Di balik segala musibah ada kebaikan yang bisa kita ambil. Itulah kata-kata yang bisa saya ungkapkan saat ini.

Corona Virus Disease atau covid-19 telah melumpuhkan kehidupan seluruh negara di belahan bumi, termasuk Indonesia. Untuk mencegah peningkatan virus tersebut pemerintah menerapkan pembatasan sosial atau social distancing.

Dalam bidang pendidikan, Kemendikbud mengimbau kepada seluruh satuan pendidikan agar pembelajaran dilaksanakan secara dalam jaringan (daring) serta luar jaringan (luring). Upaya tersebut dilakukan sebagai upaya mendukung pemerintah dalam mencegah peningkatan penularan covid-19.

Pembelajaran daring memberikan hikmah tersendiri bagi saya selaku pendidik. Mengapa tidak? Sebelum covid-19 melanda, setiap hari saya harus berangkat ke sekolah setelah subuh dan sampai di rumah sekitar pukul 16.30. Perjalanan saya tempuh lebih kurang selama tiga jam lebih dengan melewati medan jalan yang cukup berat serta menyeberangi Sungai Kapuas. Jika ditanya lelah, itu pasti, karena saya manusia biasa, bukan robot. Lalu mengapa hal itu saya lakukan? Ada alasan tersendiri, yaitu keluarga.

Saya bertugas di kecamatan dari sebuah kabupaten yang berbeda dengan kabupaten tempat tinggal. Satu atau dua minggu sekali saya baru pulang ke rumah. Setiap hari, saya dilanda kekhawatiran mengingat anak pertama saya sedang masa perkembangan dan isteri saya juga seorang tenaga medis yang terkadang harus bekerja malam hari. Namun, setelah putra kedua lahir, saya putuskan untuk pulang pergi.

Dengan sistem pembelajaran daring, kini saya tetap bisa bekerja tanpa melakukan perjalanan yang melelahkan. Saya bisa bekerja tanpa harus meninggalkan keluarga. Ada setitik ketenangan, meski entah sampai kapan.