Shinta Dewi

Ketenangan ada pada diammu...

Selengkapnya
Navigasi Web

PADAMU SANG PEMILIK DIAM

Bagaimana aku bisa lupa, jika diam merupakan bagian dari komunikasi yang paling penting! Untuk kata-kata yang terucap terlalu banyak, terbuang sia-sia. Memuntahkan segala isi kepala, meracau, mengomel, lalu membludak. Apa ujungnya? Tak ada! Nihil! Sebab, kata yg ingin ku dengar bukan itu sebagai balasannya.

Sedikit yang bisa berucap dengan tepat, kebanyakan hanya sekedar berbelasungkawa atas semua keluh kesah ku.

Kau tau? Hanya dirimu yang bisa menenangkan segala muntahan ucapan ku, yaitu hanya dengan 'diam' mu.

Pagi itu kita mengambil libur disela-sela padatnya pekerjaan kita. Libur kali ini adalah mendefinisikan diam. Ah..... kamu selalu penuh ide yang membuat dahi ku berkerut.

"Bang, es kelapa muda 2" katamu kepada abang-abang berkaos partai merah penjual minuman.

Setelah minuman selesai dihidangkan, kita berjalan berdua menuju bangku bawah pohon Ketapang. Kita masih menikmati segarnya es kelapa muda, sebelum prolog pembicaraan mu dimulai.

"Bagaimana keadaanmu dipagi hari?" kalimat pertamamu setelah sekian lama ku menyedot es kelapa muda ini.

"Seperti yang kamu lihat! Sehat, sudah mandi, makeup tipis, hari ini aku ganti warna lipstick dari biasanya" jawabku. Kau hanya menggeleng dan tersenyum.

"Bukan itu. Bagaimana keadaan batinmu pagi ini? Kamu terlihat tetap menawan dari penampilanmu yang ku lihat" godanya, membuat aku sedikit tersipu malu.

"Owwww" jawabku, yang masih memikirkan jawaban yang pantas untuk kalimat tanya nya. Aku diam sejenak, matamu terus memandangku, seolah meminta jawaban sseegera mungkin.

"Keadaanya, tidak terlalu baik. Masih seperti 2 hari lalu. Resah!" Kataku jujur.

Suasana dipagi hari ini cukup cerah, debur ombak terdengar berirama, angin menerpa lembut rambutku yang sengaja ku gerai. Untuk beberapa menit kamu masih diam seperti biasa.

"Kamu tahu? diam adalah sebuah komunikasi yang paling luar biasa."

Lagi lagi keningku berkerut, menuntut jawaban yang logis.

"Kamu bisa mendengar suara ombak yang damai jika dirimu diam. Dan kau bisa mendengar sayup-sayup suara kera yang saling bersahutan pada jarak puluhan meter dari kita. Bukan kah itu nyanyian alam yang sungguh indah?" Aku hanya mengangguk pelan.

"Kamu selalu marah kepadaku, kenapa aku selalu banyak diam dikala kamu bercerita tentang apapun itu." Lagi-lagi aku mengangguk.

"Itu semua agar aku tau dan bisa merasakan semuanya. Merasakan bagaimana rasa amarahmu ketika kamu bercerita tentang temanmu yang memecahkan botol kesayanganmu. Merasakan bagaimana betapa sedihnya ketika bos mu mempermalukan mu didepan orang-orang karena masalah sepele. Merasakan bagaimana betapa bahagianya kamu ketika kamu diterima beasiswa yang kamu impikan. Merasakan bagaimana betapa cintanya kamu kepadaku ketika aku slalu memberimu coklat kesukaanmu."

Baru kali ini aku terdiam lama, dan baru kali ini aku mendengarkan dia berbicara sepanjang ini.

"Setiap pembicaraan dan suara harus dirasakan, bukan hanya didengar saja! Diamku itu merespon semua obrolanmu" kamu diam sejenak.

"Apa kamu akan merasa nyaman, jika aku memotong pembicaraanmu. Meskipun itu adalah jawaban bijak sekalipun."

Debur ombak masih terdengar syahdu, angin berhembus pelan menggoyang dedaunan pohon Ketapang sandaran kita.

"Ketenangan ada pada diammu sayang...." kamu menggenggam tanganku dengan lembut.

"Biarkan semua orang berbicara dulu, apapun itu! meskipun caci maki atau pujian. Jika diam dan tenang, kamu tak kan tersulut oleh keduanya. Kau takkan emosi tinggi jika dicaci, kamu tak kan melayang jika dipuji. Yang justru itu semua akan membawamu pada rasa penyeselan jika kau terlalu cepat berucap".

Matahari telah terik, es kelapa kita sudah ikut surut seperti air laut. Senyumku mengembang, ada ketenangan pada diriku setelah kalimatmu berakhir.

Berkali-kali ku melihat diam mu, mengartikan diabm mu, baru kali ini ku tau makna 'diam' mu. Sekali kau berucap, itupun tentang diam. Satu kata yang ku ingat dari mu, "Ketenangan ada pada diam mu".

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi!

28 Jan
Balas

Salaaam

29 Jan



search

New Post