Profesi mengajar tak sekedar menyampaikan materi pelajaran. Profesi mengajar tak sekedar transfer knowledge dengan sang penerima yaitu murid - murid . Bahkan tak sekedar memberikan tugas dan penilaian semata. Adakalanya pembelajaran terasa begitu alot, suasana kurang bersemangat dan akhirnya belajar terasa lama dan membosankan .Tanpa kita sadari kadang kita terjebak dalam rutinitas tersebut. Sehingga kegiatan belajar mengajar terasa hampa.. Yang ada gugur tugaa kewajiban mengajar.

Ada apa sebenarnya di balik kegiatan yang namanya belajar ?

Di dalamnya ada potensi luar biasa yang dimiiki peserta didik kita. Di dalam sana ada energi yang tersimpan yang harus kita bantu menampilkan menjadi ekspresi yang mempesona. Potensi - potensi itu akan keluar manakala ada stimulasi yang tepat sasaran dan perlakuan serta keteladanan dalam pembelajarannya.

Ada banyak lensa yang diperlukan untuk mengamati secara holistik potensi tersebut.Maka kelas yang terbuka, demokratiis adalah awal dari proses itu. Kita .memerlukan orang lain untuk melihat yang tidak terlihat. Ada proses reflektif buat semuanya.

Kebermaknaan kata seorang guru berpengaruh luar biasa mendalam mempengaruhi proses berpikir siswa didiknya. Siapa yamg banyak berbicara dalam proses pembelajaran yang kita lakukan? Kita sebagai gurunya? Atau siswa - siswa kita? Disinilah sensitifitas pendidik sangat berperan. Ketajaman analisis terhadap apa yang ditangkap siswa sangat menentukan bagaimana seorang pendidik sebagai teladan memberlakukan kelanya.

Ketika mengungkap lebih dalam tentang pembelajaran ibarat bawang merah. Detik demi detik, menit deni menit, jam demi jam, hari demi hari, waktu demi waktu terbangun dan tersusunlah pembelajaran yang berlapis - lapis Lapis demi lapis tersusun dengan indah dan rapi.. Terbentuklah bawang merah yang utuh dan sempurna. Begitulah lapisan demi lapisan pembelajaran itu terjadi. Semakin majemuk cara pandang yang digunakan oleh guru dalam memaknai pembelajaran, semakin matang proses penyajian dan pemberlakuan pembelajaran yang dilakukan.

Cara pandang yang majemuk akan ada dalam diri seorang guru manakala kita membiasakan diri dengan sikap reflekftif. Yaitu melihat apa yang tidak terlihat oleh kita dengan meminta bantuan rekan guru yang lainnya. Disinilah sikap legowo seorang guru diperlukan. Legowo kelasnya dilihat oleh rekan kerjanya, manajemen yang terkait bahkan orang tua murid. Dan legowo mendapat masukan - masukan yang membangun demi perbaikan proses pembelajaran yang dilakukann. Dengan sikap reflektif ini seorang guru akan berproses, bertumbuh menjadi seorang pembelajar bersama siswa, rekan kerja, manajemen, orang tua dan bahkan masyarakat hingga sampailah pada sebuah titik yang menghantarkannya pada pembelajaran yang mendalam yang menyentuh sesensi dasar kebermaknaan pembelajaran.

Diemikianlah lapis demi lapis, lembaran demi lembaran yang bermakna menjadi ilmu siswa - siswa kita yang bisa menjadi bekal hidupnya saat itu dan mengantarkan pada kehidupannya kelak dikemudian hari. Ilmu itu akan berbuah menjadi amalan - amalan yang tidak hanya beemanfaat untuk dirinya sendiri tapi juga bermanfaat untuk orang lain yang lebih luas.

Begitulah filosofis bawang merah dengan pembelajaran.

Ruang 1 A. SDIT Nur Al Rahman Cimahi.

TBLA. Pekan 3.bulan Agustus 2020.

DfDDe