Sisil

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Setiap Orang Bisa Menulis Best Practice

Resume Belajar Menulis Gelombang 2 (Pertemuan Ke- 16)

Narasumber : Asep Suparman

Setiap Orang Bisa Menulis Best Practice

“Setiap kita bisa menulis, khusunya menulis Best Practice” demikianlah salah satu kesimpulan yang disampaikan Bapak Asep Suparman yang bertindak menjadi Narasumber Kegiatan Belajar Menulis Gelombang 2 pertemuan ke 16 ini. Beliau saat ini menjabat sebagai Kepsek SMKN 3 Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu. Profil sekolah yang beliau pimpin bisa dilihat di kanal yuotube SMKN 3 Rejang Lebong. Mengawali karir sebagai guru kontrak pusat yg ditempatkan di Bengkulu tahun 2004 akhir saat pasca Gempa Tsunami Aceh, Pak Asep lolos tes CPNS tahun 2006, tahun 2014 mulai diberi amanah sebagai Kepsek dan sekretaris PGRI Kabupaten Rejang Lebong hingga sekarang. Sebelum diamanahi jadi kepsek, Pak Asep hobi ikut Lomba yang diadakan Kemendikbud. Seperti lomba Guru Berprestasi, lomba menulis best practice dan seterusnya. Beliau berhasil menjadi finalis Guru SMK Berprestasi Tingkat Nasional tahun 2012, Juara 2 lomba menulis Best Practice Kepsek Tingkat Nasional Tahun 2018, lalu juara 5 besar pemilihan Kepsek SMK Berprestasi Tingkat Nasional 2018 dan terakhir Juara 3 menulis buku non-fiksi tingkat nasional 2019. Sekolah yang beliau pimpin juga punya segudang prestasi ditingkat daerah mauppiun nasional.

Menurut pendapat Pak Asep, “menulis pekerjaan yang mengasikkan, walaupun ditengah kesibukan kita bisa menulis. Minimal menuliskan apa yang kita kerjakan.” Awal mula beliau terinspirasi menulis adalah karena di setiap tahun ada lomba yang diadakan oleh Dirjen GTK Kemendikbud. Gerakan Literasi bagi Guru sangat perlu, di era digital ini. Memulai pembiasaan menulis di sekolah, Pak Asep mengawalinya dengan cara mengadakan pelatihan singkat tentang menulis, narasumbernya adalah guru Bahasa Indonesia dan pustakawan lalu siswa dan guru diminta membuat karya. Karya-karya tersebut di koreksi lalu dipilih untuk dijadikan buku ber-ISBN. Contohnya: buku antologi puisi siswa, buku antologi cerpen, dsb.

Lebih lanjut Pak Asep mengemukakan bahwa menulis itu tidak sulit, apa lagi yang ditulis adalah apa yang sudah dialami atau dilakukan. Dalam membuat Karya Best Practice misalnya, Pertama, kita cari dulu apa masalah yang akan kita angkat. Kedua, lakukan inovasi untuk memecahkan masalah tersebut, dan terus lakukan. Tentunya dengan didokumentasikan apa yang dilakukan. Jika dalam tempo waktu tertentu kita sudah mendapatkan hasil yang menggembirakan maka kita bisa melanjutkan ke tahap ketiga yaitu menyusun tulisan dengan sistematika sesuai ketentuan Best Practice. Dari best practice nantinya bisa dikembangkan jadi sebuah buku.

Pada latar belakang tuliskan setiap persoalan yang ada di keseharian kita dalam bertugas. Pasti ada problem, entah terkait Sarpras atau lainnya. Guru yang kreatif ketika dihadapkan dengan persoalan keterbatasan, maka tergerak jadi inovatif yang solutif. Seperti pengalaman Pak Asep 5 tahun lalu saat mengelola sekolah dengan lahan yang sempit yang mana saat itu animo masyarakat rendah dalam menyekolahkan anaknya ke sekolah yang beliu pimpin. Saat ini sekolah beliau sudah melimpah siswanya dan berprestasi pula siswa-siswinya, hingga animo masyarakat makin tinggi untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Pengalaman ini beliau tuangkan dalam buku yang diberi judul “Mengubah Pasir menjadi Mutiara”. Sebuah judul yang menarik karena kita memang harus memberikan judul yg "seksi" pada karya kita. Namun tetap menjaga agar ada kaitan antara judul dan karya yang dibuat. Buku antologi ini membahas persoalan-persoalan yang ada di sekolah. Pasir digunakan untuk menggambarkan siswa dari input yang kurang unggul secara akademik dan juga dari tingkat ekonomi keluarga yang kurang. Sedangkan mutiara dalah hasil didikan yang berhasil menjadi tamatan yang bermutu dan menjanjikan. Bahkan ada siswa yang bisa go internatisional sampai ke Jerman. Mengawali menerbitkan antologi untuk siswa Pak Asep mengajak siswa dan guru bergotong royong menerbitkan buku tersebut. Beliau menggalakkan program gerakan literasi sekolah dengan biaya penerbitan ditanggung sekolah. Buku yang sudah terbit di launching dan disimpan di perpustakaan dan bisa dimiliki oleh siswa.

