Sesmi Anggia

Sesmi Anggia, S.Pd. Lahir di Kota Gelamai Payakumbuh tepatnya Koto Nan Gadang, 27 Juli 1963. Bekerja sebagai guru Bahasa Indonesia di SMPN 1 Kec. Payakumbuh Kab...

Selengkapnya
Navigasi Web
'Diagnostik Non Kognitif'

'Diagnostik Non Kognitif'

"Diagnostik Non Kognitif"

Diagnostik non kognitif merupakan satu di antara jenis asesmen pada program sekolah penggerak. Di mana dalam kegiatan tersebut, kita para guru bisa mengetahui kemampuan dasar siswa sebelum memulai pelajaran. Tujuannya, dalam proses pembelajaran si guru akan mengelompokkan siswa atas minat/bakat dan kampuan dasar peserta didik.

Lalu dalam pelajaran Bahasa Indonesia di kelas VII SMPN 1 Kec. Payakumbuh dicoba mengaitkan dengan aktivitas literasi awal, yakni sebelum masuk ke materi pokok. Ternyata banyak hal yang bisa dipetik dari hasil literasi siswa. Di antaranya, kemampuan bernalar yang pada pertemuan 3 teks deskripsi mereka diajak mengenal tempat wisata Ngalau Indah yang terdapat di Kota Payakumbuh tak jauh dari pusat belajar atau kediaman siswa. Sebagian besar siswa dengan ramah mengembangkan pengetahuan mereka perihal lokasi yang tak asing lagi bagi mereka. Namun ada beberapa orang siswa yang terbata-bata melahirkan imajinasi tentang gambaran tempat wisata Ngalau Indah. Setelah dipelajari, ternyata siswa yang belum mampu sepenuhnya menguraikan tentang lokasi tersebut ternyata mereka belum pernah pergi ke sana, dan ada juga yang kemampuan bernalar sangat minim. Buktinya, pada kolom komentar mereka menguraikan kesulitan mereka dalam mengarang. Karena mereka lebih senang belajar ilmu pasti. Itulah tugas seorang guru, bagaimana cara terbaik agar semua siswa bisa mengikuti kegiatan pelajaran dengan nyaman dan memarik. Seterusnya, di samping siswa merasa sulit bernalar, juga ditemukan pada aktivitas tersebut cara menulis yang benar. Baik pilihan kata, mau pun ejaan dan tanda baca. Masih banyak yang butuh untuk dibina lagi. Wajar sajalah, mereka baru saja penyesuaian diri di sekolah baru.

Setelah ditemukan beberapa hal yang butuh dikaji ulang pada kegiatan diagnostik non kognitif atau asesmen di awal pelajaran, tentunya si guru butuh merekap berapa banyak siswa yang butuh bimbingan, yang sudah dapat berjalan sendiri, atau yang tidak mampu berjalan sama sekali. Terus solusi apa yang butuh dilakukan bagi seorang guru? Inilah yang menjadi pertanyaan mendasar pada program sekolah penggerak.

Tak salah perkataan penggerak dituangkan pada kurikulum sekarang ini (KOPSP) di mana kuadrat siswa tidaklah sama. Mereka punya kelebihan dan kekurangan sesuai dengan bakat dan minat mereka. Haruslah dibiarkan mereka yang tidak punya bakat atau yang tidak mampu berdiri sendiri oleh seorang guru?

Jawabannya sangat tidak dibiarkan, solusi untuk mengatasi semua kendala adalah tugas pokok dan pekerjaan mulia bagi guru yang bertul-betul mau bergerak melahirkan generasi penerus yang cerdas, berkarakter, dan kreatif tersebut.

Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada proses yang telah ditemukan kendalanya mengambil jalan untuk mengatasinya. Walau pun belum begitu mapan dengan strategi yang dicobakan, setidaknya sudah mulai tergambar dan berangsur membaik persoalan yang dihadapi.

Di antaranya,

1. Memilih materi/wacana yang lebih dekat dengan kehidupan siswa. Misalnya, mereka bisa mendeskripsikan tokoh idola mereka seumpama Ibu atau Bapaknya sendiri. Alhamdulillah hampir semua siswa berhasil memaparkan dengan baik.

2. Mencoba menuliskan satu kalimat persiswa di papan tulis secara bergantian dengan topik yang sama. Sehingga siswa mampu menyambung kalimat-kalimat tersebut menjadi sebuah paragraf. Di sana kita akan dapat mendiskusikan pilihan kata, kalimat, dan ejaan yang belum tepat. Alhamdulillah juga memperoleh perbaikan yang dahsyat.

3. Pada urutan ketiga ini, sangat penting untuk memotivasi siswa, di mana setiap pemberian nilai baik berupa huruf mau pun angka, guru membiasakan menulis komentar dengan pujian. Walau pun tugas yang dikerjakan siswa hampir semuanya tidak betul. Atau memang salah secara keseluruhan. Pujian tersebut akan membangkitkan minat mereka untuk terus berjuang. Contohnya " Hebaat, Ananda memang orang yang gigih berjuang meraih cita-cita. Teruslah berkarya, doa Ibu menyertai." Salah satu bentuk komentar yang sangat disukai para siswa dibanding mereka langsung menerima angka sesuai kemampuannya.

Jadi kegiatan literasi di awal aktivitas sangat penting dilakukan. Sebetulnya bukan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia saja. Bisa jadi di mata pelajaran lainnya agar anak-anak terlatih untuk membaca, menulis, berhitung dan sebagainya.

Begitulah segelumit yang baru bisa dilakukan, karena program baru perlu dirasakan dan dipelajari agar tujuan pelajaran tercapai.

Salam Literasi

#SMPN1 KEC. PAYAKUMBUH

#SekolahPenggerak

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren ulasannya

27 Aug
Balas

Alhamdulillah , terima kasih Ananda Fitriany. Ibu sudah lama tak menulis karena kemarin ini sakit. Sekarang mulai melangkah lagi. Salam literasi.

27 Aug

Informatif, semoga sehat selalu

26 Dec
Balas



search

New Post