Berbeda Selera (Hari ke-26)
Pagi ini sengaja turut ke pelataran masjid besar Al'azim untuk mencari sarapan. Tiba di sana kuliner bubur ayam istimewa belum tampak gerobaknya. Akhirnya menunggu sambil membuka wa. Sudah banyak postingan para gurusianer tentang tulisan mereka di tantangan gurusiana.
Sementara ide menulis berseliweran, namun tak tahu memulai dari mana. Sudah sejak bersama hidup dengan pasangan, selera makan banyak sekali perbedaan. Seperti saat ini, ia datang menghampiri dengan menu sarapan ketupat dan sate maranggi.
Sementara saya tetap pada pilihan pertama bubur ayam istimewa. Tak apa menunggu lama, bahkan saat gerobaknya tiba bisa jadi harus mengantre pula, asal bisa merasakan hangatnya bubur ayam istimewa.
Tak lama kemudian pesanan bubur istimewa pun tiba. Karena niat sarapan di rumah, maka tanpa memeriksa isi kantong di mana bubur istimewa di bawa, suami langsung saja menghidupkan mesin kendaraan dan segera tancap gas.
Sampai di rumah kubuka kantong yang berisi bubur lalu kutuangkan ke dalam wadah. Saat hendak memasukkan suapan pertama, barulah tersadar ada yang kurang lengkap. Wah bubur istimewanya ternyata tanpa bonus kriuknya kerupuk.
Ah, terima saja dengan ikhlas bubur istimewa tanpa kerupuk yang biasa jadi pengganti sendok.
Alhamdulillahillazii wasaqonaa waza'alana minalmuslimiin.
#Tantangan Gurusiana Hari ke-26
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ih sama, saya juga biasa makan bubur bersendok kerupuk... Tapi di rumah tentunya. Makan di tempat mah mana berani
Ternyata kebiasaan kita sama ya, Bu.
Orang Sunda mah, pami teu aya anu kriuk asa aya anu kirang.
Keren ibu.