"Jadi Penting, untuk Dipahami"

Berbicara tentang merdeka belajar dan program sekolah penggerak sebagai wacana baru di tahun pelajaran ini, tepatnya di sekolah yang ditunjuk di kabupaten kota. Sebut saja sekolah SMPN 1 Kec. Payakumbuh yang berdomisili di Kab. Lima Puluh Kota Sumbar adalah salah satu sekolah melaksanakan program sekolah penggerak dengan berpedoman kepada filosofi Ki Hajar Dewan Tara. Bahwa sebuah pendidikan seharusnya berpihak kepada siswa atau menghambakan siswa sebagai pusat pendidikan. Sementara guru berperan sebagai pembimbing. Guru akan bertugas membimbing, mengarahkan, serta memotivasi peserta didik dengan berbagai cara sehingga peserta didik atau siswa merasa senang, tertarik dan nyaman selama mereka melakukan kegiatan belajar tersebut.

Sebetulnya, dari dulu juga sudah dikenal dengan berbagai macam kurikulum seperti CBSA atau Cara Belajar Siswa Aktif dan kurikulum 2013. Semuanya bermaksud untuk menjadikan sekolah atau pusat belajar sebagai tempat bermain siswa. Bahkan ada juga yang menyatakan sekolah merupakan rumah kedua bagi siswa. Namun, yang terjadi menurut pengamatan sebagian besar siswa, mereka masih merasa belajar itu suatu pemaksaan karena tidak menarik. Jika itu yang terjadi, bagai mana pula kita akan beranggapan bahwa sekolah adalah tempat bermain anak/siswa. Tentunya sebagian siswa akan merasa terkekang dengan aturan yang berlaku. Termasuk cara pendidik yang mungkin mereka si anak didik merasa tidak suka atau bertentangan dengan jiwanya. Akan tetapi, mereka tidak mampu untuk mengutarakan pendapat mereka. Jika memang ini yang terjadi, tentu saja kemerdekaan peserta didik akan terampas oleh yang mendidik. Pada akhirnya tujuan pendidikan tidak akan tercapai.

Oleh sebab itu, bisa jadi satu di antara banyak cara yang dilakukan kepada siswa adalah dengan menulis komentar setelah mereka selesai mengerjakan tugas mereka. Sebagaimana yang sudah dicibakan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di ruang komentar pada LKPD yang dibuat guru sendiri, mereka anak-anak kita dengan jujur melampiaskan kalimat yang sesungguhnya mereka rasakan. Syukur kalau yang ditulis mereka tentang kenyamanan mereka belajar. Kalau tidak, apaboleh dikata "Sebagai seorang guru harus dengan lapang dada menerima kritikan siswa". Alasannya, mereka adalah manusia yang butuh mendapat perhatian, dan kebebasan dalam mengeluarkan ide. Selagi kalimat mereka sopan dan dapat memperbaiki cara belajar di masa yang akan datang. Di situlah kebijakan dan sportifnya seorang guru di hadapan muridnya. Mereka si guru menerima dan dijadikan introspeksi diri di masa yang akan datang.

Sepenggal kalimat yang sempat ditulis siswa:

1. Saya senang belajar Bahasa Indonesia, karena bisa berkreasi.

2. Saya suka belajar Bahasa Indonesia karena gurunya asyik bisa membimbing kami.

3. Belajar Bahasa Indonesia ada senangnya dan ada susahnya. Susah saya tidak suka melukis dan mewarnai.

4. Apa ya, yang mau saya tulis? Pokoknya belajar Bahasa Indonesia saya kurang suka. Maaf ya Ibu. Alasannya saya juga tak tahu.

5. Sepanjang saya jadi murid, ini baru saya rasakan senangnya belajar. Di samping saya hobi melukis, belajar juga dapat di ruang terbuka.

6. Terima kasih Bu guru Bahasa Indonesia. Kalau bisa kita belajar Bahasa Indonesia saja setiap hari. Senangnya.

Demikianlah hal-hal penting yang perlu dipahami oleh seorang guru.

26 Agustus 2021