Siti Fakhroh, MA

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

OPTIMALISASI PEMBELAJARAN E-LEARNING DI SEKOLAH DASAR

Menghadapi era globalisasi, pendidikan pada zaman sekarang harus diarahkan pada pembentukan peserta didik untuk menjadi Global Citizenship. Untuk itu perlu menanamkan pola pikir global pada peserta didik. Pola pikir yang akan menjadi bekal siswa sebagai generasi masa depan. Pola pikir tersebut dapat ditanamkan melalui kurikulum sekolah yang mereka jalani. Sekarang sistem pendidikan dunia sudah mulai menerapkan konsep pembelajaran yang akan membuat generasinya mumpuni pada masanya, contoh kecil ,British Council adalah salah satu organisasi budaya Inggris yang bergerak di bidang pendidikan, mereka mengenalkan konsep Core Skill dalam pendidikan, dan sepertinya Indonesia menyambut baik konsep tersebut , hal itu terlihat dalam revisi kurikulum 2017 yang memasukkan konsep 4 C dalam proses pembelajaran, dan saya melihat keempat konsep tersebut ada dalam Core Skill.

Maka dalam rangka mewujudkan hal diatas perlu pembaharuan dalam sistem pembelajaran yang lebih menarik dan efektif, diantaranya adalah dengan mengaktifkan program pembelajaran E-learning. Mengutip perkataan Bill Gates: “Dalam 5 tahun ke depan, Online learning akan menggantikan gaya pengajaran Konvensional di Kampus-Kampus - Bill Gates”. Bukan hal yang mustahil hal itu juga akan terjadi pada tingkat sekolah dasar, maka disinilah perlunya mengoptimalkan pembelajaran E-Learning di Sekolah Dasar.

Penerapan E-Learning di Indonesia

Penerapan E-learning di Indonesia khususnya untuk tingkat sekolah dasar belum maksimal karena beberapa kendala, walaupun internet sudah sampai ke pelosok desa, namun pemanfaatan internet untuk pembelajaran masih terbatas, kebanyakan mereka khususnya anak-anak sekolah hanya menggunakan internet untuk bermain game dan mencari-cari hal lain yang tidak ada hubungannya dengan pendidikan atau peningkatan pengetahuan mereka tentang pembelajaran.

Pengertian E-Learning

Elecrtonic Learning adalah pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan serangkaian alat elektronik (LAN, WAN atau internet) untuk menyampaikan isi materi yang akan diajarkan. Komputer, internet, satelit, tape audio/ video, TV interaktif dan CD ROM merupakan sebagian media elektronik yang tergolong ke dalam kategori ini.[1]

Mengapa pembelajaran E-learning di butuhkan ? Dalam penerapan kurikulum 2013, menggunakan IT (Teknologi Informasi dan komunikasi) dalam pembelajaran merupakan sebuah keniscayaan. Zaman sekarang semua hal berhubungan dengan Elektronik contohnya tagihan-tagihan baik itu tagihan kartu kredit, tagihan telepon, dan tagihan lainnya sudah memakai E-Statement, bahkan untuk polis asuransi juga menggunakan email tidak lagi berupa kertas atau printout. Dalam pembelajaranpun, pemerintah sudah menggalakkan penggunaan E-Book sebagai sumber belajar. Seiring dengan perkembangan zaman, lambat laun penggunaan kertas akan berkurang, semua serba elektronik dan online. Dengan demikian jika kita masih bertahan pada pembelajaran klasik, maka murid kita akan tertinggal jauh. Era globalisasi butuh generasi yang kreatif dan mandiri, karena diharapkan nanti mereka mampu menghadapi berbagai tantangan global.

Kendala-Kendala apa yang dihadapi ketika menerapkan pembelajaran E-learning? Pembelajaran E-learning memang sebuah pembelajaran yang menarik, akan tetapi dalam penerapannya banyak mengalami kendala ketika harus mengubah mindset guru sebagai pelaku pembelajaran. Diantaranya adalah belum semua guru mau menerima keberadaan E-learning, belum semua guru mampu menguasai dan menggunakan E-learning, dan belum semua guru memiliki kesadaran untuk mendalami iptek sebagai dasar pembelajaran E-learning.

Bagaimana cara Mengatasi Kendala-Kendala tersebut ? Mengadakan pendekatan persuasif tentang pentingnya E-learning, menjalin pola kemitraan dengan pihak-pihak yang peduli dengan pendidikan, mengadakan pelatihan-pelatiha Misalnya: Pelatihan komputer program windows dan excel, power point. pembuatan e-mail, pembuatan blog, pembuatan media belajar dengan animasi , dan program interaktif lainnya. Sebenarnya dengan adanya sertifikasi, guru diharapkan dapat meningkatkan kompetensinya sejalan dengan meningkatnya teknologi dan informasi, tidak semestinya guru harus menunggu program sekolah, karena sekolah juga harus menunggu dari pemerintah, akan tetapi mereka harus punya inisiatif sendiri untuk mengikuti berbagai kursus yang mendukung terlaksananya program E-learning. Banyak lembaga-lembaga yang menyelenggarakan program tersebut, dan memang untuk kursus tersebut cukup memakan biaya besar.

