Setiawan Hidayat

Guru Produktif Teknik Kendaraan Ringan (TKR) SMK Negeri 1 Gunungguruh Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Sehari-hari saya aktif mengajar dan berkebun di halaman rum...

Selengkapnya
Navigasi Web

Etika Berbahasa Seorang Guru Kepada Siswa

Bahasa merupakan cara menyampaikan suatu gagasan atau pendapat atau nasihat. Guru sebagai seorang pendidik memiliki peran yang besar dalam membimbing siswa. Gagasan dan nasihat guru sangat penting untuk mengarahkan siswa pada tujuan hidupnya. Kemasan gagasan dan nasihat ini harus dapat disampaikan oleh guru dengan "kemasan" yang menginspirasi dan menghujam kuat kedalam hati dan pikirian siswa. Artinya, bahasa merupakan sebuah media yang penting agar gagasan dan nasihat dapat diterima. Lantas dengan bahasa seperti apa agar gagasan dan nasihat guru dapat tersampaikan dan dapat diterima serta tetap dalam koridor etika yang baik terhadap siswanya?

Kita tahu bahwa saat ini siswa sekolah dimanapun berada seringkali menggunakan kata dan bahasa "gaul". Bahasa ini sulit dipahami oleh orang yang jauh lebih tua daripada dirinya, misalnya orang tua atau gurunya. Namun, ada beberapa kata dan bahasa yang secara jelas menyatakan suatu makna yang negatif, kasar, dan tidak layak.

Betapa banyak fakta menunjukkan bahwa perilaku siswa terhadap guru seolah tidak ada batas. Banyak diantara mereka yang tidak tahu dan mengerti bagaimana berbahasa yang baik. Lalu guru, karena merasa lebih tua acap kali "melemparkan" kembali bahasa yang mereka gunakan untuk dijadikan "senjata" melawan mereka. Maka, jadilah para guru sama seperti mereka siswa-siswanya.

Seiring waktu berjalan kebiasaan menggunakan kata dan bahasa yang "kurang baik" akhirnya menjadi konsumsi sehari-hari hingga guru lupa jati dirinya sebagai pendidik. Dalam belajar, ngobrol, bahkan chating, kata dan bahasa tersebut selalu ada sehingga dia merasa apa yang keluar dari lisannya benar. Bagi sebagian siswa mungkin tidak menjadi soal karena siswa merasa guru itu bagian dari kelompoknya. Bahkan mungkin siswa tersebut merasa nyaman dengan kata dan bahasa gurunya. Namun, sebagian siswa yang lain akan merasa heran dan tidak nyaman dengan gurunya. Dibenak mereka guru itu orang yang layak diikuti karena sikap teladannya tapi mereka melihat gurunya malah berperilaku sebalinya. Hal ini tentu akan membuat mereka menyepelekan gurunya dan tidak mau mendengar kata-katanya.

Belajar kepada guru yang punya tutur kata "kurang baik" jelas tidak akan enak didengar dan membuat siswa malas serta cenderung antipati. Kalaupun harus mengikuti keinginan gurunya, hal itu tidak lain hanya keterpaksaan dan karena tekanan. Lebih dari itu guru dengan kata dan bahasa yang "kurang baik" tersebut tidak dapat dijadikan sebagai teladan sekalipun ilmu dan kemampuannya dalam mengajarkan sesuatu sangat bagus dan mudah dimengerti.

Bukankah knowledge dan skill guru itu akan berkembang seiring dengan jam terbang dia dalam mengajar? Tetapi membangun sikap integritas dan kepribadian yang baik sangat sulit karena hal tersebut berkaitan dengan basis pendidikan dia selama hidupnya. Sehingga yang selalu menjadi syarat utama bagi guru itu adalah sikap yang baik. Dan cerminan dari sikap yang baik adala tutur kata yang baik kepada siapapun termasuk kepada siswanya.

Guru itu harus dapat bersabar dan menahan emosinya tatkala menghadapi siswa dengan berbagai karakter. Tetap dapat mengontrol pikiran dan lisannya dalam kondisi bagaimanapun. Teriakan dan cacian tidak akan menyelesaikan masalah, justru akan menambah masalah dikemudian hari. Mungkin lebih baik menjadi guru "lemah" dalam arti bersabar dalam merubah kepribadian siswa, daripada menjadi guru yang "kuat" dalam arti menunjukkan bahwa dirinya lebih dari segalanya dan tidak sabar dengan segala perilaku siswanya.

Mengalah bukanlah suatu hal yang hina. Dalam beberapa kondisi guru mungkin harus dapat mengalahkan hawa nafsunya bukan malah menekan siswa agar tunduk kepadanya. Bukankah menahan nafsu itu adalah sebuah kemenangan? Sekalipun siswa berbahasa yang tidak baik tetaplah guru sebagai pendidik menggunakan bahasa yang baik. Penghargaan dari siswa bukan dintujukkan dengan siswa itu selalu mengikuti segala titah dan perintah gurunya, melainkan dari perubahan sikap siswanya yang semakin baik sehingga dia paham bagaimana berperilaku saat menghadapi gurunya.

Jadilah guru yang disegani karena gagasan dan nasihatnya yang disampaikan dengan kata dan bahasa yang baik bukan menjadi guru yang disegani karena sikap "kasar" dan jauh dari etika bertutur kata yang baik. Ingatlah siswa juga manusia yang memiliki perasaan ingin diperlakukan dengan baik dan lembut. Bukankah pendidikan itu harus memanusiakan manusia?

Waallahualam

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Semoga kita semua dapat berhasil mendidik anak anak yang hebat

12 Oct
Balas



search

New Post