Best Practice memiliki kecendrungan lebih mudah jika dibandingkan dengan PTK . Best Practice lebih sederhana, ketika ada permasalahan dengan latar belakang tertentu dalam pembahasan kita menguraikan solusi-solusi yang jitu dalam memecahkan persoalan tersebut (problem solving). Di dalam sitematikan juga best practice lebih ringan dimana Bab I terdiri atas Pendahuluan, latar belakang,rumusan masalah, tujuan best practice, manfaat best practice. Bab II terdiri dari kajian pustaka kita paparkan apa referensi dari persoalan yang terkait dengan latar belakang dan rumusan masalah yang kita angkat. Di bab III metode best practice ini yang tidak begitu rumit dibandingkan dengan PTK, cukup siapkan perangkat instrument kemudian prosedur pemecahan masalah. Di bab IV hasil dan pembahasan kita paparkan hasil dari best practice yang kita angkat. Bab V diisi rekomendasi dan daftar pustaka. Dari segi waktu best pactice adalah pengalaman terbaik, waktunya harus terukur berapa lama.

Salah satu contoh best practice adalah praktik baik yang dilakukan Kepala Sekolah dalam lomba-lomba kriteria minimal best practice nya minimal 2 tahun. Sedangkan kalau dilakukan oleh guru bisa terkait dengan pembelajaran. Apa yang jadi problem guru dalam mengajar. Misalnya Sarpras yang terbatas, bisa dijadikan ide untuk dicarikan inovasi dan solusi sehingga pembelajaran bisa berjalan optimal. Dari segi waktu kalau guru tentu tak selama kepsek. Substansi dari waktu di sini adalah seberapa banyak ada perubahan yang terjadi sebagai dampak dari treatment yg kita lakukan dalam menghadapi problematika di lapangan. Kita juga harus melengkapi data-data dokumentasi yang dibutuhkan bisa dalam bentuk foto, video, kuisioner dan lain-lain yang kita butuhkan. Wawancara yang kita lakukan juga bisa jadi bukti pelaksanaan program yang dijalankan. Jadi yang menyatakan ada dampak itu bukan kita, tetapi di luar kita sebagai penulis seperti siswa, guru, Tendik, Komite sekolah, dll.

Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa Best practice tidak harus diujikan ke pihak yang berwenang, yang penting kita menguasai metode best practice. Sedangkan best practice yang dilombakan biasanya yang dilihat adalah keadaan awal sebelum dilakukan best practice dan keadaan setelah best practice dilakukan dimana sudah kelihatan dampak baiknya. Kadangkala dalam pembuatan best practice penulis kesulitan menetukan judul , biasanya judul akan terlintas dalam pikiran kita ketika upaya – upaya yang kita lakukan sudah terlihat dampak positifnya dan sangat membanggakan sehingga timbul ide membuat judul yang menarik. Pak Asep sendiri lebih suka membuat best practice, sambil membimbing guru dan siswa membuat Buku antologi cerpen dan antologi puisi. Beliau menghasilkan 3 best practice selama 6 tahun menjadi kepala sekolah. Menurutnya membuat best practice lebih mudah dari membuat buku.

Diakhir diskusi Pak Asep menyimpulan beberapa hal sebagai berikut:

1. Setiap kita bisa menulis, khususnya menulis best practice itu semua orang pasti bisa.

2. Best practice itu pengalaman atau praktik baik yang kita lakukan secara terus menerus dalam upaya problem solving dari apa yang menjadi kendala didalam kita melaksanakan tugas kita di sekolah.

3. Yang paling urgen dari best practice itu, di lihat dari seberapa besar dampak positif yang terjadi

4. Harus ada perbedaan keadaan sebelum dan sesudah dilakukan inovasi praktik baik

5. Dalam menulis judul harus menarik namun tentunya isi harus nyambung

Ya, semua orang bisa menulis, termasuk menulis Best Practice, semoga hal in bisa mengisnprirasi bagi para pendidik (terutama diri saya sendiri) yang setiap hari berhadapan dengan peserta didik. Terimakasih Pak Asep, Terimakasih Om Jay, Terimakasih teman-teman anggota Group, semangat belajar selalu.

= Menulis untuk belajar, karena coretan sekecil apapun tetap punya makna =

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post