Shilakhul Muzaddin

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
TENUN DAN KEINDAHAN HARMONI

TENUN DAN KEINDAHAN HARMONI

Keindahan Hidup Sore hari, memandang sinar matahari pecah diantara batang pohon trembesi di balik jendela membuat hati terasa hangat tapi menyejukkan. Dan rasanya makin riang oleh kiriman gambar beserta untaian kalimat membahagiakan dari sahabat saya di Waingapu Sumba Timur Pdt. Ratu Herlina tentang sebuah tenunan bermotif sangat memesona dan tambahan motif kaligrafi arab Hub assalam. “Ini semua menggunakan pewarna alami” kata Ipen Herlina. Ya energi dari alam dengan berbagai pantulan warnanya selalu jernih dan menjernihkan hati. Beda dengan pewarna kimia yang akan menyisakan limbah dan memberi beban pada tanah untuk mengurainya kembali. Pewarna alam seperti mercusuar bagi pandangan yang buram dalam menangkap keindahan, ia adalah pengingat ada banyak keindahan yang luput dirayakan. “Yang menenun kain ini seorang pendeta Gereja Bethel. Seandainya saya langsung bercerita tentang Islam padanya, ia akan antipati”, kata Ipend Herlina. Tetapi dengan kaligrafi berbentuk burung ini dalam sebuah tenunan, memberi banyak ruang pembahasan yang mana pada tenun ada banyak kisah manusia bertautan. Tenun mejadi ruang artikulasi makna yang menghadiahi kesepahaman. “Apa artinya ini”. Mereka (muslim) juga mengajarkan kasih?” Mereka mengajarkan salam, kedamaian. "Kaligrafi arab dalam bentuk burung merpati ini adalah simbol ketulusan, cinta kasih dan perdamaian”, demikian penggalan dalam WA story Ipen Herlina. Selanjutnya dalam bahasa teologis Kristen ia menulis untuk para jemaatnya, “Anda ingat waktu Yesus dibaptis? Roh Allah tampak seperti burung merpati di atas kepala Yesus. Menurut saya Allah mengumumkan bahwa Yesus yang dikasihiNya inilah yang akan memperagakan Cinta kasih, ketulusan dan perdamaian. Selamat datang era baru dimana nilai-nilai saling bertemu untuk mengayakan laku hidup manusia.” Ipend Herlina mengatakan kaligrafi ini sangat sesuai disandingkan dengan motif Sabu yang bertutur tetang asal-usul perempuan Sabu. Ia mendapatkan kisah ini dari Mamanya yang saat muda dulu rajin menenun. Saat ini usia mama sudah lebih dari 90 tahun. Kisah itu demikian; “Motif burung ini berkisah tentang Dewi yang turun dari kahyangan hendak mandi. Tapi ada manusia yang menjahili dan mengambil bajunya sehingga ia tidak dapat keluar dari danau karena tak ada yang menutupi tubuhnya. Dewi ini mengubah diri sebagai burung agar tubuhnya tertutupi bulu-bulu burung. Saat berjalan di perkampungan, ia mendengar suara tambur dan gong dimainkan. Mendengar suara-suara itu sang Dewi tidak dapat menahan diri untuk ikut menari. Burung yang menari ini pun menarik perhatian sekelompok orang yang kemudian menangkapnya. Burung itu tak kuasa melepaskan diri lalu mengatakan agar pakaiannya dikembalikan oleh manusia yang mengambilnya. Pakaian itu pun dikembalikan. Saat memakainya, burung itu berubah menjadi perempuan yang cantik. Ia kemudian dinikahi oleh seorang laki-laki. Dari pernikahan itu keturunan Sabu berkembang. Motif burung pada tenunan Sabu menjadi sarana mewariskan kisah asal-asul bangsa Sabu”. Kisah ini seperti mengungkap penghayatan keperempuanan sebagai manusia ruhani-dari kahyangan—menjadikan kain sebagai sarana memanusia. Dengan energi hidupnya, perempuan menciptakan, bukan sekedar memilih untuk memintal, mewarnai menenun kehidupan dengan berbagai morif untuk bermakna bagi kehidupan
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post