Dalam kehidupan ini kita tidak bisa individual dikarenakan manusia sebagai makhluk sosial yang harus beri teraksi satu dengan lainya. 

Dalam berinteraksi antar sesama tak bisa dipungkiri seringkali terjadi konflik ketidak samaan pandangan, pendapat atau harapan, namun kehidupan akan tetap harus berjalan. 

Seringkali kita melihat sebuah perbedaan dan itu lumrah adanya karena manusia tidak sama dengan latar belakang pengalaman pembelajaran dan perlakuan masa kecil yang berbeda-beda. 

Sekiranya hal itu dijadikan sebagai keberagaman atau sebagai persaingan kembalikan ke diri kita bagaimana kita merasakan mereaksi dengan apa yang terjadi.

Belajar dari sayur Paria nampak dipandang indah dan menarik, saat dimakan rasanya pahit reaksi kita dalam menghadapi pahit tersebut kebanyakan akan dimuntahkan dan berkata dengan lantang sambil muka masam menggerutu. Namun tidak bagi orang bijak dalam menghadapi situasi tidak menyenangkanpun rasa pahit pare itu di kecap-kecap dulu dan difikir perlu ditelen apa di buang? Jika pahit ini membawa kebaikan bagi tubuh kenapa gak ditelen saja, jika tidak bagi tubuh berarti dibuang dengan baik di tempat sampah tidak menggerutu.

Akan halnya dengan kebahagiaan, ibarat memakan kue tar terlihat enak dan dirasa enak langsung ditelan dengan lahapnya "nha ini makanan enak", namun bagi orang bijak makanan enak pun tidak langsung di telan namun di kecap-kecap dulu dirasa-rasa dulu perlu di telan apa tidak; jika ditelan menambah stamina saat lapar akan baik bagi tubuh, namun jika ditelan akan menimbulkan meningkatnya kolesterol dalam tubuh maka perlu dibuang. 

Disini kita bisa belajar bahwa bukan hanya makanan tetapi  informasi yang datang dari manapun baik langsung atau tidak langsung enak atau tidak enak maka dikecap-kecap dan dirasa-rasa dulu baru bereaksi.

Salam Jum' at Berkah