Penulis Siswo Saroso

#Tagur hari ke 391

Padatnya jam pelajaran bagi siswa sungguh sangat membuat hampir tidak ada waktu dan ruang bagi mereka untuk beraktivitas diluar kegiatan sekolah. Anak-anak mulai pagi hingga petang bahkan sampai malam. Waktunya habis tersedot dalam kegiatan sekolah. Hingga di rumahpun mereka tidak bisa lepas dari PR dan tugas dari guru mapel. Sehingga pendidikan karakter seperti membantu orang tua, membersihkan rumah, belajar agama hampir tidak pernah di lakukan.

Coba kita perhatikan sejenak. Setelah sholat subuh, makan pagi anak-anak harus segera berangkat ke sekolah. Para siswa berangkat dari rumah sekitar jam 06.00 atau lebih awal tergantung jarak dan alat tranportasi yang digunakan ke sekolah. Rata-rata sekolah masuk jam 07.00 bisa kurang atau lebih. Para siswa beraktivitas sampai jam 15.30. Bila mereka mengikuti kegiatan extra atau kegiatan lain Jam 17.00 baru selesai. Mereka baru bisa pulang kerumah. Bisa dipastikan sampai rumah sudah petang.

Sekolah tingkat atas rata-rata jam belajar antara sembilan sampai sepuluh jam pelajaran. Dengan durasi perjamnya 45 menit di tambah istirahat dua kali sekitar 45 menit. Jika dijumlah sebanyak 495 menit. Bila dibagi 60 menit atau di buat perjam. Maka siswa berada disekolah hampir 8,3 jam sehari. Waktu yang sangat panjang. Belum ditambah bila mereka mengikuti ektra atau kegiatan organisasi sekolah. Praktis hampir sehari penuh berada di sekolah.

Konsep ini sebetulnya bagus untuk menghindari kegiatan di luar sekolah yang tidak bermanfaat. Tapi pernahkan Kita menganalisa dampaknya? Apakah sudah efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pendidikan? Jelas tidak mudah untuk menjawabnya. Dibutuhkan kajian lengkap yang komprehensif. Untuk mengambil sebuah keputusan.