu.

Tania tidak bisa memejamkan mata sedikitpun. Azan subuhpun sudah berkumandang. Dengan sangat berat Tania berusaha bangkit untuk berwuduk. Dengan sekuat tenaga dia ambil air wudu. Tania sholat kemudian dia benamkan dieinya dalam doa yang sangat panjang. Air matanya tidak bisa berhenti mengalir. Ibu...,terdengar suara Asyifa putrinya. Asyifa mencari cari ibunya kemudian memeluknya. Melihat air mata ibunya yang tiada henti, diapun menyeka air mata itu dan mencium pipi ibunya. Tania berusaha tersenyum untuk putrinya.

Asyifa kemudian berteriak ayah katanya sambil memeluk ayahnya yang masih tertidur di ruang tamu. Ayahnya mengendongnya ke kamar mandi dan mengajak asyifa sholat subuh. asyifa yang masih kecil tidak tau apa yang terjadi antara orang tuanya. Senyumnya yang ceria selalu memenuhi rumah itu. Asyifa meminta ayahnya suapaya ibunya berhenti menangis. Kali ini ayahnya hanya bisa diam. Karena istrinya tidak mau bicara apapun setelah pernyataanya tadi malam. 

Hari itu mata Tania bengkak karena menangis semalaman, akhirnya dia memutuskan untuk izin dari tempat kerjanya. Karena suasana yang semakin bisu,suaminya beruhasa memulai pembicaraan. Demi putri kita tolong maafkan aku katanya, Tania tidak bisa berkata apa apa. Hanya diam, tak ada kata yang keluar dari mulutnya.

Malam itu Tania dengan suara yang serak berkata, tolong ceraikan aku katanya. Itu adalah keputusan yang terbaik untuk kita. Kembalilah seutuhnya pada keluargamu kata Tania dalam deraian air mata. Aku tidak akan bisa bahagia di atas derita wanita lain dan anak anakmu kata Tania. Apakah kamu tidak memikirkan Asyifa kata suaminya, dia masih kecil. Ini semua juga demi Asyifa, aku tidak mau Asyifa memiliki ayah pembohong sepertimu. Aku tidak mau di salahkan keluargamu. Aku bukan wanita yang suka mengambil suami orang. hal ini sudah ku katakan kepadamu sebelum kita memutuskan untuk menikah dulu. Tetapi kamu tetap membohongiku bertahun tahun lamanya. Sekarang keputusanku sudah final kata Tania sambil meninggalkan suaminya yang masih terpaku dan merasa tidak percaya dengan kata kata dan keputusan istrinya. Istrinya yang begitu lembut dan romantis selama lima tahun ini menjadi sangat asing baginya. Dia seperti tidak mengenal istrinya saat ini.

Siang itu telpon Tania terus berdering tiada hentinya, tetapi Tania tidak peduli. Namum karena berhunyi terus akhirnya Tania memutuskan untuk mengangkatnya. Terdengar suara wanita diseberang telpon dan berkata aku istrinya kami sudah punya dua anak. Teganya kamu merebut suami ku katanya. Tania sudah tidak punya tenaga lagi untuk beradu mulut. Maaf saya tidak punya urusan denganmu jika kamu mau bertanya bicaralah padanya kata Tania sambil memberikan telpon tersehut kepada suaminya.

Tania tidak mau lagi bicara soal apapun, dia seperti membeku dan ingin menutup dirinya dari dunia ini. Dari dalam kamar Tania mendengar pembicaraan suaminya dengan wanita itu. Aku tidak akan pernah meninggalkannya kata suaminya. Mereka hidupku. Kamu adalah masa lalu bagiku. Aku tidak menceraikanmu karena anak anak kita masih kecil tetapi aku tidak bisa lagi menjalin rumah tangga denganmu. Tangungjawabku terhadap anak anak selama ini aku penuhi tetapi pernikahanku denganmu hanyalah tinggal di atas kertas. Jangan salahkan istriku karena dia tidak tau apa apa tentang masa laluku. Aku tidak akan pernah berpisah dengan istriku meski dia memintanya. Jangan paksa aku menceraikanmu kata suaminya dari ruang tamu.

Mendengar kata kata suaminya Tania semakin bergejolak dadanya. Dia ingin memaki suaminya tetapi tidak ada kata kata yang bisa keluar dari mulutnya. Hanya air mata yang mengalir. Suaminya menghampirinya di kamar namum Tania hanya diam dalam seribu bahasa. Maafkan aku sayang kata suaminya sambil memeluknya tetapi Tania sekuat tenaga melepaskan pelukan suaminya,namum usahanya sia sia. Suaminya menangis dan meminta maaf berulang ulang. Aku tidak akan pernah menceraikanmu katanya. Kamu dan anak kita adalah hidup ku. Kamu laki laki yang egois kata Tania dengan suara serak hampir tak terdengar. Cintamu membuatku jadi begini kata suaminya. Ku tak bisa jauh darimu katanya kemudian. Tania lebih memilih diam. 

Hore ayah dan ibu sudah baikan terdengar suara Asyifa yang menghampiri dan memeluk ayah dan ibunya. Meski terasa sesak dan sangat sakit di dadanya Tania harus bisa tetap tersenyum untuk buah hatinya. 

bersambung

 

 

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post