Shanti Ardhini

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Gugurnya Putra Terbaik

@cerpen

"Hanan ingin jadi tentara." Selalu itu yang putra kecilku ucapkan dulu setiap ada orang yang bertanya tentang cita-citanya.

"Kenapa ingin jadi tentara sayang?" tanyaku sembari memeluk tubuhnya yang menguarkan aroma wangi telon.

"Hanan ingin seperti Eyang, tuh fotonya kan gagah sekali," jawabnya tersenyum sembari mengerlingkan mata ke arah pigura yang terpasang di dinding ruang tengah. Tampak foto masa muda eyang yang terlihat gagah dengan seragam lorengnya.

Aku tersenyum menatapnya

***

Kini Hanan kecil telah menjadi sosok gagah yang saat ini sedang berdiri dihadapanku.

"Bu, Hanan mohon doa restunya, besok berangkat tugas.di perairan Bali utara," ucap Hanan sembari menggenggam erat jemariku yang mulai keriput. Kutatap lekat manik hitamnya. Entah kenapa ada perasaan khawatir muncul dalam hatiku. Ingin sekali aku mencegahnya pergi. Namun, sangat tidak adil jika itu keluar dari mulutku. Sudah seharusnya jika aku memberikan doa restu padanya.

Kuhela napas panjang. Tak biasanya aku seperti ini. Biasanya setiap Hanan pamit, ketika akan berangkat bertugas, aku selalu melepasnya dengan ikhlas. Namun, kenapa hari ini begitu berat melepasnya?

"Ibu? Kenapa Ibu malah melamun," Hanan mengusap pundak sambil menatapku. Tampak bola matanya mengembun. Badannya meluruh, kemudian bersimpuh di pangkuanku.

"Sayang, kenapa kamu menangis? Bukankah kamu sudah biasa melaksanakan tugas seperti ini?" Kubelai kepalanya yang kini menelungkup di pangkuanku. Perlahan kuusap pipi basahku dengan salah satu tanganku. Tak ingin aku terlihat sedih di hadapannya.

Tiba-tiba Hanan mendongakkan kepalanya, netranya menatapku sendu, seolah-olah berat melepasku.

"Ibu jaga diri baik-baik ya, doakan Hanan selamat dalam menunaikan tugas," ucapnya dengan senyum terpaksa. Tangan kekarnya mengusap bulir bening yang mulai mengintip di sela- sela bulu matanya.

"Berangkatlah sayang, Ibu akan selalu mendoakanmu." Tubuh gagahnya merengkuhku dalam pelukannya. Pelukan yang erat dan cukup lama.

Dengan berat hati aku melepasnya. Kutatap punggung gagahnya yang semakin lama menghilang. Aku hanya bisa berdoa, semoga engkau selalu dalam lindungan-Nya.

***

"Hanan! Tunggu !"

Aku berteriak memanggilnya yang terus berlari meninggalkanku dengan tawanya yang riang.

Aku terus berlari ke arahnya. Hanan menghentikan langkahnya ditengah hamparan rerumputan yang disisi kanan dan kirinya terdapat perbukitan. Matanya menatapku sendu. Tangannya melambai ke arahku.

Ketika aku sudah hampir mendekatinya, ia kembali berlari meninggalkanku. Aku kembali mengejarnya yang berlari sangat kencang, hingga aku kehilangan bayangan tubuhnya.

"Hanan! Tunggu Ibu, Nak!" Rintihku disela rasa sesak yang nenyergapku

Hening. Hanya ada suara dedaunan yang tersapu angin. "Kemana anakku?" aku meratap seorang diri di tengah tanah lapang ini.

"Hanan!" Aku menjerit

"Hanan ...." Napasku terasa berat, lalu aku terbangun bersimbah peluh. Ternyata aku bermimpi, tapi entah kenapa seperti nyata. Aku kehilangan anakku.

Kuraih ponsel, kulihat jarum jam menunjukkan angka tiga dini hari. Aku coba menghubungi putraku. Hasilnya nihil, ponselnya tidak aktif. Kucoba lagi, hasilnya tetap sama.

Sambil menunggu ponsel putraku bisa dihubungi, aku berselancar di dunia maya. Memeriksa beberapa aplikasi media sosial yang ada di ponselku. Betapa hatiku luluh lantak saat aku baca di instgram bahwa kapal selam milik Indonesia KRI Nanggala-402 hilang kontak di perairan Bali Utara. Saat itu juga aku berteriak histeris.

"Anakku ...."

Seluruh ragaku seakan lenyap. Duniaku terasa gelap.

Tamat.

25 April 2021

Tulisan ini aku dedikasikan untuk seluruh prajurit TNI-AL yang tenggelam di perairan Bali Utara.

Semoga mereka semua mendapatkan pahala mati syahid. Untuk semua keluarga semoga diberikan ketabahan dan kesabaran.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi

25 Apr
Balas



search

New Post