Sigit Sugiarto

Sigit Sugiarto, S.Pd., lahir di Banyumas, 10 November 1986. Sigit merupakan seorang anak desa dan orang tuanya merupakan seorang petani tulen. Pendidikan ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Kakek Tua dan Seekor Ikan Tapah

Di sebuah hutan hiduplah seorang kakek tua. Dia tinggal di gubuk bersama cucu laki-lakinya yang masih kecil.

"Kek, aku lapar. Perutku sakit."

"Sebentar yah Cu, kakek cari makanan dulu ke hutan." kata kakek sambil mengelus kepala cucunya itu dengan wajah penuh kesedihan.

Kemarau panjang menjadikan semua tanaman milik kakek mati tak memberikan hasil. Belum lagi hama tikus dan binatang meluluh lantakkan semua tanaman miliknya. Terbayang betapa sedihnya kakek.

Dijelajahinya seluruh sisi hutan. Kakek belum menemukan apapun. Dedaunan mengering. Pohon-pohon daunnya meranggas. Gugur. Parit-parit tempat biasanya dia memasang bubu, kini telah surut. Kering.

"Kemana lagi aku harus mencari makanan?" tanya kakek, seolah-olah putus asa.

Dilihatnya langit. Masih terang. Sepertinya belum terlalu sore.

Kakek melangkahkan kakinya yang keriput dan sudah tak berdaya itu. Melewati semak, naik turun bukit. Dia berharap masih ada yang bisa dimakan.

Ketika kakek sedang istirahat di sebuah batu di atas bukit, terdengar suara samar-samar meminta tolong. Kakek tak menghiraukannya. Suara itu pun semakin terdengar jelas.

"Tolong, tolong. Tolong saya."

Kakek pun mencari dari mana asal suara itu. Ditelusurinya segala sisi untuk mencari siapa yang terdengar meminta tolong.

Ketika Kakek berada di pinggir parit yang masih mengalir, suara itu terdengar sangat jelas.

"Saya di sini Kek. Tolong saya."

Rupanya suara itu adalah dari seekor induk ikan tapah. Tubuhnya terperangkap jaring yang dipasang warga.

"Tolong saya Kek. Saya harus hidup. Seluruh keluarga saya telah mati karena diracun oleh warga. Hanya saya yang masih hidup. Tolong selamatkan saya, agar saya bisa melahirkan anak-anak saya." pinta Si Induk Ikan Tapah.

Kakek pun segera membebaskan induk ikan tapah yang sudah terlihat tak berdaya itu.

"Terima kasih, Kek. Semoga, apa yang Kakek inginkan bisa terwujud."

Induk ikan tapah itu pun segera berenang meninggalkan Si Kakek. Senyumnya sumringah mesti dalam hatinya dia khawatir dengan cucunya. Sudah hampir gelap, Kakek pun memutuskan untuk kembali pulang.

Si Kakek terus melangkahkan kakinya yang sudah semakin loyo. Begitu terkejutnya ketika dia sampai di ladang miliknya. Pohon jagung tumbuh dengan subur dengan buah jagung yang sudah siap dipanen. Alangkah gembiranya Kakek. Tak henti-hentinya dia bersyukur kepada sang pencipta.

Sesampainya di rumah, Kakek langsung mengambil beberapa jagung yang masih cukup muda untuk direbus. Si Kakek menceritakan kejadian aneh yang dia alami kepada cucunya. Kini, senyum ceria kembali muncul di wajah Kakek dan cucunya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Alhamdulillah...kakek dan cucunya ceria kembali

22 Jun
Balas

Iya.

22 Jun

Senangnya si cucu bisa makan.keren ceritanya

22 Jun
Balas

Terima kasih

22 Jun



search

New Post