Disamping hal-hal diatas, perlu usaha lain dari pemerintah untuk memaksa guru mendalami iptek, diantaranya dapat melalui pengadaan lomba media pembelajaran berbasis IT, menjadikan kemampuan IT sebagai prasyarat kenaikan pangkat, serta monitoring penerapan IT dalam pembelajaran secara kontinyu.

Dengan adanya upaya-upaya di atas membuat para guru melek ICT, selanjutnya guru dapat menerapkan pembelajaran e-learning dikelas. Sebagaimana kita ketahui bahwa kurikulum di Indonesia jika dibandingkan dengan kurikulum yang digunakan di Barat itu amat berat untuk anak SD, beban belajarnyapun sangat padat, sehingga tidak membuat guru leluasa menerapkan model-model pembelajaran yang variatif. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka diantara praktik yang dapat dilakukan agar pembelajaran dikelas lebih efektif adalah dengan menerapkan pembelajaran e-learning divariasikan dengan model-model pembelajaran yang pakem, maka suasana belajar dapat lebih hidup juga akan terjadi interaksi yang aktif antara siswa dan guru.

Sesuai dengan perkembangannya, untuk anak usia sekolah dasar, tahap berfikirnya dimulai dari hal-hal yang konkret , pembelajaran yang cocok untuk mereka adalah dengan memperlihatkan gambar-gambar film ketika harus menghadirkan peristiwa atau contoh-contoh perilaku . Untuk memperkaya pengetahuan mereka sebagai pengayaan, mereka boleh membuka blog guru untuk melihat materi atau tugas, mereka juga dapat mengumpulkan tugas-tugas melalui email. Jika pembelajaran E-learning ini sudah diterapkan secara maksimal maka ke depannya generasi kita akan mampu bersaing di era globalisasi.

Untuk mendukung terlaksananya pembelajaran E-learning, sekarang sedang digalakkan oleh berbagai lembaga-lembaga pendidikan independen yaitu maksimalisasi penerapan Digital Literacy yaitu suatu media pembelajaran dengan menggunakan E-learning –diantaranya- dimana siswa dapat mendapatkan pengertian baru dari literasi-literasi e-learning ( teknologi dan Visual diantaranya) yang dapat mereka gunakan untuk memperkaya materi yang akan mereka pelajari di kelas. Jika Pembelajaran E-learning ini dilaksanakan, maka tujuan pembelajaran akan dapat dicapai, pembelajaran juga dapat lebih efisien, menyenangkan dan lebih bermakna. Tentunya untuk terlaksananya hal tersebut, sekolah harus melengkapi fasilitas yang dibutuhkan untuk pembelajaran E-learning yaitu diantaranya internet dan leptop. Untuk alat-alat tersebut seharusnya harga atau biaya tidak menjadi permasalahan karena banyak perusahaan-perusahaan yang mendukung program pendidikan , memang butuh kepiawaian kepala sekolah sebagai manajer, untuk melakukan negosiasi dengan perusahaan tersebut.

Dalam pembelajaran E-learning ini, guru dapat membuat media pembelajaran melalui power poin, CD interaktif, E-book, blog atau memanfaatkan email dan internet, dengan demikian guru tidak akan lelah, siswapun dapat lebih menikmati proses pembelajaran, waktu belajar tidak terasa lama, dan siswa tidak merasa bosan serta mereka akan selalu mengingat proses pembelajaran tersebut karena bermakna. Hal itu yang membuat mereka lebih terkenang. Berdasarkan pada hal tersebut, maka optimalisasi pembelajaran E-learning di Sekolah Dasar sangat dibutuhkan dan harus sudah mulai diterapkan untuk membangun pola pikir siswa agar mampu menghadapi era globalisasi seperti yang terkandung dalam 4 C kurikulum 2013 atau pembelajaran abad 21 yaitu : Critical Thinking, Creativity and Innovation , Communication and Collaboration.

Pembelajaran yang menerapkan proses 4 C ini melatih peserta didik untuk belajar bekerjasama , berkolaborasi dengan teman-temannya, berdiskusi tentang materi pelajaran, melakukan kegiatan yang menumbuhkan kreatifitas anak, berusaha menemukan ha-hal yang baru sebagai hasil pembelajaran, melatih anak berfikir kritis dengan menggunakan model-model pembelajaran kolaboratif seperti Small Group Investigation, Whole Group Investigation, dan model-model lainnya, dengan menggunakan media E-learning seperti penayangan video, powerpoin, penggunaan internet, infokus atau CD interaktif, pemanfaatan E-book, agar pembelajaran lebih hidup, lebih efektif, dan tujuan pembelajaranpun dapat tercapai. Dengan demikian pembelajaran E-learning di Sekolah Dasar merupakan sebuah keniscayaan, dan harus dioptimalkan jika ingin generasi Indonesia menjadi generasi yang kreatif, inovatif dan berfikir kritis.

[1] https://mginanjarsuara.wordpress.com/2015/10/30/e-learning-di-dalam-pembelajaran-sekolah-dasar/

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post