Sewaktu saya sekolah di SMK belasan tahun yang lalu, alhamdulillah saya dan kawan-kawan sekelas seperjuangan tidak pernah sekalipun berlaku tidak sopan dan membuat kesal guru-guru di jurusan. Kami anak SMK sangat menghormati dan menghargai semua guru, meskipun terkadang ada guru yang membuat kami geram, tapi kami senantiasa berupaya santun terhadapnya.

Bagi kami seperti apapun guru tetaplah guru yang harus kami hormati dan patuhi selama dirinya memerintahkan kebaikan kepada kami. Darinyalah ilmu kami dapatkan. Darinyalah kami belajar berbagai hal. Melalui dirinya kami memahami arti kehidupan. Guru bagi kami adalah "separuh" pikiran dan perilaku kami saat ini.

Namun apabila kita cermati, saat ini siswa-siswanya SMK telah ternodai. Entahlah, anak SMK zaman now sangat berbeda dengan zaman old. Kini, anak-anak SMK mirip anak TK. Why? Cermatilah perilakunya satu persatu. Seorang guru pasti punya feeling yang bagus.

Saat ini anak SMK belum bisa membuang sampah sesuai dengan tempatnya. Ratusan kali apel pagi dengan topik go green belum bisa mengubah "isi kepala" mereka. Paradigmanya masih terikat dengan sikap macam anak-anak TK yang "watados" dan cuek. Tidak punya social sense dan jauh dari rasa peduli terhadap lingkungan.

Parahnya, motor guru jadi korban pembuangan sampah. Mereka jajan, lalu makan sambil menduduki motor guru yang terparkir di halaman. Lalu sampahnya mereka gulung dan dimasukanlah ke dalam celah-celah yang ada di motor seperti area stang. Bahkan, mereka sangat berani masuk ke dalam mobil praktek yang ada di dalam bengkel dan makan minum di dalamnya. Sampahnya? Mereka buang begitu saja di lantai mobil, di jok, di atap mobil, di dashboard, dan di kap mesin. Ini jelas sudah sangat keterlaluan.

Bukan tidak diingatkan tapi sudah tak terhitung berapa kali mereka diperingatkan dan diberi sanksi. Seolah-olah teguran dan sanksi itu hal sepele yang tak penting untuk dievaluasi. Parahnya, mereka tidak bisa mengevaluasi sehingga tidak bisa instropeksi diri untuk menjadi lebih baik. Hal ini tentu sangat berbahaya jika terus dipelihara dalam diri mereka. Anehnya, mereka tidak bisa diajak berdiskusi. Mereka kaku dihadapan guru dan tidak bisa berkata apapun, tapi ketika berjumpa dengan teman-temannya seketika langsung bersorak-sorai. Kepribadian macam apa ini?

Anak SMK sekarang tidak memahami tujuan sekolah. Mereka tidak paham harus seperti apa dalam bersikap. Kami guru-guru SMK merasa heran, kesel, dan sebel terhadap perilaku mereka. Tapi kadang kala tingkah mereka mengundang tawa karena mirip anak TK. Sungguh diluar ekspektasi kami, kondisi anak SMK sangat memprihatinkan. Tentu ini berawal dari bagaimana mereka dibentuk sewaktu mengenyam pendidikan ditingkat sebelumnya. Generasi ini akan jadi seperti apa di masa depan? Dengan tingkah yang lebay dan banyak gaya mampukah mereka menantang peradaban dunia?

Motor milik guru saja berani mereka kotori. Mobil praktek di bengkel berani mereka sampahi. Teguran dan sanksi pun dengan mudahnya mereka sepelekan. Lantas apa yang mereka harapkan dari SMK? Jika sekolah tak mengubah kepribadian mereka lalu dimanakah mereka menemukan jati dirinya? Apakah sekolah sudah tidak penting bagi mereka? Lalu kenapa mereka masih sekolah jika sekedar numpang ngobrol dan jajan? Itulah sekelumit pertanyaan yang mungkin ada dipikiran setiap guru.