“Membacalah, Nak! Maka kau akan menguasai dunia!!!” kataku berapi-api. Namun respon anak-anak didikku ternyata masih jauh panggang dari api. Sedih rasanya. Tapi aku tak boleh putus asa menyemangati mereka. Aku harus maklum bahwa mereka hidup di zaman digital dengan tantangan yang luar biasa. Aku harus maklum bahwa akses mereka untuk membaca dibatasi oleh 1001 masalah.

Masalah terbesar mereka ternyata: NIAT. Jika dikalkulasi dari skala 10%-100%, maka niat membaca mereka hanya 20%, itupun karena terpaksa. Tak heran jika hal ini berdampak pada prestasi akademik mereka. Aku kembali menyemangati mereka dengan menceritakan bahwa membaca itu adalah kegiatan yang paling menyenangkan. Menyenangkan karena kita bisa tahu banyak hal.

“Suatu kebanggaan tersendiri jika kamu mengetahui suatu hal di saat orang lain belum mengetahui. Dan itu akan terjadi jika Kamu membaca!!!!” Mata mereka mulai antusias, aku bisa melihatnya. Pindar-pindar emas ini tak boleh aku lewati.

“Bacalah buku yang positif dan yang pasti sesuai dengan usiamu. Buku yang paling ibuk rekomendasikan adalah karya-karya penulis fenomenal seperti Andrea Hirata, Habiburrahman El Sirazy, A. Fuadi, dll. Karya-karya mereka sarat hikmah, pengalaman, ilmu, dan yang paling penting iklim ceritanya yang edukatif dan agamais serta diselingi humor-humor yang segar.”

“Ok, Buk.......”

“Siap, Buuuuuk......”

“Dicoba dulu, Buuk.....”

“Boleh pulang, Buuuuk???? Bel udah bunyi......”

“Ok, tapi ingat!!!! Mulai hari ini, kita mesti Membaca....Membaca...Membaca!!!!! Insya Allah Ananda semua sukses.”

“Aamiiin.............”

****