Hujan Deras

Bagai petir menyelinap dalam kemarau

Menusuk tajam dada yang terbuka.

Nafas seolah terhenti, melihat kandang bebeknya tergenang air hujan. Pak Dayat harus kehilangan hewan peliharaanya.

Tujuh ratus ekor bebeknya raib hanyut terbawa genangan air yang mengalir menuju sungai.

Langkahnya tak terarah memungut satu persatu bebek yang masih tersisa. Ditelusurinya sungai terjal pagi itu, berharap masih bisa mengumpulkan kembali bebek-bebek peliharaannya.

Diburunya setiap sudut sungai, setiap terdengar bunyi bebek Pak Dayat langsung mendekat.

Dari ratusan bebek milik Pak Dayat yang hanyut, baru beberapa bebek berhasil dikumpulkan kembali.

Pak Dayat tidak berputus asa, diayunkan langkahnya lebih jauh menulusuri sungai. Hingga puluhan kilo meter, tapi belum ditemukan juga bebek-bebeknya.

Di titik ini, Pak Dayat benar -benar sudah pasrah, sejauh mata memandang tak seekor bebek pun terlihat lagi.

Diangkatnya tubuh setengah baya yang renta dari dalam sungai. Tangannya mengusap air mata yang sudah tidak bisa terbendung lagi.

Pada batu besar tepi sungai, Pak Dayat mengistirahatkan tubuhnya. Diturunkan keranjang dalam gendongannya yang berisi beberapa ekor bebek.

Pandangannya kosong menatap sungai yang tak bermuara. "Duh Gusti, astaghfirullahal'adhim cobaan apa yang hendak engkau pikulkan diatas punggungku" keluh Pak Dayat menyentuh kalbu.

Tubuhnya kini tersungkur diantara bebatuan. Pak Dayat membayangkan betapa banyak biaya yang sudah ia keluarkan untuk merawat bebeknya.

Hanya tinggal beberapa hari lagi, bebeknya akan dijual dan menghasilkan uang, satu bebek sudah bisa dijual sekitar tiga puluh ribuan tapi hujan deras semalam mengubur harapannya.

Waktu semalam hujan deras, perasaan Pak Dayat sebenarnya sudah tidak enak, teringat peliharaan bebeknya. Tapi tempat kandang bebek yang dirasa cukup aman dan jauh dari sungai, membuatnya kembali tenang.

Pagi hari saat ia hendak memberi pakan bebeknya ternyata benar. Musibah ini terjadi.

Dengan mengumpulkan seluruh tenaga yang tersisa, Pak Dayat menggendong beberapa ekor bebek dalam keranjang kembali ke rumah.

Sepanjang jalan Pak Dayat tidak berhenti berpikir, apa yang harus ia katakan kepada keluarganya. Satu-satunya sumber penghasilan keluarganya adalah memelihara bebek.

"Pak Dayat! Pak Dayat!," Terdengar suara seseorang memanggil namanya dari kejauhan. Pak Dayat sangat mengenal suara ini, ia membalikkan badan menyahut panggilan Pak Kasim.

Pak Kasim memberi kabar bahwa di seberang sungai sana ada seseorang yang menyelematkan bebek-bebeknya pagi hari tadi.

Pak Dayat tidak percaya dengan kabar yang disampaikan Pak Kasim, ia meminta Pak Kasim mengulanginya kembali berita itu.

Matahari pun berpindah bersinar di wajah Pak Dayat. Pak Kasim segera mengantar Pak Dayat ke rumah orang yang telah menyelamatkan bebek-bebeknya.

"Alhamdulillah ya Allah" Pak Dayat tak henti-hentinya mengucapkan syukur. Dan berterima kasih kepada Pak Dul yang telah menyelematkan bebek-bebeknya.

Pagi hari ketika Pak Dul akan ke sungai untuk buang hajat, ia melihat ratusan ekor bebek berenang disungai, karena masih remang-remang Pak Dul tidak bisa melihat jelas pemilik bebeknya.

Setelah beberapa lama, tidak terlihat juga pemiliknya. Pak Dul segera menggiring bebek -bebek itu ke pinggir sungai dan beberapa lagi ditangkap karena terpencar.

T A M A T

Karangbawang, 16 Agustus 2022.