Shilakhul Muzaddin

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
TAK ASAL ASAL TAK

TAK ASAL ASAL TAK

tak asal.. Dua hari lalu teman yang cukup sering bekerja sama dengan saya bercerita disela-sela kegiatan. "Bu saya keluar dari tempat kerja yang itu. Karena ternyata iklimnya politis, mencari posisi, keuntungan pribadi, ...meski itu lembaga agama. Itu bertentangan dengan nilai-nilai saya. Saya tidak nyaman". Saya terus mendengarkan. Terbayang beberapa waktu sebelumnya sahabat saya yang mantan jurnalis media ternama datang ke rumah. Ia akhirnya memutuskan keluar dengan alasan yang kurang lebih sama. "Di awal kami ditraining, mendapat pembekalan tentang prinsip-prinsip, ternyata praktiknya tidak begitu, tetap saja alasan pemodal yang dimenangkan. Hatiku tak bisa terima yang begitu Mba" kurang lebih begitu katanya. Keluar dari kantor berita itu, dia bergabung dengan sebuah NGO internasional yang fokus pada masalah lingkungan. Ada perasaan yang sama di dua peristiwa itu antara terkejut sekaligus haru. Tetaplah ada orang-orang yang menjalani hidup tidak asal mendapatkan jalan sukses, tapi dengan preferensi nilai-nilainya, memilih menjalani lika-liku, tidak sekedar pragmatis, tidak sekedar mencari yang menguntungkan. Dalam pengalaman saya, ini bukan pilihan mudah. Ibaratnyan kalau tujuan hidup kita hanya uang dan nama baik, asal mau cari lowongan kerja atau beasiswa atau semacamnya dan memantaskan diri untuk memenuhi kriteria yang dibutuhkan, itu sudah cukup. Tapi dengan nilai-nilai, mau ambil kerja lihat dulu apakah perusahaan itu merusak lingkungan, apakah lembaga itu ramah kelompok rentan, apakah tidak terlibat politik uang dsb.. Ketika Amerika akan menginvansi Irak, beberapa NGO memutus hubungan dengan lembaga donor dari Amerika...waktu itu saya juga merasa terharu menyaksikan orang-orang pejuang demokrasi dan kemanusiaan menunjukkan konsistensinya. Karena ada juga demi uang dan nama baik, mereka bilang "tidak peduli uang dari setan mana..yang penting kita pakai baik-baik". Padahal hidup ini serba saling terhubung. Entah sekarang perkembangannya seperti apa. Ini momen-momen pilihan yang bagi saya mengajarkan konsistensi, yang membuat banyak usaha untuk kebaikan bisa bergema. Saya mencermati apa yang membuat dua teman saya mengambil pilihan seperti itu, karena tidak semua orang bisa melakukan, bahkan mereka yang secara ekonomi atau posisi kulturalnya kuat, belum tentu memilihnya. Saya perhatikan,mereka orang-orang punya perhatian pada kehidupan luas, tidak fokus ke pribadi, memiliki banyak pengalaman dan keahlian mengolah pengalamannya tersebut serta banyak bergerak; orang-orang yang tidak mau membatasi diri karena penilaian orang lain. Bukan apa kata orang, tapi keyakinan mereka tentang nilai-nilai yang menjadi ruh dalam kehidupan bersama..bukan keuntungan pribadi tapi maslahat bersama..yang jadi preferensi. Mungkin saat ini banyak yang kurang mengapresiasi pilihan dengan nilai-nilai semacam ini, meski mereka diuntungan oleh orang-orang yang mengambil pilihan berdasarkan nilai-nilai.. (Saya tidak dapat menahan diri untuk tidak menulis ini, untuk dua sahabat saya dan orang-orang seperti mereka.
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post