Guru adalah agen perubahan. Guru dituntut untuk selalu berinovasi. Seiring bertambahnya usia, maka haruslah diiringi pula dengan kualitas kerja. Inovasi apa yang bisa dilakukan guru seiring bertambahnya usia?

Ada beberapa inovasi yang dapat dilakukan guru. Yang pertama yaitu guru memberikan keteladanan kepada siswa tentang akhlakul karimah dalam pembelajaran ataupun di luar pembelajaran. Salah satu contohnya yaitu ketika sebelum mulai pembelajaran di madrasah memprogramkan kegiatan mengaji dan sholat dhuha, maka guru juga harus mau mendampingi siswa. Ketika siang hari di madrasah memprogramkan kegiatan sholat dhuhur maka guru juga harus mendampingi siswa. Selain itu guru juga membiasakan siswa untuk berdoa dalam semua aktivitas kesehariannya.

Yang kedua yaitu guru harus inovatif memberikan stimulus dalam kegiatan awal pembelajaran. Stimulus yang dapat dilakukan guru antara lain menampilkan video, berita, atau foto-foto yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan. Selain itu, guru atau siswa juga bisa membawa benda-benda untuk dijadikan alat peraga pembelajaran. Bagaimana cara guru mendapatkan bahan-bahan stimulus tersebut? Guru dapat menggunakan sumber internet atau bisa juga dengan sharing dengan rekan sesama guru. Guru tidak perlu malu bertanya pada guru lain yang mungkin lebih muda darinya.

Yang ketiga yaitu guru harus inovatif merancang kegiatan inti pembelajaran. Siswa harus banyak dilibatkan untuk aktif dalam pembelajaran. Siswa tidak hanya duduk mendengarkan penjelasan dari guru. Kegiatan yang dapat dilakukan misalnya diskusi, menggambar, melukis, menggunting, menempel, atau mengukur. Setelah itu siswa diberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil aktivitasnya. Melalui kegiatan presentasi, siswa dilatih untuk mempunyai sikap percaya diri. Guru pun juga harus mempunyai sikap percaya diri dalam mengelola pembelajaran.

Yang keempat yaitu guru harus inovatif memberikan ice breaking pada kegiatan inti pembelajaran. Terkadang guru menganggap bahwa ice breaking itu harus menggunakan teknologi. Padahal sebenarnya tidaklah demikian. Ice breaking juga dapat dilakukan tanpa teknologi. Contoh ice breaking berbasis teknologi yaitu menirukan gerakan senam singkat melalui video dan tebak gambar animasi. Contoh ice breaking tanpa menggunakan teknologi yaitu yel-yel anti ngantuk, tepuk tangan, lempar kata, dan pesan berantai. Guru tidak boleh malu untuk memberikan ice breaking pada siswanya di kelas. Guru berupaya untuk bisa memposisikan diri sebagai teman sebaya siswa. Guru harus bisa memilih ice breaking mana yang cocok untuk siswanya. Dengan ice breaking diharapkan siswa bahagia belajar.

Yang kelima yaitu guru harus inovatif memanfaatkan fasilitas sekolah untuk tempat belajar. Sesekali siswa diajak keluar kelas. Guru bisa memanfaatkan mushala, perpustakaan, laboratorium IPA, laboratorium komputer, halaman sekolah, kantin, atau aula untuk tempat belajar. Dengan ruangan yang bukan ruang kelasnya membuat siswa merasa ada di suasana yang berbeda dan tidak membosankan. Selain pembelajaran di dalam sekolah, siswa juga bisa diajak ke sumber belajar di luar sekolah. Beberapa contoh sumber belajar di luar sekolah yaitu museum, tempat pengolahan sampah, peternakan sapi perah, situs, dan perkebunan. Melalui sumber belajar di luar sekolah siswa akan memiliki pengalaman belajar dan wawasan yang luas. Guru dituntut untuk bisa berkolaborasi dengan guru lain ataupun dengan instansi lain di luar madrasahnya.