Shilakhul Muzaddin

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
BOHAREN BAHLUL INDONESIA

BOHAREN BAHLUL INDONESIA

Boharen Jumpa Indonesia (2) Ketika Ibukota Mataram Islam pindah beberapa kali meninggalkan Kota Gedhe, wilayah yang sebelumnya merupakan bekas reruntuhan pusat kerajaan Mataram Hindu yang sudah kembali menghutan dan dibabat lagi oleh Ki Gede Pemanahan ini tetap menjadi wilayah yang dinamis. Saat keraaan Mataram Islam kemudian terpecah setelah Perjanian Giyanti Februari tahun 1755, wilayah Kota Gedhe menjadi wilayah perdikan, tetap mendapat penghormatan sebagai bekas ibu kota kerajaan. Pihak VOC pun turut menghormati misalnya dengan tidak mengirim semacam mata-mata sekalipun. Bagi VOC tentu stabilitas ini terkait pertimbangan bahwa Kota Gedhe menjadi salah satu pusat kegiatan ekonomi, salah satu kota terkaya di wilayah Jawa bagian selatan karena menjadi pusat bisnis emas, berlian, perak, tekstil (tenun maupun batik) hingga opium. Tahun 1825-1830 ketika Pangeran Diponegara mengobarkan Perang Jawa, daerah ini terlarang menjadi wilayah peperangan. Dapat dikatakan selama berabad-abad, Kota Gedhe menjadi kota ‘aman’, stabil sehingga menopang perkembangan banyak aktifitas ekonomi, budaya dan intelektual, meski tidak lagi menjadi ibukota kerajaan atau bukan pusat kegiatan politik. Tradisi belajar terus tumbuh, baik pendidikan modern maupun pendidikan agama secara tradisional berjalan berkelanjutan. Judul sebuah kitab yang menjadi nama sebuah kampung, mengindikasikan betapa kuat tradisi belajar itu. Berkaitan dengan aktifitas intelektual dan keagamaan, Kota Gedhe menjadi magnet pertemuan kalangan terpelajar dan kosmopolit pada jamannya. Misalnya di kediaman KH. Moehsin di Boharen itu, pendopo yang menjadi ruang tamu tersebut pernah menjadi tempat pertemuan para cendekiawan yang diantaranya berpendidikan Al Azhar Mesir atau pendidikan Eropa, sehingga diskusi-diskusi mereka antara bahasa Belanda dan Arab. Ada beberapa nama yang disebut oleh Pak Charris sebagai periwayat dan menjadi saksi bagian penggalan sejarah itu, menyebutkan misalnya AR Baswedan, KH Wahid Hasyim, Soekiman Wiryoasanjaya (salah satu tokoh Masyumi yang pernah menjabat perdana meteri ke-6) dan tentu saja KH Abdul Kahar Mudzakkir, menantu KH Moehsin. Bila kita ingat tiga tokoh muslim yang terlibat dalam penghapusan 7 kata dalam sila pertama Pancasila sehingga akhirnya menjadi 'Ketuhanan yang Maha Esa', dua diantaranya KH Abdul Kahar Mudzakkir dan Ki Bagoes Hadikoesoema adalah dari Yogya dan KH Wahid Hasyim pun akrab dengan para tokoh di Yogya ini. Sangat mungkin bahwa penghapusan 7 kata itu memiliki kerangka pemikiran (yang substansial) yang secara tidak langsung telah lama menjadi bahan perbincangan. Sangat mungkin ada diskusi-diskusi panjang tentang masalah-masalah keagamaan, persoalan keadilan sosial dan idiologi. Bukankah para tokoh ini sudah terbiasa berdialog intens dengan pemikiran orang- orang seperti Dowes Dekker, Rabindranat Tagore atau orang –orang yang berasal dari kultur yang bebeda sehingga menudukung kematangan intektual-keagamaan mereka untuk menjadi cendekiawan inklusif- melampaui pemikiran yang formalistis?. Boharen menjadi musium yang hidup. Ndalem Boharen pun seperti memiliki magnet, sehingga kembali menjadi ruang pertemuan keturunan para pejuang itu. Mba Yeni Wahid, cucu KH Wahid Hasyim pernah datang kebetulan sang suami adalah mahasiswa Pak Achmad Charris Zubair dan Mba Nana Je adalah salah satu cucu dari J Kasimo. Ruang itu mengingatkan buku Kang Yudi Latif yang berjudul Mata Air Keteladanan, diantaranya berkisah persahabatan M. Natsir (tokoh Masyumi) dan J. Kasimo (tokoh partai Katolik). Rasanya bangsa ini hanya berhasil merdeka oleh karena kematangan karakter- intelektual-keagamaan dan akan bertahan juga dengan kematangan itu-- yang rupanya harus diperjuangkan oleh masing-masing generasi.
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post