Siti Fatimah

Alumnus PPS UNNES bekerja di SMP 2 Kudus sejak tahun 1995 Mata Pelajaran IPA...

Selengkapnya
Navigasi Web

Ramadanku (11)

Pagi ini aku terbangun karena mendengar suara orang membaca talkim dari masjid seberang. Kuintip dari jendela kamarku yang sedikit terbuka, suasana diluar masih gelap. Hanya ada cahaya lampu bolam di ujung jalan. Aku bergegas turun dari kasur dan melangkahkan kaki ke ruang tengah. Masih sepi. Kedua anakku masih tertidur pulas. Kulayangkan pandanganku ke jam dinding yang terpatri sejak dua tahun yang silam. Betapa terperanjanya aku, Jarum menunjukkan pukul 04.05. Aku seperti seorang lelaki yang terbakar jenggotnya. Spontan aku berteriak memanggil kedua anakku " Kak, Dik, ayo bangun .sudah jam 04.00. sebentar lagi imsak."

Duh bagaimana ini. Apa yang harus aku lakukan dulu, tetapi yang jelas anakku harus terbangun terlebih dahulu. Sambil terus membangunkan keduanya, aku berlari menuju ke dapur. Kuambil panci yang tertidur di atas rak piring. Kuputar kran air dan kuidi panci hingga separuh bagian.

" Ups...kalau kupakai air ledeng, bakalan lama menunggu hingga mendidih. Kutuang lagi air dalam panci dan kuantitas dengan air yang sudah masak. Dalam hatiku terbersit rasa bersalah karena bangun kesiangan. Namun nasi sudah menjadi bubur. Ini kali keduanya aku bangun kesiangan dan hampir tidak mencapai batas imsakiyah. Seperti orang kesetanan aku menyiapkan makan dan minum secepat kilat. Hanya dalam waktu 5 menit semua sudah siap. Nasi, ayam goreng, segelas susu, segelas teh panas dan makanan ringan cococrunch telah siap disantap. Waktu sahur tinggal delapan menit. Bungsu malah minta disuapi, mungkin mata masih kantuk. Benar-benar berpacu dengan waktu. Sepiring nasi belum juga habis, suara sirine sudah terdengar dari masjid di seberang sana. Pertanda imsak telah datang, dan acara sahur harus dihentikan. Namun aku masih tetap memberi beberapa kali suapan. Anakku semula menolak, namun aku menyakinkannya. "Dik, kalau ada bunyi imsak sebenarnya masih boleh melanjutkan makannya. Bunyi sirine itu membantu kita agar bergegas mengakhiri sahur jangan sampai mencapai azab subuh."

"Oh, gitu ya Ma." Kata si Bungsu sambil membuka mulutnya lagi.

"Ya, betul betul. Ayo diakhiri dengan minum hangat, agar kamu tidak merasa haus selama seharian."

Lega rasanya, walaupun sedikit sahur kami tetapi aku yakin dengan niat puasa yang kuat dan sungguh-sungguh pasti bisa menahan lapar dan dahaga selama seharian.

Semoga selama Ramadan ini, Allah selalu memberikan rizkiyang barakah, tubuh yang sehat walafiat dan menjadikan keluarga kami tenteram, penuh kedamaian, dan selalu mendapatkan hidayah dan Rahmat Allah Tuhan semesta alam.

Amin.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post