Pagi itu hari Rabu, tanggal 16 Pebruari. Bel tanda masuk kelas belum terdengar. Akan tetapi aku dan teman - teman sudah berkumpul di ruang kelas enam.

"Ayo semuanya duduk, teman - teman!" Nabila memberi komando kepada teman - teman di kelas.

"Fajar! Kamu jangan ngintip - ngintip dari jendela, nanti Bu guru jadi curiga". Rido mengingatkan Fajar yang berdiri melihat keluar dari kaca jendela.

"Apa kita pada jongkok aja ya, di kolong meja?" Tanya aku memberikan ide yang baru saja terlintas dalam pikiranku.

"Iya, iya! Kita pada jongkok aja deh, biar lebih seru bikin kaget Bu gurunya" Ayu menyetujui ide aku.

"Ya sudah ayo kita jongkok saja!" Teman - teman yang lain pun setuju.

"Tapi, harus ada yang manggil Bu guru pas bel nanti. Bilang aja Zahra sakit perut! biar Bu guru cepat masuk." Nabila mengingatkan kami semua.

"Tapi kita tetap berbaris, dan berdo'a terlebih dahulu seperti biasa. Setelah itu baru manggil Bu guru. Abi ketua kelas kami mengingatkan.

"Iya! Nanti setelah bel berbunyi kita baris, terus berdo'a. Baru manggil Bu guru" Nabila menjelaskan.

"Ya sudah kamu saja yang manggil Bu guru!" Seru Yusuf dari belakang.

"Jangan! Jangan aku. Aku kan mau siap - siap baca puisi untuk Bu guru" kilah Nabila bangga.

"Lagian wajah aku suka mencurigakan kalau nyimpan rahasia. Kejutan ini kan rahasia, aku ga bisa nahan senyum. Nanti Bu guru pasti curiga, terus nanya- nanya" Lanjut Nabila.

"Jadi siapa dong?" Tanya aku tidak sabar.

"Kamu saja Nisa! Bu guru kan tahu kamu anak paling baik di kelas ini" rayu Dina mendekati aku.

"Ya sudah aku ke ruang guru ya!" Jawab aku sambil berjalan keluar.