Setiawan Hidayat

Guru Produktif Teknik Kendaraan Ringan (TKR) SMK Negeri 1 Gunungguruh Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Sehari-hari saya aktif mengajar dan berkebun di halaman rum...

Selengkapnya
Navigasi Web

Pengen Siswa Kritis, Guru Harus Siap Dikritik

Kurikulum 2013 selalu direvisi setiap tahunnya. Misalnya, susunan silabus, penambahan sub bagian pada RPP, dan yang lainnya. Diantara perubahan-perubahan tersebut ada satu unsur tambahan yang saat ini sangat digelorakan dari atas hingga ke bawah, karakter peserta didik. Adanya karakter atau relevansi karakter dengan setiap mata pelajaran bahkan kompetensi dasar diharapkan dapat memunculkan suatu sikap dari diri peserta didik.

Salah satu karakter yang harus ada dalam sebuah kompetensi dasar adalah sikap kritis. Dalam sebuah pembelajaran guru dituntut harus bisa memunculkan sikap kritis peserta didik yang terpendam. Melalui pola pembelajaran tertentu guru harus dapat merangsang daya kritis peserta didik sehingga memunculkan rasa keingintahuan peserta didik. Tingkat kritis yang tinggi terhadap suatu pembelajaran akan membuat kegiatan belajar mengajar menjadi hidup. Kelas menjadi “bising” dengan serangkaian tanya jawab guru dan peserta didik. Bahkan, tidak menutup kemungkinan pembahasan akan menjadi semakin dalam dan luas.

Bagi seorang guru yang perlu dipersiapkan untuk mengarahkan dan membimbing peserta didik dalam “track” kritis adalah kesiapan. Guru harus siap dikritik oleh peserta didik. Guru juga harus benar-benar menguasai materi dan kelas agar dapat mengendalikan jalannya diskusi. Disinilah mental seorang guru diuji dan dipertaruhkan. Guru harus bersabar dengan “serangan” kritik dari peserta didik. Kritik ini tentu bukanlah sebuah ejekan atau cemoohan, melainkan sebuah studi kritis terhadap suatu ilmu.

Dalam ranah akademik dan pembelajaran hal ini sangat biasa terjadi. Guru dan peserta didik sangat mungkin berbeda pendapat. Selama ada argumen yang menjadi landasan pendapatnya maka semuanya harus bisa menerima. Meskipun sangat jarang sekali ada peserta didik yang memiliki pengetahuan melebihi gurunya. Bagaimanapun juga guru tidak boleh marah apalagi dendam dengan serangkaian kritik yang bisa berupa pertanyaan atau pernyataan dari peserta didik. Sebaliknya guru harus bisa mengarahkan daya kritis siswa agar berada pada jalan yang seharusnya.

Rambu-rambu dalam memberikan suatu kritik wajib guru sampaikan kepada peserta didik. Kritikan jelas bukanlah hinaan, kritikan adalah sebuah luapan rasa penasaran yang dibangun dari suatu sudut pandang tertentu. Mengingat kuantitas peserta didik di dalam kelas lebih dari 30 orang memungkinkan setiap peserta didik tentu memiliki pemikiran tertentu, tinggal bagaimana peserta didik mengungkapkannya, apakah mau atau tidak, berani atau takut, jujur atau bohong, dan seterusnya.

Pada intinya, guru harus siap dikritik dan ketika kritikan itu berargumen dan benar, maka guru harus menerimanya dengan lapang dada. Tidak boleh kesal apalagi menyalahkan peserta didiknya. Terima saja kebenaran itu meskipun dari peserta didik. Jadi, guru juga harus mengakui “kehebatan” peserta didiknya jika memang kritika mereka benar dan memiliki referensi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Setuju pak..

15 Oct
Balas

Follback ya pak

15 Oct
Balas

Ya bu trm ksh sudah komen

15 Oct



search

New Post